Sebelum tidur, Biru mengeluarkan kekesalan yang sudah ia pendam sejak mengetahui kalau Maya diam-diam pergi tanpa sepengetahuannya.
"Aku tau, kamu diam-diam pergi ke rumah ibu, kan?" tanya Biru seraya mematikan ponselnya dan meletakkannya ke dalam laci nakas.
"A-aku...," jawab Maya terbata, wanita itu merasa heran dari mana suaminya itu tahu, Maya berfikir kalau Biru memerintahkan orang untuk mengawasi.
"Enggak usah bingung kamu, jawab aja jujur! Aku udah liat sendiri!" kata Biru seraya naik ke ranjang sedangkan Maya masih berdiri di tempatnya.
"Ta-tapi...." Maya menggantung ujung kalimatnya karena tidak tau akan beralasan apa.
"Kalau nggak bisa menurut silahkan sana, mau apa-apa nggak usah minta izin! Terserah kamu aja!" ucap Biru, setelah itu Biru tidur dengan membelakangi Maya dan Ifraz.
Maya pun menyusul ke ranjang, meraih lengan suaminya.
"Mas. Aku nggak ada niat buat nggak nurut, tapi... aku mau juga berbakti pada orang tua selagi masih ada," ucapnya mencoba memberi pengertian.
Maya mengambil nafas dalam saat tak mendapat respon dari Biru. Pria itu diam saja seolah Maya berbicara dengan tembok.
"Astaghfirullah," ucap Maya yang kemudian mencoba untuk memejamkan mata, tetapi Maya masih memikirkan Biru yang marah padanya dan Maya harus meminta maaf agar Biru tidak mengacuhkannya lagi.
****
Sementara itu, Hafizah meletakkan ponselnya di meja samping ranjangnya.
"Apa aku udah ganggu dia ya, makanya enggak bisa dihubungi lagi," gumamnya.
"Sudahlah, lebih baik aku fokus ke ayah dan harus menata hidupku lagi dari awal supaya tidak terjadi seperti kemarin," ucapnya mencoba mengalihkan perhatiannya supaya tidak memikirkan Biru.
Hafizah menjatuhkan dirinya di ranjang yang terbuat dari kayu itu, menatap langit-langit kamarnya.
"Apa dia udah ada istri?" tanyanya pada diri sendiri.
"Mengingat dia sangat lembut dan mahir bermain di ranjang, apa dia pria yang biasa membeli perempuan?" Hafizah masih bertanya jawab dengan dirinya sendiri.
"Duh, kenapa sih, kenapa aku balik mikirin dia lagi," ucapnya menyalahkan diri sendiri.
Setelah itu Hafizah mencoba untuk memejamkan mata.
Berbeda dengan Maya, mamah muda itu masih tidak dapat memejamkan mata, di tambah lagi dengan Ifraz yang bangun minta menyusu.
Maya memberikan asi dengan terus memandangi wajah anaknya, membelainya dengan penuh rasa sayang dan berdoa semoga Tuhan menjadikan anaknya kelak penuh kasih sayang dan lembut hatinya supaya dewasa nanti tidak menjadi lelaki yang egois.
Dan Maya baru dapat memejamkan matanya saat subuh menjelang, wanita itu mengantuk disaat orang-orang bangun untuk melaksanakan kewajiban subuh.
Maya begitu pulas tidur bersama dengan Ifraz, bahkan melupakan tugasnya untuk menyiapkan baju kerja Biru.
Maya membuka mata saat mencium aroma parfum suaminya yang begitu terasa menyegarkan.
"Kamu udah rapih, Mas?" tanya Maya.
"Hhmm," jawab Biru seraya mengancing lengan kemejanya lalu Biru mengenakan jasnya, Biru keluar dari kamar tidak lama kemudian kembali lagi karena harus mengambil ponsel miliknya yang masih berada di laci nakas.
Maya hanya memperhatikan suaminya dari ranjang, setelah itu Maya kembali tersadar kalau harus mengurus suaminya sebelum berangkat bekerja.
Maya membopong Ifraz dan membawanya turun ke lantai bawah, di sana Maya meletakkan Ifraz di kereta bayinya.
Maya melihat kalau Biru sudah sedang sarapan di meja makan seraya memainkan ponselnya, terlihat Biru tersenyum saat melihat pesan yang ternyata dari Hafizah.
"Maaf, aku menghubungimu, karena aku terus memikirkan kamu," isi pesan dari Hafizah.
"Kenapa? Apa kamu ingin bermain lagi dengan ku?" Biru dengan sengaja menanyakan itu karena yang ada di benak Biru adalah hubungan se*ksual saat mengingat wanitanya yang berada di luar rumah, Biru juga merasa ingin menemui Hafizah, ingin menghilangkan penatnya dan melampiaskan marahnya pada Maya yang dianggapnya tidak menurut.
Lalu Biru mendengar Maya yang bertanya, "Chating sama siapa, Mas?"
"Oh... ini, teman. Ngajak reuni," jawab Biru berbohong, setelah itu Biru segera berdiri dari duduknya, Biru mengeluarkan uang uang belanja untuk Maya, meninggalkan uang yang cukup banyak untuk istrinya.
Lalu Maya kembali memanggil Biru.
"Mas," lirih Maya seraya mengikuti langkah kaki Biru yang lupa untuk mengecup kening Maya dan Ifraz.
Mendengar itu Biru pun berhenti dan melihat kearah belakang.
Ternyata Maya meminta punggung tangan suaminya untuk dicium.
"Kamu hati-hati, Mas."
Biru menjawab dengan mengangguk.
"Maafkan aku, May!" ucapnya dalam hati.
"Walau bagaimanapun aku pria normal yang membutuhkan itu! Bahkan kamu tidak berusaha menyenangkan ku dengan cara lain, kamu sibuk dengan urusanmu sendiri, aku sudah meminta kamu untuk di rumah, kenapa kamu malah pergi keluar tanpa sepengetahuan ku tanpa izinku, jadi jangan salahkan aku yang mencari cara lain!" ucap Biru yang sekarang sudah mengendarai mobilnya, ikut mengantri di kemacetan Jakarta pagi hari.
****
Di rumah Hafizah, gadis itu sedang membeli sarapan nasi uduk untuk dirinya dan ayahnya, ternyata di sana sedang menggosikan dirinya yang memiliki suami tapi seperti tidak memiliki suami.
Hafizah hanya diam saja, karena apa yang mereka katakan adalah benar.
Setelah mendapatkan sarapannya, Hafizah kembali ke rumah, menyajikan sarapan itu untuk ayahnya yang sedang menonton berita pagi di televisi.
"Yah, makan dulu," kata Hafizah seraya meletakkan sepiring nasi uduk dan teh hangat.
"Iya, kamu juga jangan lupa sarapan," kata Bambang.
Setelah itu Hafizah kembali ke dapur, ia makan seorang diri, dalam hatinya berharap nanti Biru menepati janjinya yang mengatakan akan datang.
Sementara itu, di rumah Maya, wanita itu sedang memandikan Ifraz yang baru saja diajak berjemur dan seperti biasa tidak banyak kegiatan Maya di dalam rumah selain mengurus anaknya saja.
Lalu Maya ingin menghabiskan sebagian uang belanja yang Biru berikan untuk membeli keperluan Ifraz dan keperluan dapur.
Maya melihat jam di layar ponselnya ternyata hari sudah sore yaitu pukul 15.30 wib.
Lalu Maya memanggil salah satu ARTnya.
"Mbak Susi!"
"Iya, saya Non," sahut Susi seraya membawa kain lap di tangannya.
"Saya mau ke mall dulu, titip Ifraz sebentar ya," kata Maya.
"Baik, Non," jawab Susi seraya menjaga Ifraz yang tertidur di kasur khusus bayi yang berada di kamar.
Maya pun pergi mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, sesampainya di mall, Maya langsung saja mengambil troli belanjanya, pertama Maya berbelanja kebutuhan pokok untuk dapur setelah mendapatkan daging, ayam, sosis dan berbagai sayuran setelah merasa cukup Maya pergi mencari popok bayi.
Tanpa sengaja, resleting tas selempang Maya mengenai sweeter rajut pengunjung lainnya dan keduanya masih belum menyadari sampai sweeter dan resleting itu mengenai tumpukan pewangi pakaian yang sedang promo.
Beruntung, tidak ada kemasan yang rusak, tetapi kejadian itu membuat Maya dan pengunjung itu menjadi pusat perhatian.
"Maaf, maaf ya mbak," kata Maya dan wanita itu hanya tersenyum tipis, keduanya membereskan beberapa barang yang terjatuh itu.
Setelah itu Maya yang merasa pusing tidak sengaja menjadikan popok yang berada di rak tidak jauh dari tempatnya berdiri sebagai tumpuan, membuat popok itu menjadi roboh dan menimpa Maya juga pengunjung lainnya yang berada di balik rak tersebut.
Lalu seorang SPG menghampiri dan membantu Maya yang masih terhuyung.
"Mbak sakit?" tanya SPG itu yang tak lain adalah Hafizah.
"Iya, saya sedikit pusing," jawab Maya seraya mengerjapkan mata dan memijit pelipisnya.
Hafizah membawa Maya untuk duduk di kursi yang baru saja diambilnya, setelah itu Hafizah membereskan semua barang yang berantakan itu.
Maya memperhatikan Hafizah bekerja sepenuh hati, bahkan memperlakukan pelanggan dengan baik, lalu Maya ingin memberikan hadiah pada Maya untuk kebaikannya.
"Apa kita bisa menjadi teman?" tanya Maya seraya mengulurkan tangan kanannya.
"Hafizah," jawab SPG tersebut seraya menerima uluran tangan Maya.
"Maya," ucap Maya seraya tersenyum.
Apakah Maya akan terus berteman dengan Hafizah.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Adek Alkaff
tambah seru nih kayaknya
2024-12-02
1
Galak Si
bagus menarik banget ya
2023-03-10
1
Shuhairi Nafsir
jangan terlalu ego kamu Biru sebagai suami jangan sampai kamu menyesal nanti
2022-05-16
3