Ketika Cinta Itu Terbagi
Albiru, dia adalah pengusaha sukses di usia muda, perusahaannya bergerak di industri pangan, kesehatan dan kecantikan. Albiru adalah pria tampan, siapapun yang melihatnya akan terpana. Namun, pria itu kesepian di tengah hadirnya anak pertama yang sudah dinantikan tiga tahun lamanya.
"Hah!" desah pria itu seraya menghisap rokok yang diapit dua jarinya, pria itu merasa frustasi karena kebutuhan biologisnya belakangan ini tak terpenuhi karena Maya selalu sibuk dengan Ifraz, bayi yang masih berusia satu bulan.
40 hari masa nifas bagi wanita yang baru melahirkan, membuat Biru merana, merasa tidak tahan dengan sikap Maya yang berubah menjadi mudah emosi, tidak dapat menyenangkan di atas ranjang karena selalu terganggu dengan suara tangis Ifraz.
GLEK! Pria itu menenggak minuman beralkohol yang berada di tangannya, tidak sampai mabuk karena Biru hanya meminumnya sedikit, lalu Biru melihat jam di dinding dan ternyata hari sudah malam yaitu pukul 23.00 wib, Biru bangun dari duduknya menyambar kunci mobil yang berada di meja kerjanya.
Singkat cerita, Biru sudah berada di parkiran, lelaki yang lebih suka mengendarai mobilnya sendiri itu mulai memarkirkan dan meninggalkan area parkir perusahaannya.
Biru mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Siapa sangka di tengah perjalanannya Biru hampir menabrak seorang gadis muda berpenampilan seksi, bahkan buah dadanya menyembul dari pakaian mininya.
"Hei! Cari mati lo?" seru Biru seraya melongokkan kepalanya dari kaca mobil dan gadis itu pun mendekati Biru.
"Tuan, tolong saya Tuan, saya tidak mau dijual!" rengeknya seraya menggoyangkan lengan Biru.
"Bukan urusan saya!" kata Biru seraya menyingkirkan tangan gadis itu yang menangis, membuat make-up di wajahnya itu luntur, bahkan maskaranya pun sudah menghitami area matanya membuat Biru terkekeh. Di matanya, Maya lah wanita paling cantik di dunia ini.
Lalu Biru kembali menginjak pedal gas meninggalkan gadis itu yang berlari mengejarnya, Biru memperhatikan gadis itu dari spionnya dan terlihat gadis itu diseret oleh dua pria berbadan tegap dan kekar, terlihat sangar dengan kumis hitam seperti ulat bulu yang menempel di atas bibirnya.
Biru memundurkan mobilnya hampir menabrak tiga orang tersebut.
Biru turun dari mobil seraya melepaskan jas dan melemparkan masuk ke mobilnya, Biru juga menggulung lengan kemeja itu sampai siku.
"Kalian kalau berani jangan sama perempuan!" kata Biru seraya melangkahkan kakinya.
Perkelahian pun tidak dapat dihindari, Biru menjentikkan jari tengah dan telunjukknya, Biru yang pandai ilmu bela diri itu meremehkan lawannya, Biru yakin kalau orang-orang itu hanya menang besar badan saja dan benar, Biru dapat melumpuhkan lawannya dengan mudah, mereka berdua berlari tunggang langgang sebelum kakinya dibuat patah oleh Biru.
Biru menatap pada gadis itu yang berjongkok di belakangnya, memeluk kakinya.
"Cepat pergi sebelum mereka menangkapmu lagi!" perintah Biru seraya berjalan melewati gadis itu dan langkah kaki Biru terhenti ketika merasakan kakinya ditahan oleh gadis tersebut.
"Tuan, tolong saya, saya akan melakukan apapun untukmu asal Tuan mau membantuku! Saya rela harus mencuci mobil mewah Tuan setiap hari, saya rela melakukan perintah Tuan!" tangis wanita itu yang sekarang sudah memeluk kaki Biru
Biru memijit pelipisnya, merasa direpotkan oleh gadis itu. "Maaf pembantu saya sudah banyak!" kata Biru seraya berusaha melepaskan kakinya tetapi gadis itu semakin erat memeluk kaki Biru membuat Biru dapat merasakan benda kenyal yang menempel di kakinya, membangunkan sisi kejantanan Biru yang belakangan ini menganggur.
"Sekali saja, Biru. Malam ini saja, dan kamu harus menyembunyikan rapat-rapat tentang malam ini!" kata Biru dalam hati, lelaki itu ingin mengikuti piktornya
"Baiklah, apa yang bisa saya bantu!"
"Sa-saya...," kata gadis itu terbata.
"Cepat! Saya sangat sibuk dan harus segera pulang!" bentak Biru menggertak wanita tersebut agar apapun yang Biru mau akan diberikan oleh gadis itu.
"Saya mau meminjam uang, saya akan membayarnya dengan cara dicicil, Tuan!" kata gadis itu seraya menunduk.
"Hah, sudah kuduga kalau ujung-ujungnya adalah uang!" gerutu Biru.
Terdengar suara isak tangis dari bawah kakinya, gadis itu pun melepaskan kaki Biru, terduduk lesu sudah pasrah dengan nasibnya apabila Biru tidak mau membantu.
Biru melihat ke sekelilingnya, terlihat sangat sepi dan Biru melihat jam yang ada di pergelangan tangannya waktu menunjukkan pukul 00.30 wib.
"Maya, maafkan aku sayang. Malam ini aku tidak pulang!" kata Biru dalam hati seraya membantu gadis itu untuk berdiri.
Biru membawa gadis itu masuk ke mobilnya terlebih dulu, lalu Biru melemparkan jas miliknya untuk menutupi tubuh gadis itu yang terekspos.
"Terimakasih," lirih gadis itu.
"Ini, lap matamu itu, terlihat sangat menyeramkan!" perintah Biru seraya melempar kotak tisu pada gadis itu.
Gadis itu pun menuruti perintah Biru, setelah make-upnya sudah terhapus terlihat kecantikan alami dari gadis yang berada di sebelahnya membuat Biru meliriknya.
"Berapa yang kamu butuhkan?" tanya Biru seraya memegangi setir kemudinya, matanya kembali memandang lurus ke depan.
"Seratus juta!" kata gadis itu tanpa melihat Biru.
"Apa? Kamu pikir seratus juta itu daun?" kata Biru seraya membulatkan matanya, pria itu tidak ingin membuang seratus juta itu untuk wanita yang tidak dikenalnya.
"Saya akan membayarnya dengan cara apapun, Tuan. Termasuk dengan keperawanan yang saya miliki, ini menyangkut hidup mati ayahku," kata gadis itu tanpa pikir panjang.
Mendengar kata perawan membuat Biru kembali teringat akan kebutuhan biologisnya.
"Baiklah, akan saya berikan, tetapi kamu harus ganti rugi sebanyak dua kali lipat apabila saya mendapati dirimu tidak lagi perawan!" kata Biru penuh penekanan dan gadis itu pun menganggukkan kepala.
"Dengan satu syarat, Tuan!" lirihnya seraya menatap Biru.
"Terlalu banyak syarat! Heh," jawab Biru yang tak mau menatap gadis itu, karena yang Biru mau hanya satu malam saja bersamanya.
"Kita harus menikah siri, agar hubungan yang kita lakukan tetap halal, Tuan bisa meninggalkanku kalau Tuan sudah merasa bosan. Secara tidak langsung aku menjual diriku pada Tuan," kata gadis itu seraya menitikkan air mata, bagaimana tidak. Gadis itu menjatuhkan sendiri harga dirinya.
Terdengar sangat lucu di pendengar Biru membuatnya tertawa.
"Hahaha! Lalu apa bedanya dengan preman tadi, kamu minta untuk diselamatkan karena tidak mau dijual."
"Berbeda, Tuan. Kita menikah siri dan hubungan yang kita lakukan tidak membuat dosa, kalau mereka menjual ku di tempat prostitusi maka itu akan menjadi dosa untukku," kata gadis itu yang terdengar kecewa karena Biru menyalah artikan ucapannya.
"Memang benar apa yang dikatakannya, aku bisa meminta hak ku sebagai suami kalau Maya sedang kelelahan mengurus Ifraz," batin Biru seraya mengusap dagunya, matanya menatap gadis yang berada di sampingnya.
"Tidak jelek, aku tidak akan rugi, apalagi kalau dia sudah tidak perawan aku akan mendapatkan uangku dua kali lipat!"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
@Risa Virgo Always Beautiful
baru baca bab pertama sudah menarik jadi penasaran dengan kelanjutan ceritanya
2023-01-22
0
Endang Priya
masa g ngertiin istri baru melahirkan. tidak senang kah memiliki putra dlm perkawinannya.
2022-04-27
2
🦈Mom Panji
wah klu kucing di kasih ikan ya ok ni hahaha
2022-04-19
3