Wilson & Tisya

Wilson & Tisya

Bab 1

Kini dua pria dengan kepribadian berbeda itu sudah berada di dalam ruangan yang sama. Suasana di ruangan itu tampak hening tidak seperti biasanya, ada sebuah map yang sudah siap di tanda tangani, tapi sepertinya itulah yang membuat suasana itu menjadi hening.

"Kamu yakin dengan keputusanmu?"

Berkali-kali pria berkaca mata itu menanyakan hal yang sama.

"Iya tuan dokter, saya sangat yakin!"

Pria berkaca mata itu entah sudah berapa kali membetulkan ikatan rambutnya, memang sudah tidak terlalu panjang tapi ia lebih suka mengikat rambutnya. Ia tidak mau sampai rambutnya itu menggangu kenyamanan putra kecilnya.

"Ini masalah nya bukan cuma kamu, tapi istri kamu! Apa kamu yakin bisa mengatasinya? Dia terlalu manja?" lagi-lagi dia meyakinkan pada adik iparnya itu berharap dia mau menandatanganinya.

"Sangat yakin tuan dokter, saya hanya ingin keluarga yang saya bangun tidak bergantung pada apapun!"

"Baiklah terserah kamu, tapi jangan tolak lagi saat nanti kamu sudah sangat membutuhkan atau aku akan memberikan pada anak kalian nanti!"

"Tentu tuan, tentu!"

"Baiklah, sekarang kamu boleh pergi!"

"Selamat malam tuan!"

Pria itu segera meninggalkan ruangan itu, ini sudah lebih dari jam kerja. Memang baru hari ini dia masuk kerja setelah insident yang menimpanya dan juga istrinya. Pelaku penyekapan itu ternyata anak angkat kakek dari istrinya.

Langkahnya kembali terhenti saat ia berpapasan dengan ibu mertuanya yang kebetulan juga berada di situ, ini belum genap dua minggu istri dari atasannya melahirkan yang juga keponakan istrinya. Sungguh hubungan yang rumit.

"Ma ....!" sapanya pada wanita cantik yang dulu dengan tidak sengaja ia benci.

Wanita itu terlihat mengerutkan keningnya, ini sudah sangat larut tapi menantunya itu masih berkeliaran, "Kamu di sini?"

"Iya ma, tadi ada perlu sedikit dengan tuan dokter!"

"Kalau di rumah jangan panggil tuan deh, rasanya tidak enak, dia itu kakak iparmu loh!" nyonya Tania memperingatkannya.

Wilson hanya tersenyum, "Iya ma, maaf Wilson belum terbiasa!"

"Tisya nggak ikut?"

"Enggak ma, tadi katanya sedikit kurang enak badan!"

"Dia pasti maag nya kumat itu, kasih obat ini aja, biasanya dia selalu meminumnya!" ucap nyonya Tania sambil memberikan sebotol obat yang biasa di minum oleh putrinya, dia memang selalu membawanya kemana-mana karena juga memiliki riwayat maag.

"Terimakasih ma, kalau begitu Wilson pulang dulu!"

"Iya hati-hati di jalan, Salam buat Tisya ya!"

"Selamat malam ma!"

Wilson segera meninggalkan rumah itu, dia memasuki mobil miliknya yang sudah terparkir di depan rumah. Wilson terbiasa mendapatkan semuanya dari hasil kerja kerasnya. Ia tidak mau orang lain berpikir bahwa dia menikahi Tisya karena dia adalah adik dari atasannya.

Langit sedikit gelap, hujan gerimis mengguyur kota, jalanan terlihat basah walaupun hujannya tidak begitu deras. Di tengah jalan ia melihat ada kedai roti bakar yang masih buka, bibirnya tersenyum seolah menemukan sesuatu.

Ia pun meminggirkan mobilnya dan berhenti tepat di depan penjual roti bakar.

"Pak roti bakarnya satu ya, yang rasa coklat sama stroberi!" ucapnya pada penjual roti bakar.

"Baik mas, di tunggu sebentar ya mas!"

"Iya!"

Wilson pun memilih duduk di dekat penjual roti bakar agar tidak kehujanan, walaupun hanya rintik kecil tapi jika berdiam terlalu lama pasti bajunya juga akan basah.

Matanya mengamati jalanan yang tidak terlalu ramai itu, mungkin karena hujan jadi orang malas untuk bepergian jika tidak terlalu penting.

"Mas, sudah!"

Ahhh, setelah penantiannya selama sepuluh menit akhirnya pesanannya jadi juga.

"Semuanya berapa pak?" tanya Wilson sambil menerima bungkusan roti bakar itu.

"Dua puluh lima ribu mas!"

Wilson merogoh sakunya mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu ha, sambil menunggang kembalian Wilson tampak mengirimkan pesan pada seseorang.

...//Tis, aku sudah di jalan, mau pesan apa biar aku belikan sekalian pulang?//...

Wilson pun mengirimkan pesannya, tidak butuh waktu lama dan terdengar notifikasi pesan masuk, dengan cepat Wilson membuka kembali ponselnya.

...//Apa aja deh, lagi males mikir//...

Wilson tersenyum sambil membaca pesan itu, "Dasar, cuma suruh pesan aja males mikir!" gumamnya.

Akhirnya setelah mengambil kembaliannya, Wilson bergegas kembali masuk ke dalam mobil agar tidak semakin basah.

Mobil pun kembali melaju, rintik hujan semakin deras saja terlihat dari kaca mobil yang semakin buram, Wilson segera menghidupkan pembersih kaca agar jalanan dapat terlihat.

Hanya lima belas menit akhirnya sampai juga di depan rumahnya. Lampu masih terlihat menyala semua, itu tandanya istrinya belum tidur.

Setelah memasukkan mobilnya ke dalam garasi, akhirnya Wilson masuk dengan kunci cadangan yang dia bawa.

"Aku pulang ....!"

"Kenapa pulangnya malam banget?"

Wilson begitu terkejut, ia tidak menyadari jika Tisya berdiri di ruang tamu sambil melipat tangannya di depan dada.

"Maaf, tadi pembicaraan dengan tuan dokter terlalu serius, makanya malam!" ucap Wilson dengan wajah tanpa dosa.

Hehhhh

Tisya menghela nafasnya dan kembali duduk di sofa. Bukan karena ia kesal di tinggal terlalu lama tapi baginya berada di rumah sendiri itu menakutkan, ia bahkan tidak berani kemana-mana semenjak langit gelap. Apalagi di luar sedang hujan.

"Kenapa duduk?" tanya Wilson saat melihat istrinya kembali duduk.

"Memang aku harus apa?"

"Kamu tidak lihat, bajuku basah!"

"Terus?" tanya Tisya sambil mengerutkan keningnya, "Aku harus apa?"

"Benar-benar tidak romantis!" gerutu Wilson.

"Sudah lupakan!" Wilson berlalu begitu saja sambil meletakkan roti bakar di atas meja.

"Kenapa jadi dia yang marah? Bukankah seharusnya aku yang marah?" gumam Tisya sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"Anehhhh ...!"

Tisya memilih membawa roti bakar itu ke dapur dan membuka ya, hidungnya terus mengembang mencium aroma roti bakar yang menggoda.

"Aku makan dulu nggak pa pa kali ya!" gumamnya perlahan tangannya mulai beralih sepotong roti bakar tapi segera di tahan oleh tangan seseorang.

Tisya segera menoleh ke sampingnya, suaminya itu sudah berdiri di sampingnya dengan baju yang berbeda. Sepertinya Wilson hanya mengganti bajunya tanpa mandi lebih dulu.

"Apaan sih Wil!?" protesnya saat tidak bisa mengambil roti yang sudah berada di depan lidahnya.

"Kalau makan tunggu aku!" protes Wilson, ia pun duduk dan menarik piringnya. Mau tidak mau Tisya kembali duduk dan menatap Wilson dengan penuh harap.

"Aku mau!" ucapnya dengan wajah di buat semanis mungkin.

Wilson yang sebenarnya hanya pura-pura marah itu tidak bisa melawan wajah manis istrinya, sepertinya itu kelemahannya saat ini,

"Buka mulutmu!" perintahnya dan Tisya tersenyum lalu membuka lebar mulutnya. Wilson menyuapkan sepotong roti untuk istrinya.

Bersambung

Jangan lupa untuk memberikan like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga

Follow akun Ig aku ya

IG @tri.ani5249

Happy reading 🥰🥰🥰

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa

2022-10-04

1

🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒

🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒

sukaaaa cwe mnja cwok hangat 🤭😁

2022-04-12

0

☪wHEniA1102™◼KB☪

☪wHEniA1102™◼KB☪

so sweet Wilson sama tisya nya

2022-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!