Empat sekawan

Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam, kini Michele sudah sampai di sekolahan. Dan, seperti biasa, saat ia datang maka ketiga teman nya sudah berjejer rapi menyambut nya.

“Morning guys!” seru Michele saat turun dari mobil nya.

“Tumben gak telat,” ujar Renata heran sambil bersedekap tangan di daada. Biasanya, setiap hari senin ke empat gadis itu sudah terbiasa absen saat upacara. Michele akan datang sengaja terlambat agar tidak mengikuti upacara.

Paling tidak nanti mereka hanya akan di hukum menyapu halaman atau gak membersihkan toilet, dan itu selalu mereka lakukan dengan menyogok penjaga kebersihan tentu nya. Sangat pintar bukan. Namun, entah mengapa pagi ini Michele malah datang sebelum bel berbunyi, itu berarti mereka akan ikut panas-panasan upacara.

“frozen udah di bawa- bawa. Gak berani gue,” keluh Michele menghela napas kasar.

“Ah elah, gue udah bawa flashdick mau buat nonton nanti, malah gak jadi di hukum.” Keluh Denis, si ratu encum.

“Anjir, lo mau nonton bokap di sekolah?” seru Michele terkejut.

“Sialan, bukan woy bukan!” saut Denis dengan cepat, “Ini drama korea terbaru. Kalian pasti bakal suka. Gila, cowok nya cuy, bikin cenat cenut.”

“Apanya yang cenat cenut?” tanya Rara, ia adalah anak paling polos di antara yang lainnya.

“Otak Ra, otak yang cenat cenut karena dapet vitamin. Makanya gue bawa biar bisa jadi semangat belajar,” kata Denis lalu mereka tertawa melihat kepolosan Rara.

Keempat gadis itupun akhirnya berjalan bersamaan menuju kelas. Beruntung, sejak mereka kenas saat masuk SMP, mereka selalu mendapatkan kelas bersama. Pernah saat memasuki SMA, kelas mereka terpisah, namun karena Michele merengek kepada papa nya, akhirnya Farel mengurus semuanya hingga mereka bisa satu kelas lagi.

“Michele,” panggil seorang laki-laki bertubuh tegap dan tinggi, juga tampan tentu nya.

“Kak, rasya?” gumam Michele sedikit gugup lantaran di panggil oleh ketua osis. Yah, Rasya adalah ketua osis, juga pemimpin tim basket, walau sebentar lagi akan lengser, tapi tetap dia lah ketua terbaik sepanjang sejarah di sekolah ini.

“Cieee,” goda denis menahan tawa nya saat melihat wajah Michele tersipu, “Icik icik ehem ehem.”

“Bangkee, lo ngapain woy!” seru Michele tertahan menahan geram.

“Ada waktu gak?” tanya Rasya lembut, yah Rasya adalah type lelaki idaman di sekolah ini. Selain memiliki paras yang tampan dan tinggi, ia juga memiliki hati bak malaikat. Yah, genk Michele sering mengatakan bahwa Rasya adalah bidadara SMA garuda.

“Selalu ada waktu buat kakak. Ada apa ya kak?”

“Tadi aku di suruh bu Silvi menata buku perpus. Dan aku di suruh mengajak satu orang, kamu mau nemenin gak?” tawar Rasya sedikit canggung, takut sebenernya, Rasya takut bila Michele menolak. Karena nanti akan menjatuhkan gengsi nya.

“Ohhh bisa kok kak. Bisa banget,” kata Michele tersenyum lebar.

Tentu saja dengan senang hati ia mau menemani Rasya. Kapan lagi coba bisa menemani cowo terta,pan di sekolah. Ah dan satu lagi, kapan lagi ia bisa bolos pelajaran. Ibarat kata nih ya, sekali dayung dua pulau terlampaui. Menyelam sambil minum air. Gumam Michele dalam hati sambil terkekeh.

“Chel, terus kita gimana woy?” seru Denis saat melihat Michele melambaikan tangan dengan senyum mengejek ke arah teman teman nya.

“Temen lucknat ya begitu. Dapet cowok ganteng, kita di tinggal ckckck!” gerutu Denis berdecak.

“Halah, ngemeng mulu. Kalau lo jadi Michele juga lo bakal tinggalin kita kan?” saut Renata kesal.

“Wooo enak aja, sorry ya gue gak kaya Michele. Gue gak ninggalin kalian, paling Cuma lupain kalian aja.” Jawan Denis terkekeh lalu mendapatkan serangan dari Rara dan Renata.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***