Eps. 10

"Kakek berangkat dulu, kau latihan dengan serius tapi ingat untuk tidak memaksakan diri." ucap Samuel.

"Iya, kakek hati-hati di jalan dan ingat untuk makan tepat waktu juga jangan terlalu memforsir tenaga untuk bekerja terlalu keras." ucap Az.

Samuel hanya mengangguk menanggapi ocehan cucunya itu lalu masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah di buka dari tadi oleh sekertaris nya itu. Az membalikkan badannya setelah mobil kakeknya tidak terlihat lagi.

"Ayo kita berangkat juga, bukankah sudah saatnya kita juga berangkat?" ajak Az pada Yuki dan Sidney yang sudah berdiri di depannya saat ini.

"Baik nona muda." saut mereka berdua.

Mobil yang akan mengantarkan mereka ke tempat pelatihan maju segera setelah sopirnya mendapat aba-aba dari Sidney.

Mobil yang membawa mereka segera keluar dari kawasan mansion menuju tempat pelatihan.

"Setelah dari tempat pelatihan kita mampir ke tempat perbelanjaan dulu. Aku bosan dengan pakaian feminim yang memenuhi ruang ganti di dalam kamarku." ucap Az.

"Baik nona muda." jawab sopir, Yuki dan Sidney serempak.

Setelah sampai di tempat pelatihan, mereka kembali berjumpa kapten John. Az kembali berlatih menggunakan senjata berapi seperti pistol dan senapan. Kemampuan Az menguasai dengan cepat tehnik juga praktek menggunakan senjata membuat kapten John kagum.

"Baru dua hari berlatih dan nona Az sudah dapat menggunakan senjata api dengan lihai." puji kapten John.

"Andai aku tidak menyaksikan sendiri bagaimana kemarin nona Az tidak paham sama sekali dengan senjata api, aku tidak akan percaya kalau nona Az adalah seorang pemula dalam urusan menggunakan senjata api." tambah kapten John.

"karena kemampuan nona Az sudah lebih dari kata baik, bahkan aku dapat mengatakan sangat bagus dalam menggunakan senjata api, pelatihan berikutnya nona sudah dapat melakukan tanpa bimbingan lagi. Nona cukup mengasah lebih baik lagi kemampuan nona." tambah kapten John lagi.

"Kapten terlalu memuji, terimakasih untuk bimbingan kapten selama dua hari ini. Aku akan berusaha untuk terus meningkatkan kemampuan dengan terus berlatih agar tidak mempermalukan kapten John sebagai pelatihku." ucap Az membuat kapten John tersenyum bangga.

"Ya, nona harus menepati apa yang nona ucapkan tadi." ucap kapten John.

Mereka lalu bersalaman untuk saling berpamitan karena sesi pelatihan dengan kapten John berakhir lebih singkat dari target pelatihan.

Setelah selesai berlatih mereka pergi meninggalkan tempat pelatihan menuju tempat perbelanjaan terdekat dari tempat pelatihan. Selain dekat dengan tempat pelatihan, tempat perbelanjaan itu adalah yang terbesar di negara itu dan lebih penting yang belum Az ketahui adalah, tempat perbelanjaan itu merupakan milik kakeknya Samuel yang tidak lama lagi akan menjadi tanggung jawabnya.

Dengan kata lain, pusat perbelanjaan atau mall terbesar itu adalah miliknya. Mobil Az dan mobil bodyguard yang mengawali Az berhenti tepat di lobby mall dan Az segera turun dari mobil setelah bodyguardnya membukakan pintu mobil untuknya.

"Para bodyguard sebaiknya jangan ikut masuk. Aku tidak ingin menjadi pusat perhatian dengan dikawal oleh banyak orang di dalam sana." ucap Az.

Mengingat keamanan mall yang cukup ketat, dan mereka dapat dengan mudah memanggil para penjaga keamanan di dalam mall jika terjadi keadaan genting, akhirnya Yuki dan Sidney mengangguk mengiyakan keinginan Az.

"Kalian cukup standby saja setiap saat. Agar saat kami membutuhkan kalian, kalian dapat segera menghampiri kami." ucap Yuki.

"Siap bos." saut para bodyguard bersamaan.

Az akhirnya memasuki mall tersebut hanya didampingi oleh Yuki dan Sidney saja. Az memasuki beberapa tempat yang menjual pakaian yang dia rasa cocok untuk gayanya. Az saat ini lebih menyukai pakaian santai yang tidak terlalu feminim tapi juga tidak terlalu tomboy.

"Bukankah ini orang yang telah lama menghilang itu?" ucapan sinis dari seseorang yang tidak sengaja berpapasan dengan Az dan dua penjaganya itu.

Az merasa pernah melihat wajah dua orang pasangan yang menatap sinis ke arahnya itu dan mencoba mengingatnya.

"Dari mana saja kau selama ini ja*ang?" tanya gadis itu.

Binggo, Az berhasil mengingat dua orang di hadapannya itu. Mereka adalah mantan suami dari Az dan saudari satu ayah Az yang kedapatan berselingkuh sebelum Az kecelakaan.

Mendengar nona muda mereka dikatai ja*ang, Yuki dan Sidney hendak menghajar gadis yang justru terlihat lebih ja*ang dari gayanya itu. Tapi, Az menahan mereka dan menyuruh mereka tenang dengan lirikan matanya dan gelengan kepala.

"Hei....! Aku sedang berbicara padamu." geram Jasmine karena tidak mendapatkan tanggapan dari Az.

"Kau berbicara padaku? Maaf aku bukan ja*ang yang rela ditiduri oleh pria beristri. Karena aku tidak merasa menjadi seorang ja*ang, maka aku tidak perlu menanggapi ocehan gadis rendahkan seperti dirimu." ucap Az lalu melangkah pergi.

"Hei...... Siapa yang kau sebut sebagai gadis rendahan?" teriak Jasmine.

Sedangkan Elliot sibuk memperhatikan Yuki dan Sidney, sosok yang sepertinya dia pernah lihat tapi entah di mana.

"Ah, aku ingat sekarang. Bukankah dia itu orang kepercayaan dari tuan Samuel Berza? Mengapa Az bisa bersama dengan mereka?" Batin Elliot yang makin terlihat bingung tanpa memperdulikan kekasihnya yang sedang kesal.

"Apakah seorang gadis yang tidur dengan suami dari saudarinya yah walaupun bukan saudari kandung, tidak pantas disebut sebagai seorang gadis rendahan?" ucap Az saat Jasmine menarik tangannya.

"Akh..... " pekik Jasmine saat Az menghentakkan tangannya Jasmine terjatuh.

Elliot segera sadar dari lamunannya saat mendengar pekikan kesakitan dari Jasmine. Dia segera membantu Jasmine berdiri dan menatap tajam ke arah Az.

"Dia bukan gadis rendahan, aku tidak pernah mencintai kamu, aku hanya mencintai Jasmine dan kau memaksa untuk menjadi pendamping hidupku sehingga Jasmine terpaksa mundur dari pernikahan itu." ucap Elliot dingin.

"Ha ha ha ha." Az tertawa mendengar penuturan dari Elliot yang membela kekasihnya.

"Mengapa kau tertawa?" tanya Elliot tidak suka karena merasa Az sedang mengolok-olok dirinya dengan tawa itu.

"Huft, terpaksa mundur? Dia merengek pada ayahnya agar diselamatkan dari pernikahan bisnis karena calon suaminya terkenal kejam dan merupakan pria berumur tua. Apakah itu yang dikatakan terpaksa mundur?" ucap Az dengan tatapan sinis nya.

"Sungguh menggelikan." tambah Az.

"Kau berani mengarang cerita tidak benar. Kau pasti tidak terima telah diceraikan dan tidak rela aku menggantikan posisi sebagai istri Elliot." bantah Jasmine.

"Heh, pria ini hanya terlihat seperti sampah di mataku saat ini. Sebaiknya kau hentikan berdebat karena semakin kau berbicara, semua orang akan mengetahui segala kebusukan kalian." Ucap Az lalu berlalu pergi.

Jasmine ingin kembali menahannya tapi Elliot yang melihat semua orang sedang menatap mereka, segera menarik tangan Jasmine dan membawa Jasmine pergi dari sana dengan sedikit kasar.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***