"Kamu ketemu di mana cewe aneh kayak gitu," komen Aldi sedikit ngeri melirik Arabela yang masih menatap mereka sebelum melangkah pergi meninggalkan pameran.
"Sasarannya Vandra," tukas Doni sambil menggelengkan kepala.
"Suami takut istri," desis Aldi mengejek.
Vandra yang mendengar cuek aja.
Cewe gatal gitu anggap aja nyamuk, batinnya nyantai.
"Model panas sepertinya," komen Irfan ngga mau kalah.
"Lo kok ngga mau kenalan?" tawa Fino menyindir.
"Bukan tipe gue mah," tolak Irfan sambil menggelengkan kepalanya.
"Kamu kenal dia dimana, Er?" tanya Toni nggak sabar karena Eri masih saja diam ngga menjawab.
"Waktu aku di Manchester. Ngga nyangka dia ngejar aku sampai di sini," kata Eri agak kesal.
Sepanjang pameran, teman teman Eri beberapa kali mesem mesem melihat Eri yang mendapatkan banyak pelukan dan kecupan hangat dari para gadis cantik dan seksi.
"Para gadis itu ngga tau gimana si Eri waktu SMA," bisik Toni pelan pada Aldi.
"Pasti bakalan muntah kalo tau," Aldi balas berbisik, kemudian keduanya tertawa.
Eri melirik keduanya kesal. Dia tau, pasti saat ini keduanya sedang menjelekkannya.
Tapi kemudian Eri tersenyum sendiri membayangkan betapa irinya teman teman teman jinnya padanya.
Lihat, cewe mana sekarang yang ngga mau peluk sama nyium gue, sombongnya dalam hati.
"Lo pameran berapa hari Er? Ni lukisan udah banyak yang lalu ya. Padahal hari pertama," seru Aldi kagum.
"Tiga hari," jawab Eri kalem.
Bakat melukisnya memang luar biasa. Karena papinya sudah mengijinkannya untuk mengikuti kuliah seni, otaknya seakan kran yang terbuka lancar. Ngga mampet lagi.
Waktu kelas tiga, nilainya naik drastis. Kuliah dua jurusan yang saling bertolak belakang lancar dia jalani. Padahal sambil magang di perusahaan papinya. Magangnya pun sukses.
Untung kunci otaknya dibuka tepat waktu.
Akhirnua kini papi dan teman temannya mengerti. Kenapa Eri selalu berlaku seperti orang bodoh. Dia marah rupanya di larang akan hobinya.
Sekarang betapa hebat teman zonk nya ini. Bisnis papinya di Manchester berhasil, galerynya pun sukses.
Nama tenarnya pun sudah sampai di Jakarta. Baru hari pertama pameran, hampir separuh lukisan udah di borong.
Untung Eri punya ketetapan, lukisan yang dibeli baru boleh diambil setelah hari terakhir pameran.
Kalo gadis cantik dan seksi jangan ditanya lagi. Berseliweran tiap detik menyapanya, mengecup.pipinya.
Aldi menggelengkan kepalanya takjub.
"Ngga nyangka ya, lima tahun di Manchester, Eri berubah drastis, komen Fino yang berdiri di dekatnya.
"Betul," kata Aldi setuju.
"Lo udah pesan lukisan ke dia? Ntar abis," kata Aldi mengingatkan.
"Nanti hari terakhir aja. Aku buta seni. Menurutku semua lukisannya bagus," kekeh Fino dibarengi Aldi.
Diapun sama seperti Fino.
"Mia ngidam apa lagi?" tanya Toni ingin tau ketika melihat Vandra yang masih sibuk membalas pesan dari istrinya.
"Soto Padang."
"Jam segini dimana soto padang yang buka ya. Aneh aneh aja Mia," ucap Toni sambil melihat jamnya.
Jam sepuluh. Apa Mia masih mau makan juga?
"Aku udah search tadi. Ngga jauh dari sini ada..Semoga belum abis," kekeh Vandra ringan. Seolah tidak menjadi beban buatnya dengan ngidamnya Mia.
"Selalunya Lo yang beli? Nggak nyuruh yang lain? Mama papanya mungkin?"
Vandra menggelengkan kepalanya.
"Mia maunya aku yang beli," katanya jujur membuat Toni menatapnya kasian.
"Kamu suka melakukannya, Van?" selidik.Toni.
"Ya suka lah. apalagi ini untuk anak pertamaku," kata Vandra bangga.
"Udah tau jenis kelaminnya?" tanya Toni senang melihat kebahagiaan temannya.
"Belum. Tapi gue sama Mia mau merahasiakan sampai akhir. Pasti menyenangkan taunya pas lahir," tawanya lagi.
"Malah repot lah Van. Kan warna baju beda beda cowo sama cewe," timbrung Irfan.
"Ngga masalah. Malah pasti jadi lucu aja," ngeyel Vandra.
"Ya terserah Lo lah, tapi jangan ngerasa aneh kalo anak cowo Lo dipakein baju warna pink," ucap Tobi mempengaruhi.
Vandra terdiam.
"Memang lucu kalo bayi cowo pake warna pink?" tanya Vabdra heran.
Menurut Vandra, warna apa pun yang dipake seorang bayi tetap menggemaskan. Seperti Abhi dulu.
"Lo bakal mubazir karena telanjur beli rok padahal bayi Lo cowo?" kekeh Irfan dibarengi Toni.
Kembali Vandra terdiam dan mencoba berpikir.
"Mana ada bayi pake rok," sarkas Vandra kesal tapi hanya dibalas tawa ngakak Toni dan Irfan.
"Dasar," makinya tapi kemudian ikut tertawa tergelaj gelak.
"Er, kok buket ini ngga ada nama pengirimnya?" tanya Igo yang membuat mereka berkonsentrasi pada buket cantik yang dipegang Igo.
Bunga aster putih yang cantik.
"Apa katanya?" tanya Doni kepo.
"Love from your secret admirer. Cieee...," ledek Doni yang membacanya cukup keras.
"Lo tau ngga secret admirer?" ganggu Toni dengan senyum miringnya.
Eri mendelik.
"Gue udah pintar sekaramg," nyolot Eri sebal karena teman teman jinnya malah ngakak menertawainya.
"Coba cek ccvtv, siapa yang bawa bunga itu. Apa bukannya dari yang kissing kissing you?" sarkas Toni lagi.
"Ah, ngga penting juga," tukas Eri malas. Sebenarnya ada yang diharapkannya.
Tapi ngga mungkin kan? bantah Eri dalam hati datar
"Om Eri," panggil seorang anak kecil cantik dengan rambut ikal yang dikuncir dua.
"Hai.sayang," sambut Eri sambil memggendong anak cantik itu.
"Papi sama mami mana?" tanya Eri juga yang lain mencari papi dan maminya.
"Melia, kamu ni, malah udah duluan," omel Luvi yang bergegas mendekati putri cantiknya yang kini sudah berumur tujuh tahun.
Ilham menyusul di belakangnya dengan menggendong seorang batita cowo yang juga berambut ikal. Kedua anak menggemaskan itu memiliki rambut yang sama dengan Luvi.
"Aku juga om mu, Mel," ucap Aldi sebel dengan ponakan cewenya yang tidak melihat kehadirannya.
"Eh, ada Om Aldi. Tadi ketutupan Om," jawab melia sambil cengengesan tanpa rasa bersalah.
Mirip banget dengan Om zonk nya itu, sindir Aldi dalam hati.
Luvi menarik nafas melihat kelakukan putrinya yang plek sama dengan sepupu jahilnya.
Apa waktu hamil aku terlalu benci sama Eri? batinnya mencoba mengingat.
"Van, ntar Lo jangan terlalu kesal sama orang ya. Mia, kan lagi hamil. Ini buktinya," sarkas Aldi membuat mereka semua tertawa.
Apa iya, batin Vandra. Gawat, dia suka kesal kalo lihat abangbya Valen. Amit amit, jangan sampe, harapnya dalam hati.
"Emang kenapa kalo mirip gue?" protes Eri ngga terima.
"Melia mirip papi sama mami dong, Om Al. Masa' mirip Om Eri," Melia juga ikut memprotes.
"Kamu ngga mau mirip Om Eri?" tanya Eri sambil menatap mata bulat itu dengan gemas.
"Bukan ngga mau Om. Nanti dikira, papi aku Om, bukan papi Ilham," celoteh Melia membuat tawa kembali menguar. Sedangkan Luvi hanya menarik nafas panjang berkali kali.
Kenapa kamu cerewet sekali, keluh Luvi dalam hati.
Ilham seperti biasa hanya menarik sedikit sudut bibirnya ke atas melihat wajah kesal Luvi. Sementara batita ysng digendongya hanya diam tanpa ekspresi.
"Kak Luvi, ini Eri udah ada secret admirer," info Igo begitu gelak tawa usai.
Aster putih? batin Luvi berusaha mengingat.
"Bang Ilham pasti cepat kalo nyari tau," usul Irfan.
"Ngga perlu dicari. Bentar lagi pasti datang orangnya," kata Ilham penuh maksud.
"Emang siapa, Bang?" tanya Igo ngga ngerti.
"Abang udah tau?" tuduh Irfan penasarn.
"Nggak juga," sangkalnya sambil melihat wajah Luvi yang sudah mengembangkan senyum miringnya.
"Kalo udah tau, kasih tau ya, Bang," kali ini Aldi yang meminta belas kasihan abangnya.
Ilham ngga menjawab. Sama seperti Luvi. dia juga tersenyum miring.
Eri sendiri menatap teman temannya ngga peduli tentang siapa secret admirernya.
Tanpa setau yang lain, Vabdra dan Fino saling tatap dengan bibir yang juga tersenyum miring.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
pensi
sudah difavoritkan juga novelnya 🙏
2022-05-09
1
Ryoka2
Kissing kissing you😭🤣
2022-03-16
1
Ryoka2
Wkwkwk
2022-03-16
1