Ayu sangat kesal dengan kedatangan Farhan yang tiba-tiba menghalangi jalannya. "Menyingkirlah," ketus Ayu yang tak di hiraukan oleh Farhan. Menatap mata pria itu dengan tajam sembari bertolak pinggang, berniat untuk menerobos tapi dengan cepat tangannya di cekal oleh pria tampan yang mengenakan jas abu-abu itu.
Farhan memutar badannya, Ayu sangat kesal dengan sang atasan hingga dia berdelik. "Lepaskan tanganku."
"Tidak, aku ingin kau ikut pulang bersamaku," titahnya dengan arogan dan tegas.
"Tidak, aku bisa pulang sendiri. Cepat lepaskan tanganku," tolak Ayu yang berusaha melepaskan cengkraman tangan pria tampan itu.
"Jangan membantah, ini perintah."
"Perintah apa? Sekarang bukan jam kerja."
"Siapa bosnya di sini?"
"Kau lah bosnya, tapi tetap saja. Jangan mencampuri urusanku." Jawab Ayu yang cemberut.
"Berani sekali kau berkata seperti itu di hadapanku?" Geram Farhan yang mengeraskan rahangnya sembari menatap wanita cantik itu dengan tajam.
"Ah, sudahlah! Aku tak ingin berdebat darimu. Pulang saja sendiri karena aku bukan anak kecil yang akan tersesat."
"Jangan salah paham dengan ku, ini demi kakek."
"Aku tidak peduli." Cetus Ayu.
"Tentu saja ini juga berimbas padaku, aku telah menyetujui syarat dari kakek dengan percobaan tiga bulan untuk saling mengenal." Ucap Farhan dengan enteng. Ayu menggaruk pangkal hidung yang tidak gatal seraya melirik ke bawah dan kembali menatap Farhan. "Kenapa tiba-tiba kau menyetujuinya?"
"Itu karena aku bisa terbebas dari perjodohan ini."
"Ya, terserah padamu saja dan aku tetap tidak ingin tahu apapun, jadi lepaskan cengkraman tanganmu ini. Apa kau ingin menyiksaku?" ujar Ayu.
"Kita satu arah, jangan membuang tenaga untuk masalah ini," tukas Farhan.
"Jangan memaksaku."
"Aku sudah menyetujui syarat dari kakek dan sekarang sudah menjadi tanggungjawab ku untuk menjamin keselamatan mu." Tutur Farhan.
Ayu menghela nafas dengan kasar. "Baiklah, apa sekarang kau puas?" Cetusnya yang terpaksa.
"Sangat puas." Jawab Farhan.
Mereka pergi dari tempat itu membuat seseorang mengepalkan kedua tangannya dengan sempurna, perasaan kesal, marah, sedih, iri menyatu menjadi satu.
"Gadis itu selalu membuat aku kesal, aku akan membuat perhitungan dengannya. Lihat bagaimana aku akan membalas gadis kampung itu!" gumam Vanya yang tersenyum smirk, dia mengeluarkan ponsel mahalnya dan membuka kontak untuk di hubungi Maudi, sang ketua sekretaris.
"Halo."
"Apa kau masih mengingatku?"
"Tentu saja, semua orang mengenal anda nona."
"Baguslah, jangan terlalu formal dengan ku. Kau bisa memanggil nama ku."
"Suatu kebanggaan untukku, tapi aku tidak bisa memanggil namamu, bagaimana dengan nona Vanya saja?"
"Hem, terserah kau saja."
"Sungguh, aku sangat tersanjung saat nona Vanya menelfonku."
"Ahh, tidak perlu berkata seperti itu. Bagaimana dengan pekerjaan mu?"
"Sangat baik, nona."
"Apa kau mengenal Ayu Kirana? gadis yang akan di jodohkan dengan tuan Farhan?"
"Aku mengenalnya, ada yang bisa saya bantu?"
"Aku ingin meminta satu hal kecil saja, apa kau bisa mengabulkannya?"
"Akan aku usahakan nona, tapi kabulkan juga permintaan ku."
"Permintaan? katakan saja apa yang kau inginkan."
"Aku sangat ingin berteman denganmu, nona. Sungguh! aku adalah fans beratmu."
"Wah, aku akan mengabulkannya karena itu tidaklah sulit. Mulai sekarang kau adalah temanku."
"Benarkah? oh ya tuhan...aku seperti sedang bermimpi."
"Tapi sebagai gantinya, bantulah aku untuk mempersulit gadis kampung itu bekerja di kantor. Bagaimana? **A**pa kau setuju?"
"Aku tidak akan menolakmu nona, aku setuju."
"Baiklah, aku tutup telfonnya."
"Baik nona."
Vanya memutuskan sambungan telfonnya dan memasukkan ponsel itu ke dalam tas mahal miliknya, perasaan yang sangat bahagia karena bisa membalaskan dendamnya. Dia tersenyum senyum tipis dan pergi meninggalkan tempat itu. "Kau akan menyesal berhadapan denganku AYU, bahkan nama mu juga sangat kampungan. Permainan akan kita mulai," gumamnya.
****
Setelah beberapa perdebatan membuat Ayu akhirnya menyetujui perkataan Farhan untuk ikut pulang satu mobil bersama dengan pria tampan dan mempesona itu, mereka masuk ke dalam mobil. Farhan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, menyusuri jalanan yang ramai akan kendaraan. Mereka hanya diam tanpa ada yang membuka obrolan, Ayu menatap keluar jendela dan menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya, rasa sejuk dan juga kenyamanan yang di rasakan olehnya.
Sementara Farhan mengemudikan mobil dengan fokus sembari mengingat permainan piano dari Ayu yang sangat memukau, dia melirik Ayu karena sangat penasaran bagaimana wanita di sampingnya itu sangat mahir memainkan piano.
"Ehem." Deheman dari Farhan yang tak di hiraukan oleh Ayu.
"Ehem." Farhan sedikit kesal karena ini kali keduanya dia tidak di hiraukan oleh Ayu.
"Ehem."
"Ck, kenapa kau selalu saja berdehem begitu? Apa tenggorokan mu sedang sakit?" Gerutu Ayu yang menatap Farhan dengan malas.
"Tidak juga, aku hanya ingin mengobrol denganmu."
"Setidaknya bicara dengan baik, bukan tahunya berdehem saja."
"Lupakan itu, ada yang ingin aku tanyakan kepadamu." Tutur Farhan yang mengembalikan ekspresi datarnya.
"Katakan!"
"Aku sangat menyukai cara kau bermain piano yang sangat indah, aku tidak menduga jika gadis sepertimu bisa memainkannya dengan penghayatan yang tinggi," ungkap Farhan dengan sangat antusias.
"Kau sedang memujiku atau merendahkanku?"
"Jangan salah paham dengan ku, aku mengagumi mu yang mahir dalam bermain piano."
"Memangnya kenapa? Apa gadis sepertiku ini tidak boleh memainkan piano? Walaupun aku dari kampung tak menutup kemungkinan untuk terus belajar." Cetus Ayu yang menatap Farhan dengan kesal.
"Aku tidak bermaksud mengatakan hal itu, aku hanya mengatakan, jika aku menyukai permainan pianomu yang sangat indah itu." Jelas Farhan.
"Ada apa dengannya? Aku hanya memuji caranya memainkan piano, tapi apa ini? Dia seakan memusuhiku," batin Farhan yang kesal karena selama ini dia tidak pernah di perlakukan seperti sekarang. Dia terus fokus mengemudikan mobilnya dengan hati-hati, perasaan dongkol akan jawaban dari Ayu membuatnya terdiam tanpa berniat untuk mengobrol.
"Syukurlah, si penganggu itu sudah diam sekarang. Apa identitas orang yang berasal dari kampung itu salah? Kenapa semua orang-orang yang aku temui di sini selalu memandang rendah diriku, bahkan supir mereka pun juga menatapku rendah. Ck, ingin sekali aku memberi mereka pelajaran yang akan di ingatnya," batin Ayu yang juga sangat kesal.
Keputusan yang di berikan oleh sang kakek membuatnya tersiksa. "Kenapa kakek melakukan ini kepadaku? Aku merasa sesak berada di sini." Gumamnya yang samar terdengar oleh Farhan.
"Apa kau mengatakan sesuatu?" Tanya Farhan yang melirik Ayu dengan sekilas.
"Apa? Aku tidak mengatakan apapun, kau hanya salah dengar, aku sarankan untukmu pergi ke dokter untuk pemeriksaan telinga," sahut Ayu yang menutupi.
Farhan hanya berdehem tanpa berniat memulai perdebatan lagi dengan gadis itu, tidak ada obrolan di antara mereka yang sama-sama terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Memyr 67
vanya sok tau. apa kalau ayu berhenti jadi sekretaris, atau bahkan berhenti untuk meneruskan perjodohan dengan farhan, akan membuat ayu menderita? dan farhan otomatis jatuh kr pelukannya? halu
2022-09-02
1
✮💫 ⃟٭Ƙ𝓮𝔂𝓵a
menarik
2022-08-12
1
Hartin Marlin ahmad
bagaikan kucing dan tikus selalu berdebat
2022-07-13
1