Sekuat apapun aku berusaha berteriak, suaraku seperti tercekat di tenggorokan. Mas Diki tak sedikitpun mendengar teriakanku yang sedang ditarik kuat oleh arwah Yu Darmi. Aku juga berusaha melepaskan pegangan tangan Yu Darmi, tetapi semakin aku berusaha melepasnya maka semakin kuat tangan dingin itu memegangiku. Aku memposisikan tubuhku supaya menjadi sulit untuk ditarik dengan cara membatu, namun ternyata tenaga arwah itu begitu kuat sehingga mampu menyeret tubuhku. Sakit juga diseret oleh arwah perempuan itu sejauh beberapa meter. Percuma saja aku melawan, karena takut terluka akhirnya aku memilih mengikuti tarikan tangan Yu Darmi yang sedingin es batu itu. Aku masih terus berusaha berteriak meminta tolong, tetapi kerongkonganku masih tercekat. Aku tak berani menatap wajah Yu Darmi saat itu, jangankan menatap wajahnya, menatap bagian tubuhnya yang lain juga terasa sangat mengerikan. Bayangkan saja seonggok mayat hidup sedang berdiri di depanku dan menarikku entah mau dibawa kemana.
"Jangan Yu ... Jangaaaaan ... " Aku meronta mengharap belas kasihan arwah sepupu suamiku itu.
Ternyata Yu Darmi menyeretku ke halaman rumah Yu Painem. Suasana di luar rumah begitu dingin dan sepi mencekam, tidak ada siapapun di luar selain aku dan arwah Yu Darmi. Mungkin orang lain hanya bisa merasakan ngeri terhadap hantu ketika menonton televisi atau memasuki wahana rumah hantu di pasar malam. Tapi kini aku sendiri yang mengalami ditarik paksa oleh demit. Berkali-kali aku berharap ini hanya mimpi, tapi sayangnya ini kenyataan.
Tidak cukup hanya menyeretku sampai ke halaman rumah Yu Painem, Yu Darmi menarikku ke dalam rumah Yu Painem dan menghempaskan tubuhku di ruang tamu Yu Painem. Selanjutnya, pintu rumah Yu Painempun tertutup dengan sendirinya. Dan arwah Yu Darmi tiba-tiba saja menghilang dari pandangan mataku saat aku berteriak.
"Allaahuakbar ..."
Aku berusaha untuk membuka pintu depan Yu Painem, tapi tidak berhasil. Kugedor-gedor kaca jendela rumah itu siapa tahu dengan begitu ada orang yang mendengar dan menolongku. Tapi hasilnya nihil. Jujur saja aku memang takut dengan sosok Yu Darmi, akan tetapi terkunci di dalam rumah Yu Painem jauh terasa lebih seram menurutku.
Berkali-kali aku berusaha menggedor-gedor kaca rumah Yu Darmi tetapi tidak ada orang yang mendengarnya. Mungkin karena ini sudah terlalu malam, jadi tidak ada yang terjaga jam-jam segini. Ada keinginan untuk memecahkan saja kaca itu, namun aku tidak menemukan benda yang dapat kugunakan untuk memecahkannya. Yang ada hanya kursi, namun saat aku berusaha mengangkatnya, kursi itu terlalu berat buatku.
"Mengapa arwah Yu Darmi meninggalkanku sendirian di sini?"
Aku mulai lelah untuk berusaha lari dari ruangan tersebut. Rasanya percuma saja aku berusaha, aku tidak akan berhasil. Satu-satunya harapanku adalah menunggu datangnya pagi.
"Tapi, berapa jam yang harus aku lalui sampai pagi menjelang? Apakah aku akan bertahan sampai pagi? Jangan-jangan Yu Darmi akan muncul lagi secara tiba-tiba atau jangan-jangan ..."
"Nduk ..." Terdengar panggilan seseorang. Aku beringsut mundur ke belakang hingga bersender di pojok ruangan. Ada rasa ketakutan yang lain menyeruak ke dalam sanubari. Suasana kembali hening, hanya terdengar suara binatang malam sesekali memecah kesunyian.
"Nduk ..." Panggilan itu kembali terdengar. Kali ini lebih jelas karena aku mendengarnya saat aku memaksimalkan kepekaan indera pendengaran. Meyakini suara itu benar-benar ada, tak ayal membuatku berkeringat dingin.
Aku semakin meringkuk di pojok ruangan, berusaha untuk tidak menggubris suara panggilan itu.
"Iya kalau itu suara orang, kalau ternyata itu hantu, bagaimana?"
"Sini masuk, Nduk!" suara perempuan itu lebih keras dari sebelumnya. Aku menutup kedua telingaku supaya aku tidak dapat mendengarnya. Tapi sayangnya caraku tersebut tidak berhasil. Yang ada, hal itu membuat pemilik suara misterius itu semakin marah.
"Kalau Kamu tidak ke sini, Mbakyumu bisa marah," ucap suara itu dengan lebih keras dan mendesah.
"Mbakyu siapa yang dimaksud oleh suara misterius itu?"
Aku bersiap menutup kedua telingaku kembali saat secara tiba-tiba sosok menyeramkan Yu Darmi kembali muncul di sebelahku dengan gulungan kapas di hidungnya.
"Waaaaaaaa ... " teriakku sambil lari terbirit-birit meninggalkan Yu Darmi yang duduk selonjor di pojok ruangan. Aku kembali berusaha menarik pintu rumah tersebut, tapi lagi-lagi aku gagal. Sementara rupa buruk Yu Darmi kali ini bangkit, kedua tangannya diarahkan ke depan seakan-akan akan mencekik seseorang, perlahan namun pasti Yu Darmi berjalan mendekatiku dengan kepala yang digerakkan secara acak ke kiri dan ke kanan menampakkan mulutnya yang menyeringai.
"Jangan Yu .... Waaaaaaaaaa" Secara refleks aku beringsut meninggalkan ruang tamu menuju ruang tengah tempat sumber suara itu berasal. Yu Darmi masih terus mengejarku hingga kemudian ia menghilang saat aku sudah berada di ruang tengah.
Ruang tengah ini diterangi oleh lampu dop 5 watt yang sudah usang sehingga terlihat redup. Ruangannya agak bersih, mungkin karena tadi siang baru dibersihkan oleh anakku. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang agak luas tersebut mencari sumber suara yang tadi memanggilku.
"Apakah tadi itu suara Yu Painem? Mengapa arwah Yu Darmi membawaku ke sini? Mengapa Yu Painem mengetahui keberadaan arwah Yu Darmi?"
"Nduk ... sini!" Akhirnya suara itu muncul kembali. Kali ini aku yakin suara itu berasal dari ruangan kecil di sebelah kiri ruangan ini, ada tirai kelambu di sana.
"Sini, Nduk. Jangan sampai mbakyumu marah lagi," lanjut suara itu yang entah mengapa langsung membuatku bergidik ngeri. Bayangan sosok Yu Darmi dengan kedua ngan ke depan membuat dadaku panas menahan sesak.
Aku berjalan perlahan menuju ruangan tersebut. Jujur aku memang takut Yu Darmi kembali muncul di hadapanku, tapi aku juga takut membuka tirai di depanku. Aku takut melihat sosok yang berada di balik tirai. Iya kalau itu memang Yu Painem, kalau bukan bagaimana?
"Bismillahirrohmanirrohim ..."
Aku menyingkap tirai usang itu secara perlahan. Aku memicingkan mataku karena masih takut dengan kenyataan yang akan aku lihat di depanku. Dan betapa terkejutnya aku saat tirai tersebut sudah terbuka dengan sempurna. Sesosok tubuh dengan wajah pucat pasi sedang terbujur kaku di atas dipan tua yang sudah agak keropos itu. Tarikan napasku langsung berhenti seketika saat itu, jantungku seakan berhenti berdegup. Otot-otot di sekujur tubuhku seakan tiba-tiba tak bertenaga lagi. Tetapi otot di wajahku menegang dengan seketika karena kemarahan yang memuncak. Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat, tapi kenyataannya ini memang benar-benar terjadi. Aku terjerembap di atas kasur, di sebelah tubuh yang sedang terbaring tak bernyawa itu seraya berteriak.
"Mas Dikiiiiiiiiiiiiiiii ..."
Bersambung
Terima kasih, Kak sampai saat ini masih setia mengikuti cerita MARANTI.
Author mohon maaf kalau update-annya agak lemot, maklum selain banyak kesibukan, author juga menulis lanjutan KAMPUNG HANTU yang saat ini juga on going di Noveltoon.
Jangan capek-capek ngikutin author untuk menulis lanjutan cerita ini ya? takutnya ntar author lebih konsen ke KAMPUNG HANTU he he he... Maklum, KAMPUNG HANTU sudah dikontrak oleh Noveltoon.
Krisannya author tunggu ya ...
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Enok Wahyu.S GM Surabaya
kemungkinan Yu Painem sudah meninggal juga..
Yu Darmi meninggalnya juga mungkin diracun ya Thor
2023-01-16
0
Catherine Yurika Mardjuki
bagus 👍 semangat terus ya 😇
2022-12-31
0
rajes salam lubis
lanjut
2022-05-09
0