Brugh !! Aaarrgh
Rehan terjatuh dengan keras dari tempat tidur.
"Apaan sih lo Ti?! Ujar Rehan setengah bangun sambil mengelus pinggangnya.
"Kamu ngapain peluk-peluk aku tidur dan ITU" Tia menunjuk ke bawah
Rehan menatap adik kecil nya yang telah bangun... "Akhirnya Lo ketemu juga sama adik gue" Bibir Rehan nyengir
"Adik?! Tia mengangkat kedua alisnya.
Rehan menaiki tempat tidur dan mendekat pada Tia. "Mau kenalan gak Ti?! Bisik Rehan
"Jangan ngaco deh kamu pagi-pagi" Tia mendaratkan kepalan tangannya pada pada paha Rehan, lalu bergegas keluar tak lupa ia mengambil bajunya.
Tia akan mandi di kamar mandi luar.
"Haaaiissh, dasar Dokter tak judes" Rehan mengusap pahanya.
***
Rehan sudah rapi dengan pakaian kerjanya, hanya tinggal dasi yang belum Ia kenakkan. Ia keluar dari kamar dan mendapati Tiara sedang duduk di meja makan sambil memakan roti.
Rehan melihat di meja hanya ada sepenggal sandwich dan secangkir teh.
"Buat gue mana?! Tanya Rehan tapi tidak di jawab Tia, ia lebih memilih diam.
Masih pagi, dan Rehan pun terlalu malas untuk bertengkar, Ia mengambil air di dalam kulkas.
Percaya atau tidak, Tia sudah membuat kan kopi untuk Rehan, namun masih Ia taruh di tempat kopi sayangnya Rehan tidak melihatnya dan juga sepotong sandwich itu untuk Rehan tapi Rehan juga tidak memakannya.
Akh, sudahlah lewatin sarapan belum tentu ia akan mati kan.
Bergegas ke kantor, Rehan segera menghidupkan mobilnya.
"Mampir rumah Papa dulu ya, aku mau ambil mobil" Tia bersuara, dari sarapan sampai keluar rumah dan masuk mobil Ia tidak berbicara sedikitpun.
"Kenapa?! Lo gak suka mobil gue? Tanya Rehan menatap Tia
"Bukan gitu, repot kalau mobilnya cuman satu dan lagi aku hari ini trima shift malam" Tiara menjelaskan sembari terus menatap ponselnya.
"Shift malam?! Rehan mulai menjalankan mobilnya.
"Iya, hari ini dokter Bobby gak masuk Ibu nya meninggal jadi Ia pulang ke malaysia, Ia minta tolong aku menggantikan operasi nya malam ini" Ujar Tia, kali ini Ia sudah tidak menatap ponselnya.
"Jadi lo pulang malam dong?! Ujar Rehan.
"Bisa jadi bisa juga nggak" Tia menghela nafasnya lalu menutup matanya.
Ia terlihat seperti seorang Dokter saat ini, dengan rambut kuncir kudanya, kemejanya dan sebuah stetoskop di tangannya.
Cantik.
Setelah beberapa menit akhirya mereka tiba di Rumah Papa Andi.
Tia lansung turun, memeluk Ayahnya yang sedang duduk di teras seperti biasanya.
"Papa.... Suara manja Tiara dengan senyum manjanya.
"Heeii kamu ini, sudah menikah tapi manjamu itu" Papa Andi tersenyum sambil mengelus kepala putrinya.
"Selamat pagi Pa, Rehan memberi salam
"Duduk Re... Mbok bawakan kopi untuk Rehan mbok"
"Gak apa-apa Pa, gak usah repot repot. Ujar Rehan.
"Kalian berdua udah sarapan?! Tanya Papa Andi
"Udah Pa, Tia tadi pagi bikinin sandwich yang enak Pa... Jawab Rehan.
Jleb, bagai panah menusuk perut Tia.
Karena Rehan gak makan bagiannya Ia yang menghabiskan.
Cari muka aja sih.
"Pa, Tia kerumah sakit duluan ya hari ini ada Operasi pagi, Tia kesini ingin mengambil mobil" Tiara memberi salam kepada ayahnya lalu segera ke garasi dan memanaskan mobilnya.
"Kami mau langsung pergi juga Re?! Tanya Papa Andi
"Setelah kopi saya habis Pa" tunjuk Rehan pada kopinya yang masih berasap. yang baru saja di letakkan sama si Mbok.
Di sambut tawa oleh Papa Andi.
Tiin.. Tia membunyi kan klaksonnya, pamit pergi.
"Maafin Tia ya Re kalau kelakuannya masih kekanakan" Papa Andi tiba-tiba berubah melow.
"Gak apa-apa kok Pa, Rehan suka yang manja-manja" Rehan terkekeh kecil niat hati ingin mencairkan suasana.
Papa Andi tersenyum, lalu Ia memegang Kursi rodanya seraya mengelus pegangan kursi roda nya.
"Waktu itu Tiara berumur 5 tahun"
Sluurp "Eh, iya Pa?! Rehan mengesap Kopi hitam nya.
"Iya, kecelakaan yang merenggut Mamanya" Papa Andi tersenyum sendu menatap Rehan.
"Saat itu saya sedang ada rapat Perusahaan"
(20 tahun lalu)
Senja itu hujan turun, ada beberapa anak diluar pagar, tepatnya di depan pagar Kediaman Witcjaksono mereka bermain air hujan.
Tiara yang kala itu berumur lima tahun sangat ingin juga bermain hujan, Ia melihat dari lantai dua rumahnya, anak-anak yang bermain itu sangat gembira.
"Mama boleh tidak Tia main di luar? Tanya Tiara dengan keluguan dan kepolosannya.
"Maafin Mama sayang, sepertinya tidak bisa karena di luar sedang hujan" Ujar Mamanya yang tengah membaca buku kala itu.
Tiara kembali memandang ke bawah, anak-anak itu melambai kepada Tiara yang melihat mereka dari jendela, mengajak bermain bersama.
10 menit kemudian..
"Maaf Nyonya, di kamar belakang juga tidak ada...
"Apa, Tia... TIARA...
Seisi Rumah sibuk mencari Tiara. Di setiap sudut rumah tidak menjumpai keberadaan Tiara. Hingga...
"Ny..Nyonya... i..itu Nona Tiara" salah satu pelayan menunjuk ke bawah dari jendela lantai dua
Tiara sedang bermain dengan anak-anak yang melambaikan tangan padanya tadi... Dan mereka hendak pergi...
"Oh Tidak, Mau kemana mereka... Nyonya Keisha pun bergegas turun dan keluar mengejar Tiara.
"TIA... TIARA..." Keisha berlari di tengah hujan yang semakin deras. Suara yang berlawanan dengan derasnya hujan, membuat Tiara sedikit sulit mendengar suara Mamanya.
"Hei kamu, ayo kita ke depan jalan utama disana" ajak salah satu anak "ayo" Tiara lekas menjawabnya.. mereka pun berlomba siapa dulu yang sampai di jalan utama. Begitu pun dengan Nyonya Keisha.
Ketika tiba di jalan utama, jalanan memang sepi di akibatkan hujan tapi bukan berarti tidak ada mobil yang akan lewat.
"Ayo, kamu pasti bisa" teriak temannya dari sebrang jalan. Tiara pun melangkah kan kakinya pada Aspal jalan utama yang basah.
"Tidak Tiara...." Keisha mempercepat larinya.
"TIA... BALIK, BALIK KESINI, TIARA" Kali ini Keisha berteriak sekuat yang Ia bisa..
"Em, Mama" Tiara mengentikan langkahnya di tengah jalan, lalu berpaling... " Mama" Tiara tersenyum, sambil melambaikan tangannya.
Ia mengira mamanya sedang melambai ke arahnya, hingga sebuah mobil Roli besar melaju ke arah Tiara.
Dan....
***
Rehan terdiam mendengar cerita Papa Andi, tak di sangka Tiara mempunyai kenangan yang begitu menyedihkan. Apalagi ini tentang Mamanya.
Kopi yang Ia minum pun sudah menjadi sangat dingin karena Ia fokus mendengarkan Papa Andi.
"Rehan, Papa gak tahu bisa bertahan hidup sampai kapan, Setiap Papa bangun jantung Papa seakan makin lemah" Ucap Papa Andi pilu.
"Papa cerita ini, bukan bermaksud membebani kamu tapi Papa rasa kamu harus tahu.. dan juga Uhuuk" Papa Andi terbatuk.
"Papa..." Rehan dengan sigap memberikan Air putih pada Papa Andi. Lalu Ia berlutut di depan Ayah mertuanya itu.
"Papa tenang aja, Rehan janji akan menjaga Tiara dengan baik Pa, dan akan membahagiakan Tiara" Ucapan laki-laki sejati,
Eh, lebih tepatnya Janji laki-laki yang sejati.
"Papa tahu Rehan, Papa percaya sama kamu"
ada jeda sebelum Papa Andi melanjutkan isi hatinya.
"Rehan Tiara tidak tahu penyebab kematian Ibunya karena kecelakaan" Ucapan Papa Andi membuat Rehan memaku.
Apa?! Tia tidak tahu.
"Tiara terlalu Syok melihat mamanya, dan lagi Ia masih sangat kecil, Mama Tiara mengidap penyakit Jantung kroner dan itu menjadi alasan kematian Mama mertua kamu yang di ketahui oleh Tiara"
***
Re... Re... Rehan
"Re... Hei Rehaaan" Pesi melambai di depan wajah Rehan yang melamun.
"Sori Pes, ada apa?? Rehan tersadar lalu membenarkan duduknya.
"Lo kenapa?! Berantem ama istri?! Pesi terkekeh.
Rehan menatap Pesi, "Lo tahu proyek kalimantan bermasalah, dan gue butuh orang kesana, Lo mau jadi sukarelawan" Senyum kecut Rehan..
"Maaf, Pak wakil direktur, rapat sebentar lagi dimulai Pak" Ujar Pesi mendadak kalem.
"Mona and Bokap juga udah datang" Seru Pesi lagi.
"Hm..." Rehan menganguk dan merapikan bajunya lalu keluar bersama Pesi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Muma
next
2020-07-08
0
rani ampangisi
semangat thor
2020-06-07
1