Saat aku dan Refald berjalan di jalan utama menuju pintu gerbang, tiba-tiba dari arah belakang, ada seseorang yang memanggilku.
"Fey!" teriaknya.
Spontan aku menoleh kearah suara itu dan aku langsung tahu siapa yang memanggilku. Dia adalah Lisa, ketua organisasi ekstrakurikuler yang kuikuti. Cewek itu berlari kecil kearahku sambil membawa map berwarna kuning.
"Ini ...," ia memberikan map itu padaku. "Susah sekali mencarimu sejak kau jadi selebritis dadakan!" ia tersenyum padaku, tapi matanya tertuju pada Refald yang juga ikut berhenti berjalan dan berdiri dibelakangku. Aku tahu makna sindiran itu. Sepertinya ia salah satu orang yang tahu soal insiden kecil tadi.
"Hai! Kenalkan, aku Lisa!" gadis itu mengulurkan tangannya pada Refald dan mengacuhkanku begitu saja. Dengan enggan Refaldpun membalas uluran tangan itu. "Maaf kalau aku mengganggu waktu kalian sebentar, tapi ini sangat penting." Lisa bisa juga bersikap centil. Padahal ia terkenal paling tomboy di sekolah ini.
"Tidak apa-apa, aku bisa menunggu." Refald menatapku yang sedang memeriksa map kuning itu.
"Apakah ini proposalnya?" tanyaku.
"Kami butuh tanda tanganmu sebelum diserahkan ke pembina dan kepala sekolah." Lisa masih bicara sambil mengacuhkanku. Pandangannya tak pernah lepas dari Refald.
"Baiklah ... proposal ini kubawa dulu. Aku akan memeriksanya dan aku sendiri yang akan meminta tanda tangan pembina dan kepala sekolah besok." aku melihat Lisa yang menatap Refald dengan senyumannya.
Sayangnya Refald hanya menatapku. Melihat mereka berdua membuatku kembali merasa pusing. "Satu lagi masalah dihidupku." Gumamku sambil memasukkan map itu ke dalam tasku.
"Lisa ....!" Tidak ada sahutan. "Lis ... kau dengar aku?" aku melambaikan tangan di depan wajahnya. Tapi ia tidak merespon lambaian tanganku. Lisa tidak mendengarku, entah apa yang ia pikirkan saat melihat Refald didepannya.
"Heeei!" bentak Refald membuyarkan lamunan Lisa.
Teriakan Refald membuatku kaget, hampir saja proposal yang kupegang itu jatuh ke dalam got kecil yang ada di dekat kami. Beruntung aku langsung sigap menangkapnya lagi. Lisa pun juga mulai kembali sadar dari lamunannya.
"Eh! Maaf ... kau bilang apa, Fey?" tanyanya gelagapan.
Akhirnya ... ia melihatku juga. batinku.
Aku mendengus kesal karena harus mengulangi ucapanku. Lisapun akhirnya mengerti setelah aku menjelaskannya lagi, tapi ia masih belum beranjak dari tempatnya berdiri. Gadis tomboy itu masih menatap Refald sambil mengkhayal. Namun, Refald sama sekali tidak mau menatapnya, ia malah terus melihatku.
Aku semakin kesal dengan situasi ini, aku memutuskan untuk pergi saja. Tidak kusangka Refald juga ikut berjalan dibelakangku. Kami berdua meninggalkan Lisa yang masih tetap berada ditempatnya. Entah sampai kapan dia seperti itu.
"Apa itu?" Tanya Refald. Ia berhasil menyusulku dan kami berjalan beriringan.
"Apanya? Lisa? Mungkin ia salah satu penggemar beratmu yang terbuai karena pesonamu ... kau senang?" sindirku.
"Bukan itu maksudku!" ujarnya.
Aku berhenti berjalan dan menatapnya. Refald juga ikut berhenti. Kami saling berhadapan sekarang.
"Terus apa?" tanyaku.
"Apa isi map itu?" ia menunjuk tasku dengan tangannya.
"Oh, Ini adalah proposal kegiatan yang akan kami laksanakan dua minggu lagi!" aku mulai berjalan lagi. Aku sedikit heran karena baru kali ini Refald tidak memamerkan pesonanya lagi.
Apa sifat narsisnya hilang? tanyaku dalam hati.
"Kegiatan apa?" Refald masih saja bertanya.
"CARAKA!" jawabku singkat.
"Apa itu? Aku baru kali ini mendengarnya!"
"Itu adalah kegiatan rutin anggota pecinta alam untuk mendapatkan pita ungu bagi anggota baru yang diikuti oleh siswa siswi kelas sepuluh diorganisasi kami. Kegiatan itu sudah jadi turun temurun sejak awal berdirinya sekolah kami. Sebagai senior kamilah yang mengadakan acara itu. Cewek yang tadi itu, Lisa, adalah ketua kami, dan untuk kegiatan kali ini, akulah yang bertanggung jawab, karena aku adalah ketua panitia penyelenggara kegiatan ini. Ini adalah proposal yang harus aku ajukan pada pembina kami untuk disetujui!" terangku. Kami mulai berjalan beriringan lagi.
"Kau juga ikut pecinta alam? Berapa kali kau pingsan saat ikut kegiatan?" Refald tertawa. Ia benar-benar meremehkanku.
"Kau mengejekku? Aku sangat kuat sebelum bertemu denganmu. Aku juga pernah naik gunung tanpa bantuan dari siapapun. Jadi, jangan pernah remehkan aku!"
Aku berjalan lebih cepat dari Refald sambil bergumam dalam hati, kenapa ia suka sekali membuatku kesal.
Aku sampai di parkiran lebih dulu dan mendapati motor scopy milik Refald tidak ada lagi di tempatnya. Aku jadi bingung.
Ke mana motor itu? Aku yakin sudah memarkirnya di sini. aku celingukan kesana kemari, tapi motor yang kucari tetap tidak ada di sini.
Refald memanggilku dari belakang. "Ke sini!"
Dengan masih bingung, aku mengikutinya sampai di depan pintu gerbang. Aku terkejut karena melihat ada mobil volvo di sana. Tentu saja mobil itu tidak sendiri. Ada banyak orang yang mengerumuninya, terutama para siswi cewek.
Ketika mereka melihat kami datang, tanpa diperintah cewek-cewek itu mulai mundur menjauhi mobil Refald. Kali ini mereka tidak bersorak-sorak lagi. Mungkin, karena Refald sudah mengumumkan bahwa kami berpacaran. Jadi, wajar kalau dia dan aku pulang bersama. Hanya saja, tatapan mereka tidak berubah, dan malah semakin parah. Aku bisa merasakan betapa inginnya mereka membunuhku karena sudah merebut orang yang mereka sukai.
Refald masuk ke dalam mobil dan duduk dibangku setir, ia menungguku masuk juga. Setelah aku duduk disebelahnya. Ia baru menyalakan mesin dan langsung melesat pergi.
Hari ini, sudah tidak seheboh kemarin. Tidak ada sorakan ataupun teriakan, yang ada hanya tatapan yang dipenuhi dengan kebencian. Aku sudah memutuskan untuk tidak memedulikan mereka karena ini adalah permainan Refald yang harus kuikuti.
"Bagaimana bisa mobil ini ada di sini? Kapan kau membawanya? Lalu di mana maticnya?" tanyaku saat dalam perjalanan. Aku tidak tahu ke mana Refald membawaku, yang jelas jalan ini bukan menuju jalan pulang.
"Pak No yang membawakannya untukku, dan maticku di bawa pulang olehnya. Kita tidak mungkin pulang dengan membawa matic itu, karena sudah pasti ke mana kita akan pergi jika kau yang mengendarai matic itu hari ini."
"Kapan kau menghubunginya?"
"Tadi, saat kau pingsan. Akan lebih aman kalau kita pulang pakai mobil ini."
"Kau takut aku pingsan lagi? Huhh! Aku tidak percaya ini, kau terlalu meremehkanku."
"Lalu kenapa kau pingsan? Kau bisa naik gunung sendiri tapi kau pingsan hanya karena aku mengejutkanmu?"
"Sudah kujelaskan sebelumnya, aku tidak bisa tidur dan tidak nafsu makan karena aku merasa bersalah padamu. Dengan kondisi fisikku yang lemah dan lelah, wajar jika aku pingsan karena tekanan yang kuhadapi saat bersamamu. Itu semua karena kau yang membuatku seperti ini. Kau memberiku banyak kejutan yang membuatku stres. Masih bisa hidup saja aku sudah beruntung."
Refald diam tanpa suara. Aku harap ucapakanku tadi tidak menyinggungnya. Kami berhenti di tempat makan yang waktu itu. Tempat yang sama saat pertama kali kami membuat kesepakatan ini. Sepertinya tempat ini akan menjadi tempat favorit kami karena makanan di sini sangatlah enak.
Kami duduk di tempat kami yang dulu, dan Refald mulai memesan makanan yang ia suka. Saat makanan kami datang, aku takjub melihatnya. Ada banyak sekali makanan yang dihidangkan. Berbagai macam makanan, semuanya tersedia.
"Siapa yang akan memakan semua makanan ini?" tanyaku bingung.
"Kau!" jawab Refald singkat.
"Apa? Kau pikir aku raksasa? Bagaimana bisa aku menghabiskan makanan sebanyak ini? Aku tidak serakus itu!"
"Kau bilang kau tidak makan selama seminggu, karena itu fisikmu lemah. Anggap saja ini sebagai penggantinya. Jangan sampai kau menyalahkanku lagi jika kau pingsan."
"Kau pikir aku Luffy si topi jerami? Aku tidak bisa memakan semua ini. Kau saja yang makan. Tiba-tiba saja selera makanku jadi hilang."
"Makanlah apa yang kau suka! Kita bisa bungkus sisanya untuk nenekmu di rumah."
"Kau baik sekali padaku!" sindirku.
"Kau baru sadar?"
"Tapi itu justru membuatku takut."
"Kau takut dengan kebaikanku? Kau tidak menyukai cowok setampan aku? Kau bahkan membenci tunanganmu. Kau cewek teraneh yang pernah kutemui di dunia ini."
Aku mendengus kesal. "Kau selalu berhasil membuatku kesal. Itulah kenapa aku tidak menyukaimu."
"Berhenti bicara dan suapi aku!" tandas Refald.
Aku menuruti keinginannya. Aku menyuapinya sampai selesai. Setelah itu aku sendiri memakan makanan yang kusuka. Hasilnya, tidak banyak yang termakan. Kamipun memutuskan untuk membungkus makanan yang tidak sempat dimakan.
"Kenapa kau ikut ekstra pencinta alam? Bukan yang lainnya?" Tanya Refald saat kami dalam perjalanan pulang.
"Karena aku tidak suka Pramuka. Aku hanya ikut teman-temanku saja. Mia dan Nura. Mereka pikir esktra ini akan jauh lebih menantang karena tidak ada ekstra seperti ini saat kami SMP. Sedangkan Yua lebih suka PMR."
"Kenapa kau tidak ikuti Yua saja?"
"Entahlah, Mia dan Nura memaksaku ikut dengan mereka. Jadi kuturuti saja, tidak ada salahnya. Kami menikmati setiap momen dikegiatan ekstra ini. Lumayan menyenangkan, kami jadi punya banyak pengalaman yang menarik."
Refald hanya manggut-manggut mendengar penjelasanku. Entah kenapa ia terlihat seolah tertarik dengan kehidupan yang kujalani.
"Boleh aku tahu darimana kau berasal?" tanyaku juga ingin tahu siapa Refald sebenarnya.
Aku ingin tahu lebih banyak tentang Refald. Meski awalnya aku tidak mau tahu soal kehidupan pribadinya. Tapi akhirnya, aku penasaran juga.
"Aku tidak bisa menjelaskannya saat ini. Belum waktunya?"
"Kenapa? Aku sudah memberitahumu banyak hal. Begitu juga dengan rahasiaku."
"Kau tidak perlu banyak tahu tentangku. Lakukan saja tugasmu!" jawabnya ketus.
Lagi-lagi Refald jadi berubah. Sebentar baik, sebentar hangat, dan sebentar jadi menyebalkan. Dasar aneh!
Aku yakin sekali dia menderita bipolar yang akut. Dia penasaran tentang aku bahkan mengancamku jika aku tidak memberitahunya, tapi dia marah jika aku yang ingin tahu banyak hal tentangnya. Orang ini benar-benar aneh.
Kami sampai di depan rumah nenekku. Sebelum aku turun, Refald memberiku bungkusan yang berisi makanan yang dibungkus dari restoran tadi. Ia juga mengatakan sesuatu yang membuatku tertegun.
"Fey! Apa kau pernah bertanya bagaimana perasaan nenekmu? Mungkin ia juga merasa kehilangan sepertimu. Aku tidak membenarkan apa yang ia lakukan dulu. Tapi yang kau katakan pada nenekmu itu juga melukainya. Bagaimanapun juga, ia adalah ibu yang melahirkan ibumu. Setiap ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Meskipun itu salah. Anggap saja, ini adalah takdir yang harus kau lalui. Bukan hanya kau yang bersedih. Nenekmu juga jauh lebih sedih darimu. Mungkin saja ia juga menyesal atas apa yang ia lakukan dulu? Jadi, kuharap kau tidak membencinya lagi." Refald menatapku penuh makna yang tidak kumengerti.
Aku tidak mengomentari kata-katanya. Karena yang dia ucapkan ada benarnya juga. Aku membuka pintu mobil dan masuk ke dalam rumah tanpa melihat Refald yang terus mengawasiku. Saat mobil Refald pergi, aku menangis di depan pintu yang sudah kututup.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Mara
Memaafkan dan menerima adalah obat segala penyakit 😘
2023-04-03
0
Femilia Dee
kedua kalinya aq baca ni novel...🤩🤩
2021-10-03
1
Nurulfajriyah
nangis
2021-07-21
0