Shindy melihat kiri-kanan depan dan belakang sekiranya tempat ini aman atau enggak.
Shindy melihat Dylan dan ingin bicara tapi dylan sudah hilang entah kemana..
"tuan...? tuan...? ". Shindy berteriak panik mencari Dylan.
Dylan yang di panggil terpaksa berbalik dan menyandar di pintu masuk hotel.
Shindy melihat Dylan di sana langsung berlari ke arah Dylan.
"saya tidak punya apa-apa tuan..! jangan tinggalkan saya ". ucap shindy dengan nada sedikit gemetar karna takut.
Dylan tertegun mendengarnya.
"kau takut..? kok bisa..? ".
"hah? jadi menurut anda saya tidak takut..? ". Shindy langsung memegang ujung jas formal Dylan tanpa menyentuh kulitnya.
Dylan melihat itu dengan datar.
"saya hanya melindungi diri saya supaya tidak anda tinggal tuan..! ". jelas Shindy dengan serius.
Dylan memutar bola matanya dengan jengah, ia berjalan ke arah meja resepsionis membiarkan Shindy mengekorinya dengan memegang ujung jas nya..
"sewa kamar kelas 1!". seru Dylan to the point tanpa embel-embel sapaan.
resepsionis memberikan 1 kunci.
"kenapa 1 ?" tanya Dylan dengan wajah datarnya.
"eh..? ". gelagapan kedua resepsionis kompak.
"2 kamar ". pinta Dylan lagi dengan super sabar.
"ba.. baik tuan..! ". dengan tangan gemetar salah satu resepsionis memberikan kunci kamar yang lain.
kamar itu bersebelahan,
"ambil". Dylan melempar kunci kamar itu ke Shindy yang diam saja dengan wajah tertunduk takut.
"aawwh..! ". Shindy memegang kepalanya yang terasa sakit setelah mendapatkan kunci kamarnya.
Dylan spontan memegang tangan shindy dan menepikan poni Shindy.
"kita obati..! ". Dylan menarik lengan baju Shindy, sama seperti Shindy menarik ujung bajunya maka Dylan juga menarik lengan bajunya shindy
kedua resepsionis dibuat heran hubungan macam apa antara Dylan dan Shindy. dan sudah hal biasa dikalangan mereka bergosip tentang Dylan yang jauh lebih tampan dari di TV dan majalah.
"tuan.. pelan-pelan jalannya kaki saya cuma 2" protes shindy terseok-seok mengikuti Dylan yang menarik ujung lengan bajunya..
Dylan menghentikan langkah kakinya dan menatap datar shindy yang ngos-ngosan.
"apa menurutmu aku punya 4 kaki? "
Shindy gelagapan dan menggeleng kepalanya dengan cepat.
"jangan banyak tanya..! kau membuang waktuku saja.. " Dylan berkata dengan santainya seolah tak peduli keluhan shindy
.
.
Dylan meletakkan kotak P3K untuk Shindy.
"obati sendiri aku mau keluar sebentar". Dylan meninggalkan Shindy tapi shindy menarik ujung jas Dylan.
Dylan menoleh tanpa balik badan. "apa..? ".
"anda tidak akan meninggalkan saya tuan? saya janji akan bayar semuanya tapi jangan tinggalkan saya disini..! ".
Dylan menatap datar tangan Shindy yang meremas ujung jas nya hingga terlihat makin kusut.
"diam jangan kemana-mana..! beri aku waktu 30 menit..! " Dylan melempar ponselnya ke shindy beruntung Shindy sigap menangkapnya.
Dylan langsung keluar dari kamar shindy,
"ponsel ini mahal sekali..! ". gumam Shindy menatap takjub ponsel Dylan lalu menggeleng kepalanya seketika sambil menyimpan ponsel Dylan sebagai jaminan. setelah itu ia segera mengobati pelipisnya yang memerah,
"aaw... apa dia seorang pembalap? kenapa dia bisa begitu kencang bawa mobil nya? ". oceh Shindy berbicara sendiri.
.
.
shindy membersihkan diri, ia begitu larut dalam kesenangannya hingga tak sadar kalau ia tak memiliki baju ganti.
"astagah...! bagaimana ini? aku kan nggak ada baju ganti kenapa bisa lupa..? aaakkkh... bagaimana ini..?? ". Shindy menatap wajahnya di kaca wastafel.
shindy cukup lama di kamar mandi hingga rambutnya yang basah sudah kering dengan sendirinya.
shindy keluar dengan jubah mandinya, ia malah mencuci pakaiannya tadi dan dijemur di kamar mandi hotel.
"besok pasti kering..! ". gumamnya begitu yakin.
pintu di ketuk, Shindy membuka pintunya menyembulkan kepalanya dan lega melihat tamunya perempuan.
"maaf nona..! ini pesanan kamar sebelah dan meminta saya memberikannya pada nona..! ".
Shindy melihat kesamping.
"apa dia sudah kembali? ".
pekerja hotel mengangguk sopan sebagai jawaban.
"ini baju ganti dari tuan yang sama nona..! ".
Shindy menerima paperbag itu dengan tatapan sulit diartikan.
"saya permisi nona..! ".
Shindy menutup pintu kamarnya dan melihat makanan yang di pesan dylan beralih ke paperbag nya..
"ternyata tuan muda Melviano memang baik seperti yang dikatakan berita. "
gumam Shindy tersenyum lebar.
.
.
shindy mencatat semua hutang-hutangnya pada Dylan,
"biaya kamar ini mahal sekali..! ". desis Shindy dengan mata melotot ke daftar penginapan yang ada di hotel ini.
ia melihat di internet berapa harga dress peach yang diberikan Dylan lewat bandrol nama desaignernya, matanya seakan melompat dari tempatnya.
"apa-apaan ini? kenapa dress ini mahal sekali? ". pekik Shindy spontan melihat baju yang ia kenakan saat ini.
dengan lemas shindy mencatat harga dress nya, ia menatap nanar kertas kecil itu.
"hutangku sampai 100 Juta lebih? bagaimana caraku membayarnya..? 10 juta perminggu? gila !! aku benar-benar ingin masuk rumah sakit jiwa.. "
Shindy menatap langit-langit kamarnya.
sekitar jam 1 malam Dylan mengetuk-ngetuk pintu kamar Shindy yang tak tidur karna memikirkan hutangnya.
shindy tersadar dari lamunannya dengan langkah gontai berjalan ke arah pintu.
"t.. tuan..? " Shindy kaget melihat Dylan lah yang mengetuk pintu kamarnya.
"berikan ponselku !! kita harus kekota sekarang.!"
Shindy membulatkan matanya lalu menoleh ke jam dinding.
"tapi ini sudah jam 1 malam tuan ". protes Shindy.
"kalau begitu kau pulang saja sendiri.. jangan salahkan aku meninggalkanmu sendiri di kota ini"
Dylan hendak berbalik tapi ujung bajunya di tarik oleh Shindy.
"5 menit...! ".
Dylan mengangguk, Shindy segera berlari ke kamar mandi dan memasukkan baju lembabnya ke dalam paperbag.
ia segera kembali ke dylan dengan nafas terengah-engah.
"ini ponsel anda tuan". Shindy memberikan ponsel Dylan dengan sopan.
dylan tersenyum tipis menerima ponselnya sambil melirik jam tangannya,
"kau tepat waktu sekali..! ". puji Dylan dengan seringai tipisnya membuat Shindy menjatuhkan rahang, ia merasa itu pujian tapi kenapa hatinya jengkel mendengarnya.
.
.
dalam perjalanan pulang Shindy terlelap di mobil Dylan,
"heii... aku antar kau kemana..? ". Dylan menarik-narik ujung dress Shindy
tak dapat jawaban, Dylan menarik nafas berat.
.
.
ke esokan siangnya Shindy membuka matanya dan menjerit seketika melihat ada 2 gadis cantik tengah menatapnya seakan penasaran akan sesuatu.
Nova dan Kaisha saling pandang polos seolah tak tau kesalahannya, Shindy melihat sekeliling dengan panik dan takut.
"mencari kakak kami? ". tanya Nova.
Shindy langsung beralih ke Nova.
"kakak? ".
"ah.. iya.. tuan melviano punya kembaran..! mereka mirip sekali.. ". batin Shindy antara lega dan masih takut.
Shindy akhirnya baru menyadari Nova adalah kembaran Dylan yang terkenal di publik tapi tak mengenali Kaisha.
"kakak jangan dekat-dekat..! kakak cantik ini kelihatan takut akan sesuatu.. ". Kaisha menarik lengan Nova menjauh dari Shindy
"tadi subuh-subuh kak Dylan kemari, dia sudah berusaha membangunkan kakak tapi tetap nggak bangun..! jadi kak Dylan menyuruh kami menjaga kakak sampai kakak bangun". tutur Kaisha dengan lancar dan terdengar lembut di telinga Shindy.
Shindy tersenyum canggung. "maaf saya merepotkan kalian"
Kaisha dan Nova saling pandang lalu kembali berebut tempat duduk di tepi ranjang Shindy.
"dimana kakak bertemu kak Dylan?"
"kakak pacarnya kak Dylan ya..? "
"kakak tinggal dimana..? "
segala pertanyaan bertubi-tubi di lontarkan oleh sepasang kakak beradik itu hingga Shindy yang gelagapan karna kedua gadis cantik itu salah faham padanya.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Sandisalbiah
bakal levih riweh kalau sampai Kaira dan Mely yg menemui Shindi.. pertanyaannya bakal seabrek tuh.. 😂😂😂
2024-09-13
1
Truely Jm Manoppo
Nova dan Kaisha .... kepo deh 🤣🤣🤣🤣
2024-07-12
0
Ms'shieqa
coba bayangiin stuasi shindy d tatap kaisha dgn nova..dgn mimik muka penasaran lgi..seru kayaknya ya
2023-02-25
1