Malam semakin larut, langit mulai dihiasi bintang-bintang kecil yang kemerlip disetiap sudut kota. Bulan pun tak mau kalah, ia bersinar lebih terang ditengah bintang. Memberikan sepercik cahaya yang terlihat di setiap belahan dunia. Ya, walaupun itu bantuan dari matahari.
Sementara Sean sedang duduk bersama Raynad dan Damar di sebuah kedai kopi terkenal dipinggir kota. Iringan musik lagu weightless dari Marconi Union mengalun merdu ditempat itu. Membuat suasana disitu tenang walaupun sedang dipadati pengunjung. Ditemani tiga cangkir kopi Tanzania Peaberry membuat mereka enggan untuk mengakhiri perbincangan mereka.
Drttttt
Drttttt
Tiba-tiba handphonenya Sean bergetar menandakan ada panggilan. Tangannya pun terulur mengambil benda pipih itu yang ada di saku celananya. Dilihatnya dari home sreen handphonenya tertera nama Rina, mamanya Sean. Lalu digesernya tombol hijau itu.
"Hallo" Ucap Sean.
"Kamu dimana nak?! Cepetan pulang mama dirumah sendirian ini." Jawab mama Rina. Dari nadanya ia terdengar sangat khawatir.
"Masa sendirian. Yang lain kemana?" Tanya Sean tak percaya.
"Iya! Papa kamu belum pulang katanya masih ada meeting sedangkan bi Inem sama Lastri baru belanja di supermarket." Jawab mama Rina sedikit ketus.
"Yaudah. Bentar lagi Sean pulang mah, soalnya nanggung baru ngobrol sama temen baru ini." Ucap Sean.
"Wah cepet banget. Namanya siapa? Jangan lupa diajak main kerumah ya hihihi." Jawab mama Rina bercanda.
Sean menggeleng pelan kepalanya "Iya. Namanya Raynad sama Damar kalau gitu udah dulu mah, bye." Ucap Sean lalu mengakhiri sambungan telepon terlebih dahulu.
Diletakan handphonenya tadi di atas meja. Lalu disruputnya kopi hitam miliknya yang sudah dingin itu. Nikmat, memang kopi Tanzania Peaberry ini selalu memberikan sensasi berbeda di setiap tegukan-nya. Campuran rasa kismis, cokelat, dan pahitnya kopi peaberry yang langka itu begitu khas pada kopi terbaik ini. Apalagi rasa winey pada Tanzania Peaberry Coffee ini membuatnya mudah melekat di langit-langit mulut.
"Pulang yuk. Kasian Nyokap gue dirumah sendirian takutnya ada apa-apa nanti." Ujar Sean meneggak habis kopinya. Lalu diambilnya uang ratusan ribu dari dompetnya dan diletakkan di atas meja.
"Gass! Gue juga harus belajar nih biar anak gue besok pinter seperti Michael Langan." Saut Raynad yang langsung mendapat tabokan kecil dari Damar di punggungnya.
"Suka ngelantur deh! Gue nggak yakin kalau kecebong lo besuk bisa jadi bibit unggul." Ucap Damar menyunggingkan senyum remehnya.
"Kenapa emangnya?!Gini-gini kecebong gue kualitas premium tau." Ketus Raynad.
"Hahaha burung lo itu cuma burung emprit, nggak bisa menghasilkan yang premium. Beda kalau punyanya Sean pasti bibit unggul hasilnya." Ucap Damar terkikik mengacungkan jempol kearah Sean.
Sementara Sean yang sedari tadi bingung akhirnya angkat suara " kenapa bisa bibit unggul?"
"Yaaa....karna punya lo burung elang yang gagah dan perkasa hahaha. Bukan lokal kayak punyanya Raynad." Tawa Damar semakin pecah.
Raynad membrengut sebal. Dibukamnya mulut Damar menggunakan tangannya kemudian menggiring keluar kedai. Malu rasanya jika orang lain sampai mendengar omongan konyol dari mulut sahabatnya itu. Sementara Sean yang baru tahu arah pembicaraan dua sahabatnya seketika tersenyum sekilas. Ia menggeleng pelan melihat tingkah laku teman barunya yang beda jauh. Kalau kata orang itu bagaikan langit dan bumi, jauh banget.
*
*
*
Kinara keluar dari kamar mandi menggunakan handuk kimononya menuju walk in closet. Tubuhnya sekarang sudah lebih segar daripada sebelumnya. Mandi dengan air dingin memang dipercaya dapat memicu kerja jantung agar lebih efisien saat memompa darah ke seluruh tubuh. Dan juga bisa meningkatkan kondisi kesehatan termasuk kesehatan kulit, hati dan juga lancarnya aliran darah.
Setelah memakai baju tidur, Kinara berjalan ke meja rias dan mulai mengaplikasikan beberapa produk skincare malam yang sesuai kebutuhan kulitnya. Dirasa semua cukup, ia rebahkan tubuhnya dikasur sambil merenggangkan otot-otot di badannya.
"Ra, mama ganggu nggak?" Tanya mama Delima dari pintu luar.
Kinara terjingkat kaget saat mendengar suara mamanya dibalik pintu. "Waduh gawat ini." Batin Kinara.
Dengan gerakan cepat ia segera bangun dan merapikan sprei kasurnya yang sedikit kusut. Lalu diambilnya beberapa buku mata pelajaran dan dibukanya satu persatu. Kinara sengaja menaruh bukunya berserakan di kasur dan dalam keadaan terbuka agar mamanya percaya bahwa ia sedang belajar.
"Masuk aja mah nggak dikunci kok." Jawab Kinara.
Ceklekk
Pintu kamar Kinara terbuka. Muncullah mama Delima yang sedang membawa baskom yang berisi air hangat dan handuk kecil. Ia tersenyum cerah saat mendapati anak gadisnya sedang belajar.
"Belajar apa sayang? " Tanyanya menaruh baskom diatas meja nakas. Ditepuknya pelan lengan Kinara agar bergeser dari tempat duduknya.
"Mapel buat besok mah." Jawab Kinara.
"Masih lama ya? Mama mau ngompres luka kamu dulu." Tanya mama Delima sambil menuangkan obat tetes pereda nyeri ke air hangat.
"Udah kok. Tinggal beresin aja." Jawab Kinara mulai memberesi bukunya lalu memasukan kedalam tas.
"Sudah, sini mama kompres dulu bengkak di keningmu." Ujarnya tersenyum.
Kinara menggangguk lalu merubah posisinya menjadi tidur. Diambilnya handuk kecil yang sudah dibasahi air hangat kemudian ditaruh diatas kening Kinara. Suhu hangat dapat memperlebar pembuluh darah sehingga aliran darah dan suplai oksigen dapat lebih mudah mencapai daerah yang sakit. Hal tersebut membuat otot lebih relaks dan mengurangi nyeri. Sesudah itu, dioleskannya salep Oparin disekitar luka Kinara agar lukanya cepat mengempis.
"Selesai. semoga besuk bisa kempis ya, muah." Diciumnya Kening Kinara pelan. " Udah malam, Mama tinggal ya kasian papa sendirian di kamar."
"Iya. mimpi indah mah" Ucap Kinara tersenyum.
"Mimpi indah juga sayang." Jawab mama Delima, kemudian berlalu meninggalkan kamar Kinara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments