Al bekerja sesuai dengan kemampuannya, siapa yang akan meragukan kemampuannya, dia sudah sangat terlatih saat bekerja di perusahaan papanya. Berawal dari karyawan magang hingga bisa di posisi ini bukanlah hal sulit. Walau tanpa menggunakan embel embel nama Zein dibelakang namanya.
Rasa gengsi dan sakit hati karena dia merasa keluarganya memutuskan hubungan dengannya dan dia ingin mandiri.
Al menggeram kesal, dan membuka koper biru di depannya. Benar dugaannya, isi koper tersebut membuatnya semakin marah. Beberapa pakaian wanita yang kini sudah tergeletak dilantai karena dia membuangnya begitu saja.
Terasa aneh, jijik dan geli saat tak sengaja menyentuh kacamata anti badai dan segitiga berwarna pink dan merah terang menyala, Al langsung bergidik ngeri. Dia mengibaskan tangannya, mimpi apa aku semalam bisa menyentuh benda keramat itu, sial! makinya dalam hati.
Cepat di tutupnya kembali koper tersebut dan dia pun memilih berjalan menuju sofa dan duduk.
Bagaimana aku bisa sesial ini? sejak bertemu gadis aneh itu ada saja kesialan yang menimpaku...
Al mengusap kepalanya dengan kedua tangannya,
Bagaimana aku menemukan koperku kembali?
dan bagaimana dengan meeting ku besok. Akh.. gadis nakal itu harusnya aku tidak bertemu dengannya, awas saja jika aku sampai bertemu lagi dengannya aku akan memberinya pelajaran, dasar gadis manja.
Tapi
coba aku periksa sekali lagi siapa tahu ada alamat didalamnya?
Al ingin kembali membuka koper tersebut dan mengobrak abrik isinya, namun diurungkan nya kembali, dibuka lagi dan akhirnya dia memutuskan membukanya, tak ada alamat pasti di dalamnya,
namun
dia menemukan sesuatu yang terbungkus dengan begitu rapi. Mungkin sebuah kado, entah lah dia sudah tak perduli, dia terus saja membongkar tetap saja tidak ada petunjuk apapun di dalamnya.
Al segera meraih ponselnya dan menelpon sekretarisnya.
"Ya, selamat siang Pak!" terdengar jawaban Jesy.
"Jes, tolong kirimkan salinan proyek A ke email saya, sekarang!' perintahnya
"Ehm..baik Pak." jawab Jesy tanpa berani bertanya. Dari nada bicaranya dia tahu saat ini bosnya sedang kesal.
Al meletakkan ponselnya, beberapa menit kemudian ponselnya kembali berdering tertulis nama Cintya.
Al tersemyum dan mengangkatnya, "Halo sayang!" Al memulai pembicaraan.
"Halo sayang, maaf aku tidak bisa kembali ke tanah air sekarang!" terdengar suara Cintya manja.
"Apa maksud mu sayang? bukankah kita sudah sepakat akan menemui orang tuaku besok! dan kita sudah sepakat Minggu lalu.."
"Maaf sayang, aku mencintaimu tapi benar aku tidak bisa. Please sayang, ngertiin aku, Aku mendapat tawaran untuk ikut peragaan busana di Paris. Kamu tahu kan sayang, itu mimpiku sejak dulu. Dan aku tidak mau melewatkan kesempatan emas ini. Aku ingin orang mengenalku tidak hanya di Indonesia tapi juga seluruh dunia.'
"Bukankah kamu sudah cukup terkenal, lagipula..'
"Please Al,.." potong Cintya cepat.
"Event ini sangat penting buatku. Maafkan aku karena memilih pergi,I Love you."
setelah itu sambungan terputus. Cintya memutuskan panggilannya secara sepihak.
Bahkan Al belum sempat mengatakan apapun ,Al kesal dan marah. Dia sudah begitu bersabar menunggu Cintya tapi kini dia kembali harus kecewa karena penolakannya.
Al duduk dengan lemas, pikirannya kacau, rencananya berantakan. Awalnya dia berniat setelah meeting dia akan menemui nenek dan memperkenalkan Cintya pada keluarga besarnya, Al ingin minta maaf sekaligus memohon restu untuk hubungannya dengan Cintya. Namun semua hanya tinggal angan, karena Cintya lebih memilih kariernya. Lagi lagi dia membuatku kecewa.
Kecewa namun dia tak dapat berbuat apa apa. Al lagi lagi mengusap wajahnya dan bangkit. Dia ingin merendam tubuhnya di dalam bath up, semoga saja bisa meredam amarah dan kekesalannya.
Satu jam berlalu, Al keluar dengan menggunakan handuk putih. Mengganti pakaiannya dengan pakaian yang ada di lemari. Kemudian meraih ponselnya dan berjalan keluar.
Mungkin dengan nongkrong di kafe bisa membuatnya sedikit lebih tenang. Al menelpon Jonatan, teman lamanya. Setelah sepakat dia segera keluar dan memesan taksi.
Satu jam kemudian Al tiba di kafe Jingga, tempat yang sering dia kunjungi saat dulu, tak banyak berubah hanya warna cat dan sedikit dekorasi yang membuatnya semakin cantik.
Al memilih tempat duduk di sudut, aman dan nyaman. Dari sana dia juga bisa melihat taman yang indah yang sengaja dibuat untuk memanjakan mata pengunjung.
"Hai, bro sudah lama menunggu?" terdengar seseorang menyapanya.
"Hai, Jo pa kabar?" aku berdiri dan memeluknya. Lama tak bertemu Jo semakin terlihat tampan.
"Suer, aku kaget saat kamu telpon, nggak nyangka aja kamu balik, oh ya mana Cintya?" tanya Jo sambil melirik kiri kanan.
"Apaan, aku sendiri." jawab Al datar.
"Loh, bukannya.." Jo menggantung kalimatnya.
"Entahlah, aku sendiri bingung," jawab Al malas.
"Ok, aku siap dengerin semuanya, lagian hari ini aku nggak ada meeting. Tapi bentar, aku siapin kopi fan cemilan dulu."
Jo memanggil waiters dan memesan kopi juga beberapa makanan ringan. Sambil menunggu dia kembali fokus pada sahabatnya.
"Sekarang jelasin semuanya."
"Apanya?" lagi Al malas membahas Cintya.
"Ya tentang kamu, kemana kamu pergi?, dan kenapa sekarang balik dengan wajah kusut. Jangan bilang kamu nggak jadi nikah ma Cintya?"
"Bukan tidak jadi tapi belom" Al meluruskan
"Alhamdulillah," jawab Jo senang. Al menatapnya kesal, sahabat gagal nikah malah di syukuri omelnya dalam hati.
"Dengar Al, aku orang yang paling bahagia jika kamu gagal nikah dengannya, dia itu tidak mencintai mu bro, buka mata mu, dia hanya memanfaatkan mu saja."
"Tidak, dia mencintaiku!" bantah Al dengan nada sedikit tinggi.
"Jika dia mencintai mu, mengapa kalian belum nikah juga, apa yang dia tunggu?"
"Dia masih mengejar karir nya," jawab Al pelan, terasa jelas kekecewaan di dalam kalimatnya.
"Dan milih ninggalin Lo! cinta dimana nya, Al??? sadar bro. Apa coba kurangnya dirimu, ganteng iya, kaya juga iya, anak pengusaha kaya raya, lalu dia mau apa?"
"Dia udah bawa banyak pengaruh buruk ma dirimu! gara gara dia, kamu pergi dari rumah, apa kau tahu gimana Tante Zahra setelah kau pergi? bisa kau bayangkan gimana sedih dan kecewanya dia? sadar Al!"
"Sudah, yang lalu biar berlalu. Saat ini aku kembali karena nenek, nenek sakit keras dan aku akan menemuinya."
"Terserah, yang pasti sebagai teman aku sudah mengingatkan mu."
"Gimana perusahaan mu!" Al mengalihkan pembicaraan.
"Biasa saja, nggak ada yang istimewa."
"Kapan kamu menikah?"
"Hahahaha...harusnya aku yang tanya kayak gitu. Kau kan tahu aku belum punya kekasih, lagipula gadis yang aku suka dipaksa nikah gara gara kakaknya yang tak bertanggung jawab. Pria pecundang yang lari di hari pernikahan nya."
"Uhuk...uhuk.. Al tersedak minumannya.
"Maksudmu, selama ini kau suka pada Mikayla? adikku?" tanya Al dengan wajah tak percaya.
"Nggak usah gitu kali juga, dah lewat." Jo menjawab malas.
"Sejak kapan? kok bisa aku nggak tahu?"
"Sudahlah lupakan," balas Jo malas.
"Maaf bro, gara gara aku, kamu patah hati. Tapi bagus juga, karena aku juga males punya adik ipar macam kamu, nyusahin!" ucap Al tertawa.
"Sialan!"
"Ya udah aku mau balik ke kantor, kamu mau ikut?"
"Boleh, tapi aku ke kamar mandi dulu," jawab Al. Dia melangkah pergi. Di depan pintu dia berhenti dan menoleh saat berpapasan dengan seorang gadis. sepertinya tidak asing, tapi siapa?
Al tidak mengingatnya dia kembali melangkah dan masuk kedalam, tiba tiba dia teringat dan segera berlari keluar, mengejar gadis itu, ya dia adalah gadis yang dia temui di bandara.
Al berlari keluar, namun terlambat gadis itu sudah tidak terlihat, hanya sebuah mobil merah yang terlihat sudah keluar dari restoran. Al mendesah kecewa. Bodoh karena terlambat mengingatnya.
Al baru akan kembali masuk, Jo sudah berdiri disebelah nya. "Katanya ke kamar mandi, nggak taunya disini." omel Jo.
"Yuk, nanti aku ceritain." ucap Al melangkah keluar.
Mereka masuk kedalam mobil dan melaju menuju kantor Jo. Sepanjang jalan Al menceritakan pertemuannya dengan Chelsea, dengan penuh emosi, kesal dan marah. Jo tertawa bahagia mendengar ceritanya. Apalagi saat Al menceritakan tentang koper mereka yang tertukar.
"Jodoh tuh!" ucap Jonathan sambil manggut- manggut. Dia masih belum bisa menghentikan tawanya. Al semakin kesal, dibuatnya.
Next chapter, Al akan bertemu dengan mamanya? gimana reaksinya ya??
Jangan lupa klik.like, vote dan poin seikhlasnya. Makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Wiek Soen
lanjut thor
2022-08-20
1
Arsyad Al Ghifari 🥰
😅😅😅 mikayla dan Haikal korbannya Gibran dan Kayla yang kabur di hari pernikahan
2022-07-30
1
Tiah Sutiah
iya itu jodoh mu al
2022-03-12
2