Maafin author ya, kalo kisahnya membosankan . hehehe
Bantu author dengan like dan komentar-komentarnya ya readers .
Danke banyak, Tuhan Yesus berkati...
...----------------...
*****
"Lan, kamu liat nggak tu ada cewek di pojokan sana?"
"Yang mana Nia?"
"Itu loh, yang sendirian di sana, yang nunduk itu loh."
"Ran, Lany, kalian ngomongin siapa sih," tanya Rosa.
"Oh, itu loh Ros, kamu liat nggak cewek di pojokan yang lagi nunduk?"
Rosa membulatkan mata-nya, entah dia liat apa tidak, Rania bingung dengan reaksinya..
Tiba-tiba ia mendekat dan berbisik pada Rania...
"Ran, kamu juga lihat?" yang hanya dibalas anggukan kepala Nia.
Tapi kok Lany tidak melihat apapun, itu yang masih membuat Nia bingung, sedangkan Rosa hanya menaruh jari di bibir seperti isyarat agar Nia diam saja, ya sudahlah nanti saja baru ia tanyakan.
Mereka pun menemui Ibu kantin untuk membayar makanan mereka. Setelah itu mereka kembali ke kelas, masih dengan pikiran tentang cewek yang Rania lihat di kantin.
Sampai di kelas, Pelajaran berikutnya pun dimulai, hingga jam pulang sekolah.
"Ros, kasih nomor HP kamu dong," ucap Nia.
"Eh, oh ia ya, kita belum tukeran nomor HP, nih save ya."
Rania, Rosa dan Lany berjalan menuju pintu gerbang, mereka akan pulang ke rumah masing-masing, belum sampai ke gerbang, Nia melihat cewek yang tadi di kantin, dia sedang berdiri dengan pandangan kosong, di ujung koridor dengan menghadap ke arah ketiga sahabat itu.
Rania melihat Rosa, dan ternyata dia juga sedang melihat kesana, apa Rosa juga melihatnya?" itulah pertanyaan yang ada dibenak Nia.
Tapi, sejak kapan ia bisa melihat hal-hal diluar nalar seperti ini, sejak kapan ia bisa melihat sosok-sosok tak kasat mata, yang sejatinya tidak bisa dilihat oleh manusia biasa.
Rania menyimpan pertanyaan itu dalam benaknya, dan ternyata di sana sudah ada Pak Mamat yang menunggunya.
"Lan, Ros, sampaii jumpa besok ya, oyah Ros, kamu pulang pakai apa?"
"Oh, itu.. Aku pulang pakai bus sekolah aja."
"Kalo gitu mending kamu ikut mobil aku ajha, kan kita searah, kosan kamu juga dekat kan sama rumah aku."
Rosa seperti menimang-nimang ajakan Rania, sedangkan Lany dia msh menjadi pendengar setia..
"Tapi Ran, aku nggak mau ngerepotin kamu."
"Apaan sih Ros, orang aku aja nggak ngerasa gitu."
"Ia Ros, mending kamu bareng Rania aja, kan kalian juga searah," Lany menimpali obrolan Nia dan Rosa.
Rania langsung menarik tangan Rosa dan masuk ke mobil..
"Bye Lany sayang, sampaii jumpa besok."
"Bye Ros, Ran."
Pak Mamat menjalankan mobil, Rania meminta Pak Mamat ke kos Rosa terlebih dahulu, dengan di arahkan Rosa.
"Pak, kita anterin teman Rania dulu ya. Kebetulan ngekos dekat perumahan kita kok."
"Siap Non."
Rania dan Rosa duduk di belakang kemudi sambil bercerita tentang, bagaimana Rosa bisa sampaii pindah ke sini.
Dan ternyata dia awalnya orang cukup berada di desa. Tapi karena ayah dan ibunya meninggal pada kecelakaan ketika mereka pergi berlibur, sekarang dia hanya tinggal seorang diri.
Rania sangat prihatin dengan keadaannya, ia sangat bersyukur karena sampai sekarang, Rania msh punya mama papa yang baik dan sangat menyayangi Nia.
Tapi ia nggak nyangka, ternyata Rosa, dia sangat kuat menghadapi ujian hidup seperti ini, walau sekarang harus bekerja untung kelangsungan hidupnya di kota.
Karena semua yang dipunyai mama sama papanya, diambil alih oleh sang paman yang serakah, dan dia diusir dari desa. Sehingga memilih untuk ke kota, bekerja dan melanjutkannya sekolahnya di sini.
Tak terasa mereka sudah sampai di kosannya Rosa.
"Non, udah sampai," kata Pak Mamat.
"Oh, ok Pak."
Rosa keluar disusul dengan Rania yang kepo dengan kosannya.
"Ran, kamu mau lihat kosan ku?"
"Boleh?" padahal pada dasarnya emang udah kepo.
"Boleh dong, ayookk. Makasih ya Pak," tak Lupa Rosa mengucapkannya pada Pak Mamat.
Keduanya berjalan sambil bergandengan tangan, hingga sampai di kamar kosnya Rosa, Rosa mengambil kunci dan membuka pintu.
"Ayuk masuk, tapi maaf ya, kamarnya kecil, hehehe."
Rania melepas sepatu dan mengikuti Rosa ke kamarnya, ia melihat kamar kecilnya Rosa, Lebih kecil dari kamar Rania. Sungguh kasian Rosa harus menjalani kehidupan yang keras di kota seperti ini.
Rasanya Rania ingin mengajaknya tinggal di rumah Nia saja, ia berpikir akan membahasnya sama mama dan papanya nanti .
"Duduk say, aku ambilkan minum ya."
"Ah, nggak usah say, aku nggak lama kok, intinya aku udah tau kosan kamu, nanti aku kesini deh, ngajak kamu main ke rumah aku."
Akhirnya Rania dan Rosa hanya duduk sambil cerita, karena masih kepo soalnya cewek di sekolah, Rania memutuskan untuk menanyakannya pada Rosa .
"Ros."
"Hhm.. Kenapa Ran."
Rania bingung harus mulai dari mana, tapi rasa penasarannya sungguh tidak bisa dibendung lagi.
"Ros, kamu tau nggak."
"Enggak," jawab Rosa.
Padahal Rania blm selesai bertanya sudah dijawab.
"Kan aku belum nanya Ros," Rosa hanya tertawa, Rania menepuk lengannya dengan buku di mejanya.
Ternyata dia juga somplak orangnya, ah rasanya mereka bertiga bakalan jadi geng somplak di sekolah..
"Itu siapa ya, cewek yang di kantin tadi. Kamu juga liat kan pas kita mau pulang?"
Rosa mulai serius dan menggenggam tangan Rania..
"Ran, aku mau jujur sama kamu, tapi aku takut kalian bakalan menjauh dari aku."
Eh, maksud Rosa apaan sih, Rania masiih bingung, sedangkan Rosa terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Rania hanya diam, menunggu Rosa melanjutkan perkataannya.
"Ran, Sebenarnya aku ini bisa melihat hantu."
Spontan Rania melepas tangannya, kaget dong Nia-nya, soalnya Rania rada-rada penakut.. Hehehhehe.
Tapi ketika ia melihat wajah Rosa yg murung, mungkin Rosa mulai berpikir kalau Rania dan Lany tidak akan mau berteman lagi dengannya.
"Eh maaf Ros, aku kaget aja tadi hhehe," Rania nyengir biar Rosa nggak sedih.
"Ran, kamu sama Lany nggak akan menjauhi aku kan, seperti orang-orang."
Rosa berucap dengan sedih, Rania jadi ikutan sedih melihatnya.
"Ros, kamu tenang aja yah, gue sama Lany nggak akan jauhin kamu kok, tenang saja, percaya sama gue," Rania menghiburnya..
Walau sejujurnya Rania juga kepikiran, sejak kapan ia bisa ngeliat makhluk tak kasat mata?
"Oya Ran, kamu juga indigo?"
"Enggak Ros, selama ini tu gue nggak pernah liat kayak begituan, tapi tadi kok tiba-tiba bisa ya?" ucap Rania sambil berpikir.
Tooolllooonngggg .. Toloongg akuu ..
Spontan Rania dan Rosa saling berpandangan. Seketika Rania merasa merinding, apaan tu..
"Ros, apa tu?" Nia bertanya sambil menarik tangannya Rosa.
"Udah, nggak usah dipikirkan, nanti baru kita bahas, mending sekarang kamu pulang, katanya tadi cuma sebentar, hahahah. Eh, malah keasikan ngobrol."
"Hahhaha" Rania pun ikut tertawa.
Lalu ia berpamitan untuk pulang, kasian Pak Mamat, pasti sudah ketiduran menunggunya di mobil.
Rania memakai sepatu dan berpamitan lalu keluar menemui Pak Mamat di mobil, tidak salah lagi, Pak Mamat ketiduran. Kasihan tadi rencananya nggak lama di kosnya Rosa, eh malah kebablasan ngobrolnya.
"Pak, ayo kita pulang."
"Eh ia Non, aduh maaf ya Non, bapak ketiduran."
"Heheheh ia nggak apa-apa Pak, ini juga salah Rania kok, yang kelamaan di kosnya Rosa."
Pak Mamat menjalankan mobil untuk mereka kembali ke rumah, ternyata sudah sore, mamanya pasti udah nungguin Rania di rumah, mana Rania lupa lagii ngabarin mamanya.
Mobil melaju dengan Rania yang msh memainkan hp ditangannya. Hingga tiba-tiba Nia merasa merinding sendiri.
Aaaaaakkkkhhhh...
"Non Rania kenapa?"
Pak Mamat kebingungan karena Rania tiba-tiba berteriak ..
Itu karena Rania melihat poci yang tiba-tiba ada di jendela mobil, otomatis Pak Mamat tidak melihatnya bukan, jadilah Nia yang ketakutan sendiri.
"Nunggak Pak, tadi kaget aja liat berita orang kecelakaan di hp."
Terpaksa deh Rania berbohong, karena Pak Mamat pasti tidak akan percaya padanya, sebab tidak melihat poci yang tadi ia lihat.
Pak Mamat melanjutkan perjalanan menuju rumah.
...----------------...
Guys, Thank you yah... Yang udah meluangkan waktu membaca novel Nunna.
Semoga nggak bosan ya .heheheheh ..
Jangan lupa dukungannya buat author ..
...Terimakasih.....
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments