Bab 4

Karina membimbing suaminya menuju meja makan. Hatinya sangat senang dan berbunga bunga. Membayangkan dirinya akan menjadi istri satu satunya untuk Zico. Karina juga membayangkan jatah bulanan uang seharusnya untuk Ella akan beralih kepada dirinya. Karina tidak sabaran menunggu waktu itu tiba. Ella selalu bersikap tidak sopan kepadanya. Dia berencana akan membalaskan sakit hatinya selama tiga bulan ini ketika Ella terpuruk. Dia tidak menyadari jika sikap Ella terhadapnya tergantung bagaimana dia bersikap kepada Ella.

Zico juga tidak sabaran untuk ke meja makan. Selama dua tahun menjadi suami Ella. Dia mengenali kebiasaan Ella di rumah ini. Termasuk tentang bagian masak memasak. Zico menepuk perutnya sendiri sebagai pertanda jika sebentar lagi perut itu akan terisi makanan enak.

Zico menempati kursi kebesarannya di meja makan itu. Dia memperhatikan Karina yang mengambil piring, gelas dan sendok juga garpu.

"Aku pakai tangan saja sayang. Simpan saja sendok dan garpu," kata Zico sambil beranjak dari duduknya dan menuju wastafel. Dia mencucinya tangannya di sana sementara Karina terlihat menyendok nasi dari rice cooker.

Zico kembali ke tempat duduknya. Dia mengulurkan tangannya untuk membuka tudung saji yang terbuat dari rotan itu. Tudung saji itu terangkat dan Zico terkejut. Apapun tidak ada di bawah tudung saji tersebut, kecuali dua buah mangkuk kosong. Dan didalamnya terdapat kertas dengan tulisan masing masing. Ayam kampung gulai. Dan mangkuk satunya berisi kertas bertuliskan genjer pedas.

Zico meletakkan tudung saji itu kasar. Rasa lapar dan perut yang harus segera diisi membuat Zico marah. Dia meletakkan tangan sebelah kirinya di pinggang sementara tangannya memijat hidungnya. Dan untuk pertama kalinya dia pernikahan dua tahun dengan Ella, baru kali ini perutnya terlantar.

"Kenapa sayang?" tanya Karina. Jarak rice cooker dengan meja makan sekitar tiga meter sehingga Karina tidak menyadari jika tidak ada lauk pauk di bawah tudung saji.

"Kamu masak sekarang. Tidak ada makanan di meja ini," jawab Zico. Dia menghempaskan badannya kembali di bangku.

"Loh kok bisa. Bukankah tadi Ella memasak di dapur ini. Terus, makanan yang dimasaknya tadi dimana?" tanya Karina heran. Setelah perdebatan di ruang tamu sewaktu Ella baru pulang kerja. Karina langsung naik ke lantai untuk membersihkan tubuhnya dan bersantai. Karina mendekat ke tudung saji tersebut. Seakan tidak percaya akan apa yang diucapkan oleh suaminya. Karina membuka tudung saji itu. Dia baru percaya setelah melihat mangkok kosong tersebut.

"Tenang saja mas, Aku akan masak secepat kilat," kata Karina tersenyum. Dia merasa mendapat kesempatan untuk membuat Ella semakin buruk di mata Zico.

"Cepatlah. Aku sudah sangat lapar ini. Mempunyai dua istri tapi perut bisa lapar seperti ini," sungut Zico kesal. Karina spontan menatap Zico. Dia tidak percaya jika Zico bisa berkata seperti itu dihadapannya.

"Yang tugas memasak kan Ella mas. Kok jadi aku yang kena omel?" tanya Karina kesal. Bisa bisanya Zico berkata seperti itu sementara pembagian tugas diantara dirinya dan Ella sudah jelas.

"Kamu juga. Satu harian di rumah. Tetapi tidak bisa membantu Ella. Kamu bisa membuat kue kue kering di siang hari. Kalau tidak masak seperti ini kan ada yang mengganjal perut."

"Iya, iya mas. Mulai besok aku akan membuat kue kering. Seusai keinginan kamu," jawab Karina mengalah.

"Jangan masak mie instan," larang Zico di tangan Karina sudah ada dua bungkus mie instan. Zico paling anti makan mie instan.

"Sesekali tidak apa apa mas. Aku sudah sangat lapar. Masak makanan ikan atau daging akan memakan waktu lama. Aku tidak tahan lagi untuk kita segera masuk ke kamar mas," kata Karina manja.

"Ya sudah. Secepatnya kamu memasak. Kau juga tidak tahan lagi menahan lapar ini," kata Zico. Karina tersenyum. Dia cepat cepat merebus mie instan itu. Hanya hitungan menit. Mie instan beserta telur di atasnya sudah terhidang di hadapan Zico.

Zico memandangi mangkuk berisi mie instan itu. Selama ini, dia tidak pernah makan makanan tidak sehat itu. Malam ini, karena istri pertama tidak memasak dia terpaksa memakan makanan yang paling dibencinya. Mie instan pernah memberikan pengalaman berharga kepada Zico. Gara gara banyak makan mie instan, dirinya pernah mengalami sakit perut yang sangat sakit. Kejadian itu ketika dirinya duduk di bangku sekolah menengah atas. Mulai dari saat itu. Zico tidak perlu lagi makan mie instan.

"Makan mas. Kalau sesekali tidak apa apa. Yang salah itu jika terlalu sering makan," kata Karina sambil menyodorkan mangkuk agar lebih dekat ke Zico. Karina bisa menangkap keraguan di mata Zico untuk melahap mie instan tersebut. Dengan terpaksa Zico memakan mie instan tersebut sampai habis.

"Mas, bagaimana kalau kita melakukan di sini saja," kata Karina setelah mereka selesai makan malam. Karina kini sudah duduk di pangkuan sang suami.

"Jangan Karina. Bagaimana kalau Ella tiba tiba datang. Tidak enak kalau kita melakukannya di sini."

"Dia pasti lama pulang mas. Kan masih jam sembilan. Gak mungkin dia pulang secepat itu. Lagi pula melakukan itu tidak sampai satu jam jika dia pulang jam sepuluh." Karina sudah mulai melancarkan serangannya. Tanpa menunggu jawaban suaminya. Karina sudah sudah membuka kaos sang suami. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Zico selain pasrah mendapat sentuhan yang memabukkan yang diberikan istrinya. Mereka sah sebagai suami istri. Mau jungkir balik melakukan hubungan itu juga tidak dosa.

Karina sudah berjongkok di hadapan Zico. Karina sangat lihai melakukan tugas. Mulai dari meremas, mengocok bahkan mengulum. Zico sampai memejamkan matanya dan menekan kuat kepala Karina supaya barang itu masuk lebih dalam ke mulut istrinya.

"Cepat buka pakaian kamu sayang. Aku tidak tahan lagi," kata Zico serak. Inti tubuh sudah menginginkan lahan basah yang lebih sempit dari mulut. Karina pura pura tidak mendengar. Dia terus mengulum dan mengocok batang itu. Mengalihkan pikiran Zico untuk memasuki inti tubuhnya. Dan benar saja. Zico menyemburkan lahar di mulut istrinya. Karina spontan berlari ke wastafel dan memuntahkan lahar itu di sana.

"Sekarang giliran ku mas," kata Karina sambil menatap jam yang melingkar di tangannya. Dua puluh menit lagi hingga pas jam sepuluh. Karina naik ke meja makan setelah melepaskan semua benang di tubuhnya. Dia melebarkan pahanya. Zico paham. Zico melakukan hal yang diinginkan istrinya.

"Aku masuk saja," kata Zico sambil memasukkan barang ke inti tubuh Karina. Karina kembali melihat jam. Sudah jam sepuluh. Ella akan segera datang. Dia ingin Ella melihat adegan panas ini dan segera meminta cerai dari Zico. Dia melepaskan diri dari Zico untuk menunda pelepasan dari tubuhnya. Karina memainkan barang milik suaminya untuk menunda waktu. Tapi apa yang dipikirkan Karina tidak dengan Zico. Zico justru ingin segera menuntaskan hasratnya. Karina berusaha menahan Zico untuk memasuki tubuhnya.

"Kenapa?" tanya Zico serak. Karina tersenyum manis. Tapi Zico langsung mendekatkan barangnya ke inti tubuh Karina. Karina spontan menahan tubuh Zico dan kembali melihat jam.

"Jangan bilang, kamu ingin melakukan ini disini. Supaya Ella melihat kita. Begitu kan maksud kamu?" tanya Zico kesal. Karena kesalnya, barang itu sudah lemas.

"Bukan seperti itu mas. Aku hanya butuh pemanasan sedikit lagi," elak Karina. Zico tidak percaya. Dia mengambil pakaiannya dan memakai pakaian itu.

Terpopuler

Comments

Hera Dita

Hera Dita

baru gak dimasakin sekali, udah ngomel. makanya mikir...

2024-04-19

0

Hera Dita

Hera Dita

jatah bulanannya di arepin tapi pengeluarannya gak di pikirin.... bodoh, jadi istri modal ngangkang doang ya begitu, mana ngerti sama pengeluaran rumah tangga.

2024-04-19

0

Muj Ran

Muj Ran

halahhhh pembagian tugas yg tak adil

2024-04-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!