Pria yang telah meneguk manisnya madu, dia menatap gadis itu dengan tangan membelai lembut bibir yang mengatup. Ada desir perasaan yang merasuk, namun tidak tahu apa itu. Setelah dia tahu bahwa gadis yang dia jamah ternyata masih suci, ada perasaan bahagia, bangga dan ambisi untuk memiliki namun tanpa terikat dengan janji.
"Akan ku jadikan kamu sebagai simpananku!"
"Aku tidak rela kelembutan dan keindahan yang kamu punya, dimiliki juga oleh pria lain."
"Aku yang telah menerobos selaput tipis di bawah sana. Jadi aku juga yang berhak atas semua ini!"
Tangan yang di dalamnya mengalir dosa-dosa lewat pembuluh nadi, lagi-lagi memutar pergelangan tangannya di atas dada. Menggerakan jemari dengan lembut seraya memejamkan mata dan mengingat kembali saat gadis itu melenguh.
"Cepatlah bangun sayang, aku ingin bermain denganmu dalam kondisi terjaga. Aku ingin mendengar suara merdumu mengalun di telinga karena rasa nikmat yang aku suguhkan."
.
.
Malam panjang telah dilalui tanpa terasa berat. Dua tubuh dan dua jiwa dalam satu ranjang, di bawah atap yang sama bagai sepasang suami istri. Namun nyatanya mereka hanya dua orang yang tidak saling mengenal satu sama lain.
"Good morning sunshine...."
Pria yang belum diketahui namanya itu mengecup lembut dan menggigit kecil benda tipis yang membuatnya gemas. Benda itu menarik dirinya untuk terus mengecup, menyesap dan menyisir seluruh sudut.
"Ah, sadar-sadar! Ingat janji pada mendiang istrimu untuk tidak meletakkan siapapun di dalam hati, Edward! Hanya sekedar bersenang-senang dan menyalurkan 'hobi' ...."
Pria itu langsung menarik tubuhnya yang tanpa busanna menuju ke kamar mandi. Dia membersihkan tubuhnya dari dosa yang sudah dia perbuat.
Sementara itu ...
"Ah, kepala ku...!"
Wanita yang terbangun dalam kondisi menyedihkan, memaksa membuka matanya yang masih terasa rapat. Seraya mengumpulkan puing-puing kesadaran yang terpecah belah.
"Aku di mana?"
"Ah, kenapa area sen-sitifku perih sekali?"
"A- aku kenapa telanjangg bulat? Apa yang sudah aku lakukan?"
Seorang gadis terbangun dari tidur panjang dengan berbagai pertanyaan dan rasa penyesalan mendapati diri sendiri dalam keadaan yang sangat buruk. Gadis itu terpukul dan mulai menangis, menyakiti tubuhnya sendiri menggunakan tangan dan berteriak sangat kencang setelah menyadari dia kehilangan sesuatu yang berharga yang selama ini dia jaga sebaik mungkin.
Dia menatap sendu dress pembawa sial yang dia kenakan, tergeletak di atas ranjang yang dia duduki. Dia mulai merutuk akan kebodohan diri sendiri. Hanya karena laki-laki bejat, dia harus kehilangan mahkota seorang wanita.
"A- aku sudah tidak suci?"
"Ta- tapi bagaimana semua ini terjadi?"
Kembali gadis itu berteriak meluapkan kekecewaan pada diri sendiri. Dia tidak bisa menyalahkan siapapun, karena apa yang telah terjadi murni karena kesilapan dirinya.
Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya dan berlari menuju kamar mandi. Namun tubuhnya menghantam sesuatu yang dingin dan basah. Tubuhnya oleng hampir terjatuh bila sesuatu yang kekar tidak menahannya.
Sesuatu melingkar di pinggang ramping menarik Rona untuk melihat ke arah pemiliknya. Sepasang netra bersitatap untuk pertamakali. Netra yang saling menghipnotis dengan daya tariknya masing-masing.
"Mata ini, kenapa sangat mirip dengan mata mendiang istriku?"
"Mata yang selalu membuatku terhanyut. Mata yang menentramkan. Mata yang membuatku tidak ingin merasakan jatuh cinta lagi pada oranglain."
"Ba- bagaimana bisa dua orang yang berbeda namun memiliki mata yang sama persis?"
Pria misterius itu terus saja bergumam, bertanya dalam hati tentang mata yang dimiliki gadis yang tengah dia dekap. Tanpa menyadari sebuah tamparan melayang sangat keras di pipinya.
Pria itu menyalang karena rasa sakit di pipinya. Belum hilang rasa sakit itu, sebuah tendangan mengarah ke bagian sensitiff yang hanya tertutup handuk tipis. Dia meringis seraya memegang miliknya. Sumpah serapah keluar dari bibir yang sedari tadi menguncup.
"Ah, wanita liar kenapa harus menendang bagian ini?" protesnya dengan terus memegangi bagian yang sakit.
"Itu tidak seberapa dengan rasa sakit yang aku dapatkan, pria cabull!" jawab Rona murka.
"Jangan sembarangan mengataiku. Kamu tidak tahu siapa saya!"
"Saya tahu, kamu adalah pria tua kesepian yang senang mencari mangsa gadis-gadis polos untuk dijadikan selir. Dijadikan alat pemuas nafsuu!"
"Gadis polos? Gadis polos tengah malam sendirian di dalam club dan bermabuk-mabukan. Itu yang dinamakan gadis polos?" Pria itu kembali menarik pinggang Rona hingga kedua tubuh menempel dengan lekat.
Dua netra kembali bertemu dengan sapuan napas yang sangat terasa hangat di wajah. Sebuah ciuman menyisir bibir tipis tanpa penolakan ataupun perlawanan.
"Astaga... kenapa dengan aku, kenapa tubuhku menyelingar saat pria mesum ini mencumbuku?"
"A...h sadar-sadar Rona! Ayo lepaskan dirimu dari jeratan pria tua ini!"
Rona melipat lutut kakinya hendak kembali menghantam benda yang telah dia tendang tadi, namun tangan kuat lebih dulu mencekalnya. Kemudian pria tersebut menarik kaki Rona ke arah pinggangnya. Dengan sigap dia melepas kain yang menutupi miliknya, dan sekali lagi miliknya memasuki dinding sempit namun tanpa penghalang yang bernama selaput daraa.
Wanita yang tidak siap dengan serangan pria di depannya, hanya bisa menjerit lalu meringis karena rasa sakit yang dia dapatkan. Namun pria itu tidak merasa iba sedikitpun. Yang terjadi malah sebaliknya, dia semakin bersemangat melancarkan aksinya dengan memojokkan tubuh Rona ke dinding. Miliknya melesak lebih dalam dan lebih jauh.
Permainan yang dia berikan, sanggup membuat Rona yang semula mengunci mulutnya rapat-rapat, kini berubah menjadi sahutan lenguhan dan desahann. Pria itu memainkan bagiannya dengan sangat lihai dengan sentuhan-sentuhan dibagian sensitif di tubuh Rona. Lidahnya terus menari mengitari benda kenyal di atas dadanya.
Rona menahan suaranya dengan mengatup mulut menggunakan telapak tangannya. Namun pria itu menarik kedua tangan Rona ke atas kepalanya. Kembali sebuah desahann lolos dari bibir Rona saat gerakan pria itu semakin kencang dan menguat. Lenguhann dan lolongan bersahutan, menyambut aliran kenikmatan yang menitik ke atas lantai.
"Aku suka suaramu!" ucapnya dengan me-remass gundukan dan mengigit leher jenjang. Pria itu menyeringai. Rasa penasarannya telah terpuaskan pagi ini. Sementara Rona, dia meneteskan airmata penyesalan. Ditambah rasa sakit di bawah sana bersamaan dengan rasa sakit atas harga diri yang terinjak-injak. Tubuhnya melungsur dengan lutut melipat. Meraung-raung akan kesilapan yang lagi-lagi dia lakukan.
Pria tanpa perasaan itu, hanya diam mematung memandangi Rona yang terpuruk. Rasa bersalah dan iba merasuk ke dalam hati namun dia lawan kuat-kuat.
Tanpa belas kasih sedikitpun pria itu meninggalkan wanita yang telah hancur hidupnya seraya berkata, "Aku akan membayarmu 1 miliyar, untuk keperawanann yang telah aku renggut. Tapi wanita malam tetaplah wanita malam, tidak perlu kamu membuat drama seolah tersakiti seperti ini!"
Manik mata yang basah seketika menyalang ke arah pria yang berdiri tegap. "Aku bukan wanita malam, bedebah!!" sungut Rona.
"Lalu apa? Wanita panggilan?" tanyanya.
"Atau wanita penggoda?" cibir pria yang tidak punya perasaan.
Bersambung ...
.
.
...***...
...Masih part-part 'hareudang' ya, maafkan :D...
...•Jangan lupa untuk meninggalkan like, comment, Favorite, vote dan rate 5 stars untuk mendukung Author kesayangan kalian•...
...•Terimakasih•...
...•Love You•...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Umi Nabila
pagi pagi hareudang
2022-10-16
0
Sri Rahayu
kasihan Rona....sial bener, melihat pacar nya lg wik2 sama temen nya ehh malah diperkosa dan kehilangan barang paling berharganya 😢😢😢
2022-09-16
0
🌹🌹QUEENOCEAN🌹🌹
kapok.. siapa gitu yang datang ke Bar.. bodoh sendiri kan..
2022-05-16
0