9. Tempat baru

Kalimantan

Kapal sudah bersandar, Randy dan Naya sudah turun dari kapal. Naya sedikit pusing karena mabuk laut

"Kamu gapapa khan dek?"

"Gapapa mas" jawab Naya dengan sedikit senyum.

Tak berapa lama ada mobil yang menjemput mereka. Setelah sedikit bercengkrama dalam mobil, mereka telah sampai pada sebuah rumah. Ya..rumah bagi para tentara. Selesai meletakkan barang..Randy berangkat untuk lapor kedatangan di batalyon barunya.

Siang hari Randy sudah dirumahnya lagi..melihat istrinya menata pakaian, Randy segera membantunya

"Maaf ya dek!"

"Aku senang mas"jawab Naya.

Mereka segera menyelesaikan kewajiban mereka masing masing setelah itu mereka berkenalan sebentar dengan tetangga sekitar

"Selamat sore bu, saya Randy baru pindah..ini istri saya bu"

"Oohh..iya..saya bu Indro. Om Randy dari jakarta ya..istrinya khas banget wajah jawa om, kalem dan cantik" jawab bu Indro.

Randy hanya tersenyum mengingat pujian tetangga mereka yang mengatakan istrinya cantik. Randy mulai mengamati lagi dan benar menyadari istrinya memang sungguh cantik berkulit kuning langsat, bibir merah delima. Randy merasa detak jantungnya semakin kencang berdebar.

***

"Mas..aku mau mandi donk tapi takut mas, mandinya di belakang, apa mas bisa temani aku mandi disana?" tanya Naya

"Iya, ayo..bawa selendang! mas belum perbaiki pagarnya, kata orang kantor tembok pagar batas dengan warga luar masih roboh kena angin minggu lalu" titah Randy. Naya segera ke kamar memakai selendang, kemudian memakai kaos untuk menutupi bahunya.

Randy dan Naya berjalan ke tempat mandi di belakang rumah. Naya mulai membuka kaosnya, Randy yang sedang menimba air agak salah tingkah melihat istrinya. Yaa..istri yang belum pernah di sentuhnya sama sekali. Jiwa lelakinya mulai berdebat dengan tubuhnya yang tidak mau di ajak kompromi dan terus saja menegang. Fantasi liar mulai memenuhi kepalanya.

"huuufftt..kamu itu istriku dek tapi aku juga akan menahannya sampe kamu siap dan ikhlas terima aku" batin Randy sambil tersenyum dan terus mengisi bak mandi Naya.

Randy duduk di atas batu besar sambil menghisap rokok menunggu istrinya mandi. Belum bisa hilang kebiasaan merokoknya padahal dia tau betul istrinya punya penyakit asma. Mata Randy terus menatap Naya yang mengguyur tubuh penuh sabun dengan air. Bagaimanapun tentara juga manusia, Randy memutuskan pergi sebelum pertahan Randy benar benar runtuh dan hancur.

"Mas..mau kemana?" Tanya Naya

"Aku nggak kemana mana hanya disini saja" jawabny sambil mengatasi situasi sekeliling.

***

Setelah makan malam Naya dan Randy pergi ke kamar dan bersiap tidur. Naya dan Randy menaiki ranjang mereka yang tidak seberapa besar. Naya tidur di sebelah tembok dan Randy di sebelahnya. Angin malam ini begitu dingin. Randy sengaja memeluk Naya dari belakang.

"Dingin tidak?" tanya Randy

"Dingin sekali mas" jawab Naya sambil melepaskan tangan Randy di atas perutnya perlahan.

"Dek..apa kamu belum siap?" Randy menanyakan hal ini karena penasaran tentang perasaan Naya selama ini. Juga sebenarnya Randy butuh penyaluran hasratnya sebagai pria dewasa, usianya 26 tahun, apalagi dia telah beristri.. istri yang empat tahun lebih muda darinya.

"Maaf ya mas aku belum siap, aku masih takut" jawab Naya yang sebenarnya merasa sangat bersalah.

"Ya sudah, nggak masalah dek.. mas akan berusaha menunggu sampai kamu siap..tidurlah..kamu pasti sangat lelah" senyum Randy pada Naya walau sebenarnya ada rasa kecewa dalam hatinya.

Naya mulai tertidur, Randy membelai rambut istrinya

"istriku sayang, maaf kalau belum bisa membuatmu bahagia, maaf membawamu dalam situasi ini.. taukah kamu sayang..pernah aku melihatmu menangis hatiku begitu sakit. Sebenarnya aku mulai sayang kamu..entah sejak kapan..yang aku tahu saat ini..aku sangat mencintaimu. Akan aku tunggu sampai kamu mau walau sebenarnya ada tidak kuatnya aku" Ucap lirih Randy sambil mengecup kening Naya.

Naya yang tadinya tertidur, terbangun saat Randy mengelus rambutnya. Mendengar ucapan Randy..Naya terharu..ia menangis dalam diam

"Maafkan aku mas, aku belum bisa berbakti padamu..belum melakukan kewajibanku. Terima kasih semua kasih sayang dan ketulusanmu mas, mulai hari ini aku akan belajar menjadi baik walau aku bukanlah yang terbaik".