Insiden
"Bermainlah dengan ku gadis kecil, bantu aku menghilangkan obat sialan ini." pelan tetapi menekan, Cia yang mengerti apa yang dimaksud pria tersebut memberontak sekuat tenaga. Apalah daya, kekuatan Cia tak sebanding dengan pria ini.
⁄(⁄ ⁄•⁄-⁄•⁄ ⁄)⁄
Dengan kasar Ziand m**c**m gadis didepannya. Persetan dengan apa yang terjadi nantinya, yang terpenting ia dapat melampiaskan hasratnya.
"Lepas br*****k!!" pekiknya, berusaha menjauhkan kepala Ziand dari pa*****anya.
Dan yah, terjadilah penyatuan diantara mereka. Ziand tidak melakukannya 1 kali. Dirinya lupa, Ziand sangat k*t*g*h*n pada tubuh gadis ini dan memaksanya terus-menerus hingga tak berdaya.
07.15 pagi
Suara gemericik air terdengar samar-samar diruangan tersebut. Cia yang baru ingat apa yang dialaminya menangis sejadi-jadinya. Tubuhnya remuk, pegal. Bahkan di intinya terasa sangat sakit. Kotor, dirinya sudah kotor. Dirinya sudah dinodai oleh pria asing.
Ceklek!
Pintu bathroom terbuka, Cia yang mendengarnya langsung meringkuk bersembunyi dibalik selimut.
Ziand keluar sudah dengan pakaina rapih. Seringai kecil muncul dibibirnya. Dia tau wanita yang ia tiduri sudah bangun.
" Ini imbalan untuk mu." melemparkan lembaran-lembaran uang kertas yang nominalnya sangat banyak.
Cia yang mendengar suara bariton itu memperlihatkan kepalanya.
"Aku tidak butuh uang mu laki-laki br*****k!!!" teriak Karllie lantang.
"Oh ya? Gadis j*l**g sepertimu tidak butuh uang." Ucapnya angkuh sembari bersedekap dada.
"Aku bukan j*l**g!!"
"Terserah padamu mau diambil atau tidak, aku tidak peduli." beralalu keluar
Brakk
"Hikkss..., hikkss..., aku sudah tidak suci lagi tuhan. Aku kotor arrrgggghhhh!!" berteriak melampiaskan amarahnya.
"Laki-laki b*j*n*an!"
Cia memungut pakaiannya yang berserakan dengan langkah tertatih-tatih menuju toilet untuk membersihkan diri. Setelah dirasa cukup baik Cia kembali ke kos-kosan.
Tok! tok! tok!
Ceklek!
"Ya ampun Cia, kau kenapa acak-acakan begini? hikkss..., hikkss..., apa yang terjadi dengan mu? semalam kau tidak menjemput ku? aku mencarimu kau tau?" tanyanya bertubi-tubi Vivi syok, sangat syok. Melihat keadaan sahabatnya , Cia pulang dengan pakaian sedikit koyak. Mata merah sembab.
"Vi bolehkah aku masuk? Aku lelah " lirihnya.
"Ayo ku bantu."
Setelah meletakkan Cia ke kasur nya ia beranjak memutari kasur itu dan berbaring disamping Cia yang kelelahan.
Pukul 15.42 sore mereka baru kembali dari alam mimpinya, bahkan keduanya melewatkan sarapan dan makan siang. Hari libur yang seharusnya mereka gunakan untuk bersenang-senang justru digunakan untuk tidur. Cia bangun lebih dulu ketimbang sahabatnya.
"Hikkss..., hikkss..., Wanita murahan!!" Teriak Cia yang membuat Vivi bangun seketika.
"Hey Ci, why? Kau juga belum menjawab pertanyaan ku tadi pagi."
" Hikks..., Kalo aku cerita jangan marah ya." Ujarnya yang masih menangis sesegukan.
"Ya, cepatlah."
"Tadi malam setelah kau menelpon ku, aku langsung pergi ke Club itu. Aku sudah bertanya pada bartender, dia mengatakan ruangannya ada dilantai 3. Baru sampai dilantai 2 aku menemukan laki-laki yang terlihat mengenaskan, jad...."
"Jangan bilang kau menolongnya?" potongnya cepat.
"Ya aku menolongnya, aku merasa iba padanya hikkss..., dia bilang ingin kekamar 2b yang jaraknya 3meter dari situ. Aku menuntunnya, setelah berada didepan pintu kamar itu aku didorong masuk olehnya. Dan dia mengunci pintu, setelahnya hikkss..., hikkss."
"Tidak perlu dilanjutkan Ci, aku tau apa yang akan kau ucapkan."
Hening
beberapa saat, Vivi mencoba menenangkan sahabatnya dengan memeluk erat. Setelah dirasa tenang Vivi mulai bertanya kembali.
"Apa kau ingat wajahnya?"
Cia menggeleng lemah "Aku tidak ingat Vi, dia seperti kolongmerat. Aku sudah tidak suci lagi Vi, aku kotor."
"Apa setelah kau tau ini, tidak ingin lagi berteman dengan ku?" tanyanya menunduk.
"Hey, kau ini ngomong apa. Tentu saja kita masih berteman, aku akan tetap berteman dengan mu Ci. Tenang lah."
Cia tersenyum dan mengangguk. Ah sahabatnya ini sangat pintar menutupi kesedihannya. Bahkan dirinya sudah kembali ceria, seperti tidak terjadi apa-apa.
"Eumm Vi, kau yang masak ya. Aku lapar haha." tawa Cia.
"Ci, ci kau ini memang tidak berubah dari dulu. Semoga saja kau bisa terus tersenyum seperti ini." batinnya.
"Yaya baiklah aku yang masak tuan putri." menimpalinya.
⁄(⁄ ⁄•⁄-⁄•⁄ ⁄)⁄
Tap
Tap
Tap
Ziand memasuki mansion disambut dengan tatapan intimidasi dari momy dan dadynya.
"Son duduklah."
Huuuhhhhh
Ziand menghela nafas berat.
"Dari mana saja kau hm? Kenaoa tidak pulang? Kenapa tidak ada kabar? Apa kau tidak tau kami kawatir?" tanya momy Killa bertubi-tubi dengan kecepatan penuh.
"Mom, bisakah bertanya satu persatu."
"Tidak, sekarang jawablah. Tidak ada penawaran." sinisnya.
"Ziand dari Club. Un...."
Plak
Tamparan keras mendarat di pipi kiri Ziand. Bukan dari Killa maupun Fernand, siapa pelakunya? ah tentu saja dari istrinya. Sebenarnya Anggelina masa bodoh, hanya untuk berakting dihadapan mertuanya.
"Benar-benar gila, apa kau tau Ziand aku menunggumu malam tadi!!" teriaknya.
"Jangan berteriak padaku." ucapnya dingin dengan wajah datar. Reaksi ini yang ditakutkan olehnya, seperti tatapan psikopat.
"Sudah-sudah, Ziand lanjutan penjelasan mu."
"Ziand ke Club, hanya untuk party. Dan ya kenapa tidak pulang, lelah. Ziand memilih tidur di apartemen." bohongnya.
"Jadi kamu bukan untuk bermain wanita son?" tanya sinis Fernand.
"Tidak." ucapnya singkat dan berlalu pergi menaiki tangga.
Ziand lebih memilih masuk ke ruang kerjanya untuk menormalkan pikirannya.
"Arrrgghhh, kenapa wajah gadis yang ku p*r*w*ni terus terngiang dalam otakku."
"Ada apa dengan diriku." gerutunya frustasi.
Ceklek!
"Aku tidak percaya kalau kau tidak bermain wanita di Club." ujar Anggelia dengan memicingkan matanya.
"Terserah." ucapnya acuh.
"Hey, kau tau karena dirimu aku tidak jadi shoping tadi malam."
Diam, tidak ada respon dan ekspresinya masih tetap datar.
"Ziand! Aku minta uang!" teriaknya keras disamping tubuh suaminya.
"Arrgghh, sa..., kit." ucapnya pelan, Setelah Anggel berteriak Ziand langsung mencekik lehernya sangat keras bahkan memerah.
"Sudah ku bilang jangan berteriak." tekannya, dengan melepas cekikan nya.
Ziand mengambil gepokan uang yang berada di laci kecil mejanya dan melemparkan ke wajah istrinya.
" Ambil dan bersenang-senang lah."
Anggelina yang memang sangat mata duitan, segera memungut uang-uang yang jatuh dengan cepat.
"Gadis itu lagi, kenapa harus selalu muncul. Aku berharap ada kehidupan yang tumbuh dira**mnya." ucapnya menerawang jauh.
" Jika memang benar akan ada kehidupan dira**mnya, aku akan mencarimu suatu saat nanti gadis kecil."
Kyaaaaaa inilah awal kisah Cia setelah insiden
Bagaimana?
Tinggalkan jejak sebagai apresiasi kalian:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Martifahsoemarno
sering up ya thor, ganggung udah terlanjur baca
2022-01-18
2
Fherly Pasaeno
tenang thorr aq jejaki semuaa😄😄
2022-01-18
1