California city, California
Hari ini tiba saatnya hari yang ditunggu-tunggu oleh keluarga MOORE. Pernikahan digelar secara besar-besaran, tamu-tamu berdatangan.
Setelah mengucapkan janji suci dialtar, kini kedua pasangan yang telah sah menjadi suami istri sedang menyalami para tamunya.
"Mom sangat bangga, akhirnya putra ku ini menikah dihadapan momy." wanita paruh baya menjeda ucapannya. "Ah bahkan momy sempat berfikir jika momy tidak akan menyaksikan pernikahan mu ini." lanjutnya dengan diakhiri kekehan kecil.
"Mom, sudah berapa kali Ziand bilang. Jangan terus-terusan membahas tentang kematian." LEE ZIAND MOORE yah putra tunggal dari keluarga MOORE yang kini sudah menjadi seorang suami.
"Momy tidak terus-menerus membahasnya hanya kepikiran saja son." bantahnya
"Sudah-sudah lah mom kalian ini suka sekali berdebat." ucap Fernand dengan menggelengkan kepalanya. Setelah mendengar ucapan ayahnya ibu dan anak itu tertawa.
Tamu-tamu yang melihat keharmonisan keluarga tersebut merasa iri, berlanjut setelah semuanya mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Hari menjelang malam pesta pernikahan sudah selesai.
Skip malan pertama?
Ceklek!
"Lelah sekali ya tuhan." gumam Ziand memasuki kamar pengantinnya dan melihat Anggelina yang kesulitan membukakan gaun pengantin.
"Butuh bantuan?" tanyanya.
"Bukakan resleting belakang gaunnya Zi."
Deg
Setelah membukakan resleting, Ziand terpesona dengan punggung putih milik istrinya. Sebelum tangan Ziand menyentuh punggung indahnya, Anggelina segera menepis kasar tangan Ziand dan berlari memasuki bathroom.
Ziand yang mengetahui istrinya menolak hanya mengembuskan napasnya pelan.
Pintu bathroom terbuka, Anggelina kembali dengan menggunakan baju tidur pendek.
"Emm nggel bolehkah aku meminta hak ku sekarang?"
"Cih, meminta hak? Tidak sudi aku memberikannya, asalkan kau tau Ziand aku menikah dengan mu atas dasar paksaan dan uang." jawabnya dengan nada tinggi
Ziand yang mendengarnya naik pitam, berdiri dan mencengkram kuat leher istrinya.
"Jadi kau mau menikah dengan ku hanya karena uang hah!" teriaknya, suara Ziand tak kalah tinggi dari istrinya. Untung saja kamarnya itu kedap suara.
"Iya memangnya kenapa." Anggelina berucap lirih, cengkraman Ziand sangat kuat hingga membuatnya sesak.
Arrrgggghhhh
"Terserah!" berlalu keluar untuk menyurutkan emosinya jika dia terus-terusan berada dikamar bisa-bisa istrinya yang akan kena imbas melampiaskan emosinya
Skip pagi hari
Ziand tidak tidur dikamar bersama istrinya justru ia memilih tidur dikamar tamu dan berpindah jika hari menjelang pagi sebelum ketahuan oleh orang tuanya. Setelah mendengar ucapan Anggelina membuat pikirannya terganggu, ucapan istrinya masih terngiang-ngiang di otaknya.
Tap
Tap
Tap
Suara langkah menuruni tangga. Ternyata Dady dan Momynya yang menuruni tangga.
" Morning,mom dad."
"Morning son, bagaimana malan pertamanya?" Tanya Fernand dengan menaik turunkan kedua alisnya.
" Hus, dady ini ~~~"
Belum sempat momy melanjutkan ucapannya, berhenti ketika melihat menantunya datang.
"Pagi mom,dad."
"Pagi juga sayang." jawab momy Killa
"Pagi my husband."
Hanya deheman yang Ziand berikan, menatap istrinya saja membuatnya malas. Fernand yang melihat Ziand acuh terhadap menantunya merasa curiga.
"Apa kalian berdua sedang memiliki masalah?" Fernand merasa bingung dengan tingkah putranya.
"Tidak, sudahlah tidak perlu dibahas. Ziand sudah sangat lapar." ujarnya mengalihkan pembicaraan.
Dibelahan bumi lainnya
Gadis cantik sedang merenung didepan jendela kamarnya. Gracia Azella menghembuskan nafas panjang. Lelah ia lelah dengan semua ini, bayang-bayang ibu dan ayahnya yang memperlakukan kekerasan padanya terus berputar di otaknya.
"Anak tidak tau diri."
"Dasar anak pembawa sial."
"Mengapa kau harus lahir di dunia."
"Jangan pernah memelukku."
"Pergi dan cari pekerjaan sana, jangan pulang sebelum mendapatkan uang!"
"Aku bukan ayah mu."
Sedari kecil ia sudah mendapatkan perlakuan kasar dari kedua orang tuanya. Sejak sd saja ia dipaksa berjualan koran untuk mendapatkan uang biaya sekolahnya.
"Nenek Cia kangen hikkss." gumamnya
"Cia woe ngapain nangis huhu." mendengar suara sahabatnya secepat mungkin Cia menghapus air matanya.
"Siapa yang nangis yeee, ini mah cuma ada kotoran masuk." disertai tawanya.
"Iyaya deh, siap-siap kerja yuhu. Nanti kalo telat bisa-bisa dimarahin bu bos ini hahaha."
"Ya tuhan Vi kamu belum mandi apa. Dari tadi Cia udah tungguin juga."
"Mager Ci beneran, mandiin napa."
"Boleh, gimana kalo kita nyari selokan dulu buat jadi bathub." tawarnya dengan wajah yang dibuat sepolos mungkin.
"Ah ga asik lu." katanya berlalu pergi dengan wajah cemberutnya. Cia yang melihat wajah sahabatnya terkikik geli.
Tempat kerja
Mereka berdua bekerja ditempat ini setelah lulus sma. Sebenarnya mereka ingin sekali memasuki jenjang pendidikan lebih tinggi lagi. Tapi apalah boleh buat keadaan keluaiyang memaksa ia untuk bekerja keras.
"Ehh Ci, nanti malem aku ada undangan dari temen kecilku buat party."
"Ya udah berangkat aja si Vi." Ucapnya tak lepas dari kegiatan merapihkan buku-buku yang berserakan.
"Yeee ga gitu loh Ci, masalahnya party nya itu di Club. Kau kan tahu aku belum pernah masuk tempat terkutuk itu, membayangkannya saja sudah cukup membuatku merinding."
Cia tampak berfikir dengan menempelkan ibu jari kanan di dagunya. "Kalo menurut Cia sih, terserah kamunya aja Vi. Kalo emang mau berangkat ya pakai pakaian yang tertutup lah intinya, gimana?"
"Eummm.... boleh juga saran mu. Nanti kupikirkan lagi lah, kita fokus kerja saja dulu."
Kembali ke keluarga MOORE
"Anggel apa kau dengar apa yang tadi diucapkan momy ku?"
FLASHBACK ON
Setelah selesai melakukan sarapan pagi bersama kini mereka semua duduk diruang keluarga sembari melihat televisi.
"Rasanya momy tidak sabar ingin menggendong cucu."
"Anggel momy minta tolong ya, jangan menggunakan alat kontrasepsi. Bagaimana pun juga kami sangat mengharapkan seorang cucu penerus keluarga MOORE."
Anggelina yang mendengar ucapan mertuanya memandang jengah, hak saja ia tidak memberikan apalagi anak.
"Iya mom." daripada tidak ditanggapi lebih baik iya kan sajalah.
FLASHBACK OFF
"Ya, aku mengingatnya. Tapi itu tidak aka pernah terjadi Ziand, aku masih ingin melanjutkan karir ku kau tau itu bukan?"
"Aku bahkan tidak sudi memiliki anak darimu. Tapi mau bagaimana lagi hah, jika terus-terusan begini kedua orang tuaku bisa curiga."
"Program bayi tabung. Yah, program bayi tabung saja bagaimana?" Usul Ziand
"Tidak buruk, tapi jika mom dan dad tau?"
"Itu masalah nanti nantian, sekarang kita pergi saja dulu ke rumah sakit spesialis."
Selesai melakukan program bayi tabung sekretaris Max menelpon tuannya untuk acara party di Club malam ini. Dadakan sekali bukan? Jika bukan karena kedatangan musuh bebuyutannya Ziand tidak ingin menginjakkan kaki ditempat sialan itu.
"Vi kamu yakin pakai pakaian ini?" tanya Cia, tertutup memang dengan celana jeans hitam dipadukan dengan kemben yang tidak terlalu tertutupi oleh jaket levis nya. Memperlihatkan sedikit kulit putih hingga leher jenjangnya.
"Yakin ga yakin sih Ci, kalo aku pake hoodie kan ga mungkin. Lah adanya ini."
"Iya juga sih, baik-baik disana Vi. Kalo ada apa-apa cepet telepon aku oke."
"Siap deh, ya udah aku berangkat dulu." berlalu keluar dari kos-kosannya.
11.25 pm
"Sial, pasti baj\*\*\*\*n itu mencampuri obat perangsang pada minmumanku. Arrrgggghhhh panas sekali rasanya, jika aku pulang dengan keadaan seperti ini bisa dibunuh ayah."
"Mencari pelampiasan, iya mencari pelampiasan huhh tahan." Ziand ya laki-laki tersebut memang dia. Setelah bertemu dan berbincang dengan rekan bisnis yang diundang dalam party. Musuhnya menjebaknya dengan kedok untuk taruhan. Minuman milik Ziand dicampuri obat.
Drrttt drrttt
Ponsel milik Cia berdering, ternyata sahabatnya menelpon. Apa terjadi sesuatu.
"Hallo, kenapa Vi?"
"Ci jemput gue sekarang, sumpah gue takut banget. Banyak laki-laki hidung belang disini."
"Tunggu-tunggu sejak kapan jadi lo gue, bukannya aku kamu."
"Bahas itunya nanti aja ya Ci, buruan kesini."
Tutt tutt tut
Panggilan suara diakhiri sepihak, Cia saja belum menjawab ucapan sahabatnya. Sebenarnya ia lelah, karena besok libur dan demi sahabatnya dia bergegas menuju Club.
"Mana sih, ini tempat gede banget lagi. Masa iya harus nyari disetiap sudut." gerutunya
"Emm tuan mau tanya, ruangan untuk party \*\*\*\*\* disebelah mana ya?" bartender itu mengerutkan keningnya heran dengan pakaian Cia, tidak biasanya ada gadis memasuki Club dengan celana tidur dan hoodie kebesaran.
"Tuan? Heyyy."
"Ah iya nona, ruangannya ada di lantai 3. Silahkan menggunakan tangga itu." jedanya dengan menunjuk arah tangga. "Ruangan nomor 2B cari saja di pintunya berwarna coklat."
"Baiklah terimakasih, lantai 3 ruangan nomor 2B dengan pintu berwarna coklat." Cia terus merapal kalimat tersebut sembari menaiki tangga. Sampai dilantai 2 baru saja dia ingin menaiki tangga berikutnya, Cia melihat laki-laki bertubuh tinggi dengan pakaian dan rambut yang sudah acak-acakan. Dilihat dari jalannya saja merasa iba, dengan segera Cia membantu lelaki tersebut tidak berfikir apa yang terjadi kedepannya.
"Mari tuan saya bantu." ucapnya dengan meletakkan tangan kanan pria itu ke pundaknya untuk menopang.
Ziand yang melihat ada gadis menolongnya menyeringai.
"Antarkan saya kekamar yang bercat putih itu."
"Baiklah, mari."
Setelah tepat didepan pintu Cia membukanya dan meletakkan Ziand dengan hati-hati di kursi yang terdapat diruangan itu. Saat Ziand melihat Cia ingin keluar, dengan segera Ziand berjalan cepat dan mengunci ruangan.
"Tuan, saya ingin keluar untuk mencari sahabat saya." ucapnya kaget.
Tersenyum miring hanya itu yang Ziand perlihatkan.
"Tuan biarkan saya keluar!" katanya dengan nada tinggi. Ziand yang mendengar nada tinggi gadis didepannya, semakin tidak tahan lagi. Diangkatnya tubuh Cia seperti karung beras dan dilemparkan ke ranjang ruangan tersebut.
"Bermainlah dengan ku gadia kecil, bantu aku menghilangkan obat sialan ini." pelan tetapi menekan, Cia yang mengerti apa maksud pria tersebut memberontak sekuat tenaga. Apalah daya, kekuatan Cia tidak ada apa-apanya dengan pria ini.
INSIDEN→
TBC☺️
KRITIK DAN SARAN UNTUK BAHASANYA:)
MAKLUM BARU PERTAMA BUAT DI PLATFORM😁
Tinggalkan jejak sebagai apresiasi kalian
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Khairul Adha
bgus
2022-01-25
0
Khairul Adha
bgus ceritax
2022-01-25
0