part 20

Raya yang duduk sendirian di tempat yang sama, terus melihat ke arah lantai atas, ke arah Stella di bawa. Tapi begitu dia melihat sosok Zee keluar dari pintu kamar itu, Raya langsung mengalihkan pandangannya.

“Tuhan jangan sampai dia menghampiri ku.” Pinta Raya pada tuhan di dalam hati nya. Dan sepertinya kali ini tuhan mendengarkan permintaan Raya sebab makhluk yang bernama Zaydan Hardata itu hanya melewatinya saja. Bahkan melihat ke arah Raya pun tidak.

“Syukur lah...” Seru Raya lega. Bala itu tidak singgah pada nya.

“Raya?” panggil David yang juga ternyata turun tak lama setelah Zee turun.

“Ya paman? Bagaimana keadaan bibi?” tanya yang lupa bahwa keadaanya mungkin saja lebih buruk dari keadaan Stella.

“Dokter akan segera tiba. Kita akan tahu keadaannya setelah dokter selesai memeriksa nya nanti. Semoga Stella tidak kenapa-napa.” Ucap David pada Raya.

Raya dapat melihat kalau saat ini David sangat sedih dengan keadaan istrinya.

“paman.. maafkan aku. Ini semua terjadi karena aku ikut kalian pulang ke rumah. Sehingga bibi jadi-“

“Hei!! Hei!! Jangan pernah menyalahkan diri mu atas apa yang menimpa istri ku. Sebab kita semua tahu siapa yang telah membuat Stella hingga shock seperti itu.” David langsung memotong perkataan Raya. Sudah cukup gadis ini menjalani hari yang sangat berat. Dia tidak perlu menambah beban pikirannya dengan rasa bersalah yang tidak berdasar itu.

“Tapi paman-“

“Sudah Raya. Istri ku akan sedih jika tahu kalau kau menyalahkan dirimu sedangkan orang yang sebenarnya bersalah malah tidak merasa bersalah sama sekali.” David menyindir putera nya sendiri. Andai Zee ada disana dan mendengar ayahnya berkata demikian, kebenciannya pada Raya pasti akan bertambah besar.

“Raya, maaf kan aku. Malam ini aku tidak bisa menyelesaikan masalah mu dengan Zee sebab pikiran ku kini hanya tertuju pada Stella.” Ujar David yang merasa tidak enak karena perbuatan putranya Zee.

“Tapi aku berjanji akan segera menyelesaikan masalah ini dan membuat Zee meminta maaf dan bertanggung jawab pada mu.” Lanjut David.

“Tidak perlu paman. Aku hanya ingin video itu di hapus. Dan aku akan melupakan semua ini. Kalian tidak akan pernah melihat ku lagi.” Ungkap Raya yang telah mengambil keputusan untuk menjauh dari keluarga Hardata. Dia tidak ingin menyebab perselisihan di dalam keluarga ini. Baik antara ayah dan anak, ibu dan anak atau antara sesama saudara.

“Lalu bagaimana dengan Ansel.. apa kau juga akan meninggalkan Ansel?” Tanya David.

Ansel adalah anak dari mendiang adiknya David yang meninggal karena kecelakaan dua puluh dua tahun lalu bersama istrinya. Sejak itu Ansel ikut tinggal bersama David dan keluarga David di Indonesia. David sudah menganggap Ansel sebagai putra kandungnya sendiri. Selama ini dia selalu merasa punya tiga orang putra bukan dua orang putra.

“Aku tidak bisa kembali pada Ansel..” jawab Raya yang mengisyaratkan bahwa dia merasa dirinya sudah tidak pantas untuk Ansel. Selain itu, Raya pun merasa trauma karena perbuatan Zee pada nya tadi. Raya tidak yakin dia dapat berhubungan dengan lelaki lain dengan normal setelah ini. Bahkan jika ada yang sekedar menyentuh tangannya saja mungkin Raya akan berteriak.

David menatap Raya iba serta juga penuh rasa menyesal. David yakin perbuatan Zee telah menggoreskan trauma pada Raya.

“Ansel pasti sangat memahami kondisi diri mu Raya. Dia pasti akan menerima mu apa ada nya.” Terang David yang sangat mengenal karakter keponakannya itu. David yakin, Ansel tidak akan menyerah hanya karena hal ini.

Raya menggeleng lemah. “Tidak paman. Aku tidak ingin Ansel mendapatkan sesuatu yang sudah kotor. Pria sepertinya ada banyak wanita baik dan sempurna yang antri untuk menjadi istrinya. Aku hanyalah sepenggal kisah kecil dalam hidup Ansel. Penggalan ini akan berlalu dan terlupa kan seiring waktu.” Ucap Raya lirih. Hatinya terasa sakit bilan harus mengenal rasa cinta nya pada Ansel yang sudah harus dia akhiri.

“Raya! Sungguh malang nasib mu nak!!” David mengusap kepala Raya. David merasa Raya seperti putrinya sendiri.

“Raya.. katakan pada ku! Apa yang dapat aku lakukan untuk mu?”

“tidak ada paman. Aku hanya ingin video itu di hapus agar aku bisa berjalan dengan kepala tegak. Selain itu aku tidak mengingin apapun lagi.” Tukas Raya.

David menarik nafas dan menghembuskan perlahan.

“Menginaplah malam ini disini.” Pinta David. “Telepon lah keluarga mu dan katakan kau harus menemani istri ku yang sedang sakit. Kau tidak ingin ayah dan ibu mu khawatirkan?”

“Tapi aku tidak tahu di mana ponsel ku.” Jawab Raya yang baru sadar dia tas dan ponselnya tidak ada bersama nya saat dia melarikan diri tadi. Pasti tas dan ponsel itu masih ada di dalam kamar Zee.

“Kalau begitu gunakan ponsel ku. Kau ingat nomor orang tua mu? Telepon mereka dengan ponsel ini.” David menyerahkan ponselnya pada Raya.

Raya pun terpaksa menerima tawaran David. Diambilnya ponsel itu dan ditekannya nomor ayahnya. Dan betapa terkejutnya Raya begitu melihat nama ayah nya muncul di ponsel David.

“apa kau mengenal ayah ku paman?”Tanya Raya pada David sambil memperlihatkan layar ponsel David yang bertuliskan “Danil.”

“Apa kau Putri nya Danil Mahendra?” David yang kaget melihat nama sahabatnya lah yang muncul di layar ponsel nya saat Raya akan menelpon orang tuanya.

“Benar. Aku adalah putri bungsunya.” Jawab Raya yang masih heran bagaimana bisa ayahnya menjadi sahabat David. Sementara selama ini Raya tidak pernah mendengar ayahnya bercerita kalau dia memiliki teman yang bernama David.”

“Tapi setahu ku dia dan Margaret tidak memiliki putra atau putri. Bagaimana bisa-“ David tidak meneruskan perkataannya. Dia merasa pertanyaan ini terlalu privasi.

“Paman benar. Aku bukanlah putri kandung mereka. Aku adalah putri angkatnya yang mereka adopsi dari panti asuhan sejak aku berusia lima tahun.” Jelas Raya yang sama sekali tidak malu dengan latar belakang nya sebenarnya. Toh menjadi seorang anak yatim piatu bukanlah kesalahannya. Nasiblah yang telah memutuskan bahwa Raya harus kehilangan kedua orang tuanya.

“Jangan-jangan dia adalah anak nya Benvolio. Aku pernah mendangar Danil mencari keberadaan anak Ben. Mungkinkah Raya-“ David terus berpikir, segala kemungkinan tentang jati diri Raya sebenarnya.

“Sepertinya ayah mu tidak menangkat telpon ku.” Ujar David. Yang sangat tahu bahwa telponnya tidak akan pernah diangkat oleh Danil.

“Aku akan menjelaskan semuanya langsung pada ayah mu besok pagi. Pergi dan tidurlah di kamar Stella. Aku akan tidur di kamar Denis. Putra kedua ku. Sepertinya anak itu entah hilang kemana malam ini.” David terpaksa mengakhiri obralannya dengan Raya sebab dia melihat Zee datang bersama Ridwan.