part 13

"Lepaskan aku!!" Teriak Raya sambil terus meronta agar cecurut yang menculiknya itu melepaskan nya.

"Bekap aja mulut nya! cepat!!!"

"Awas kalian kalau berani menutup mummmmmmllluuutn*÷^(#$--) #+$) " Teriakan Raya kali ini tidak lagi terdengar.

"Mata nya gimana? perlu ditutupin juga gak?"

" ya udah.. tutupin aja sekalian."

Para penculik itu pun menutup mulut dan mata Rayana.

"Ya tuhan... Aku mau dibawa kemana oleh orang-orang biadab ini." Seru Raya yang sebenarnya sangat takut.

"Masukan dia ke kamar. Ikat tangannya di atas ranjang. " perintah seorang pria begitu Raya dan para penculik itu tiba di tempat destinasi mereka.

"Baik tuan Denis"ujar salah seorang penculik.

" pletak..... " terdengar suara kepala di jitak.

"Kenapa kau menyebutkan nama ku, bodoh!! Kenapa tidak sekalian dengan nomor KTP dan KK... biar kebuka semua identitas!!" Teriak pria yang bernama Denis itu.

" Maaf tuan Denis!!" penculik itu kembali mengulang kesalahan yang sama.

"Kau!!!! Sana kau pinjam Toa dan umumkan saja nama ku adalah Denis Hardata!!" Teriak Denis yang sedetik kemudian langsung menyadari kesalahannya. "Kenapa aku malah menyebutkan nama lengkap ku!!!" ujarnya Frustasi sendiri.

"Cepat!! Cepat! bawa dia ke atas!!" Perintah Denis.

Sambil ditarik ke atas, Raya sambil berpikir. " Denis Hardata? Hardata? kenapa nama itu terdengar familiar di telinga ku ya?

Raya terus mencoba mengingat dimana dia pernah mendengar nama Hardata ini. "Aargh! Kenapa di saat seperti ini aku malah jadi tulalit sih?!!" Raya merutuki otaknya yang mampet itu.

"Ikat dia di sana!" Terdengar suara laki-laki yang berbeda dengan laki-laki yang bernama Denis Hardata tadi.

Tadi sekilas Raya merasa mendengar suara yang sangat akrab di telinga. "Aah.. tidak mungkin dia. Walaupun dia membenci ku tidak mungkin kan dia sampai menculik ku dan membunuh ku!" Raya mencoba membuang-buang jauh-jauh pikirannya negatif nya yang mengatakan bahwa bosnya lah dalang dari penculikan ini.

"Buka penutup matanya. "Perintah laki-laki itu. Dan-

" Zaydan Hardata?" Seru Raya dengan mulut ternganga. Pantas saja Raya merasakan familiar dengan nama Hardata itu, ternyata dalam lima hari ini, Raya sudah tidak dapat menghitung berapa nama Hardata yang dia ketik.

"Kau terkejut Raya?" Tanya Zee menatap Raya dengan tatapan penjahat yang selalu Raya lihat di tipi-tipi.

"Mengapa kau melakukan ini pada ku tuan Zee?" Raya masih menjaga sikapnya sebab Raya masih berharap bos nya itu melepaskan nya.

"Bukankah aku sudah memperingati mu tadi agar kau menolak lamaran Ansel. Tapi mengapa kau tetap keras kepala? Apa demi uang?" Zee sengaja memancing Raya agar Raya menunjukkan warna aslinya.

Sebenarnya Zee menculik Raya hari ini tidak ada maksud untuk menyakiti Raya. Sejahat-jahat Zee, dia tidak pernah menculik kemudian menyiksa seorang wanita.

Adapun tujuan Zee menculik Raya adalah agar Zee dapat membuat Raya mengakui semua tujuan nya datang ke perusahaan Zee dan mendekati Ansel. Zee bahkan sudah menyiapkan kamera tersembunyi di dalam kamar ini agar ketika Raya mengakui tujuannya itu, atau Raya mengakui bahwa dia mencintai Ansel hanya demi Uang, Zee dapat menyerahkan video itu sebagai bukti ke Ansel jika Raya itu sama saja dengan Anggia, mantan istri satu hari nya Zee.

"Uang?" pikir Raya dalam hati. " Mengapa pria ini selalu menghina ku? kemarin dia mengatai ku pelacur, wanita murahan... kali ini dia menuduh ku menikah dengan Ansel karena uang. Si Zee ni ada dendam apa sebenarnya dengan ku?" Pikir Raya semakin dalam.

"Sebutkan saja jumlah uang yang kau ingin kan lalu tinggal kan Ansel dan tinggalkan perusahaan ku." Ucap Zee penuh arogansi.

"Tuan Zee... dengar kan aku baik-baik. Aku tidak menerima lamaran Ansel karena uang." Pekik Raya, muak Zee semakin menghinamu.

"Cih!! kau ingin mengatakan kalau kau mencintai Ansel? Jangan pernah berharap aku akan mempercayai itu." Zee menyeringai di depan Raya.

"Tuan Zee. .. apa sebenarnya masalah mu dengan ku hah? sejak hari pertama aku datang untuk interview ke perusahaan mu hingga hari ini kau sangat jelas membenci ku. Tapi aku sama sekali tidak paham alasan mu membencimu ku. Apa karena aku menabrak mu waktu itu? Atau karena aku berdebat dengan mu di ruang interview. Jelaskan pada ku tuan Zee?!!" Sentak Raya yang semakin muak dengan pria di hadapan nya.

"Aku membenci kemunafikan mu. Aku dengan jelas melihat kemunafikan di dalam diri mu nona Anulika Rayana. Kau datang ke perusahaan ku hanya untuk mencari uang kan? bukan kah itu sendiri yang kau katakan sebagai alasan mu melamar ke perusahaan ku? " Teriak Zee pada Raya.

"Tentu saja aku datang melamar ke perusahaan mu karena aku ingin mencari uang tuan. Aku ini bukan staff dinas sosial yang akan bekerja cuma-cuma." Jawab Raya, jengah berbicara dengan Zee.

"Coba saja ditanyain satu-satu staff nya di kantor atau bahkan petinggi disana, memangnya ada yang bekerja bukan untuk uang..misalnya untuk amalan ibadah di akhirat gitu.. "ndumel Raya dalam hati. Kalau tidak mati di tangan Zee malam ini, Raya yakin dia akan gila setelah di lepaskan oleh Zee. Manusia di depannya sungguh dapat membuat Raya gila. Jelas- jelas tingkah lakunya yang minus, tapi mulut nya selalu menuding orang lain yang minus. Benar-benar seperti tidak punya kaca untuk bercermin.

" See.. kau sendiri mengakui bahwa kedatangan mu adalah uang motif nya, heh." Ujar Zee dan menarik sudut bibir nya sehingga membentuk sebuah senyuman merendahkan untuk Raya.

"Jangan buang waktu Anulika Rayana, katakan jumlah uang nya agar kau pergi jauh dari perusahaan ku dan sepupu ku. " Seru Zee sambil menyilang kaki panjang di sofa yang ya g menghadap ke arah tempat tidur tempat Raya di ikat kaki dan tangan nya oleh anak buah Zee.

"Tuan Zaydan Hardata, aku pertegas kan pada mu. Aku memang datang ke perusahaan itu untuk uang. Makanya aku bekerja... aku ulangi, aku bekerja di sana agar aku mendapat gaji yang sesuai dengan pekerjaan ku. Aku sama sekali tidak datang ke sana untuk mencari uang dengan cara yang lain. Dan untuk masalah Ansel, kau tidak akan dapat membuat ku membatalkan pernikahan itu. Aku mencintai Ansel. Dan sebanyak apapun uang yang akan kau berikan, aku sungguh tidak tertarik akan tawaran mu itu." Tegas Raya.

"Sekarang cepat lepaskan aku. Kalau sampai Ansel tahu seperti apa kelakuan sepupu nya pada calon istrinya, Ansel pasti akan sangat marah pada mu!!" Ancam Raya.

" Ansel tidak akan pernah marah pada ku!! Bagi Ansel hubungan kami lebih berharga dari pada seorang wanita murahan seperti mu!"

"Kalau benar memang begitu, mengapa kau tidak minta saja sepupu mu itu untuk membatalkan rencananya menikahi ku?! Mengapa kau susah-susah menculik ku, menawari ku uang jika memang hubungan kau dan Ansel sebegitu erat nya." Tantang Raya dengan nada mengejek.