Suara tabrakan yang tak sengaja. Syukur saja wanita itu tak jatuh karena di tahan oleh Hadi. Dan sebelah tangan Hadi juga memegang Iva agar tak jatuh juga.
Dua wanita sekarang ada di kedua sisi Hadi.
Setelah semua berdiri dengan stabil, Hadi segera melepaskan pegangannya pada wanita lain tersebut. Ia memandang ke arah istrinya.
“Gak apa-apa sayang”
“Gak apa-apa Mas” Iva menggeleng baik-baik saja.
Kemudian Iva dan Hadi melihat ke arah wanita tersebut.
“Mbaknya gak apa-apa kan?” Tanya Hadi.
“Gak apa-apa. Maaf tadi aku gak lihat-lihat”
“Gak apa-apa kok Mbak. Lain kali berhati-hatilah mbak” Ucap Iva dengan lembut. Hadi pun menganggukkan kepalanya.
Wanita itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Dua orang paruh baya memanggilnya kemudian.
“Verlita...”
Wanita itu pun menoleh ke arah kedua orang tuanya.
“Iya Pa... Ma. aku segera kesana” Jawab Verlita Maheswari Gupta. Dia lah wanita yang tak sengaja tabrakan dengan Iva dan Hadi tadi.
“Saya permisi” Pamit Verlita atau biasa dipanggil Lita. Lita pamitan pada Hadi dan Iva. Dan ia pun berlalu pergi menuju kedua orang tuanya. Mereka baru selesai makan malam di restoran tersebut dan berniat pulang ke rumah.
Iva dan Hadi kembali berjalan dan duduk di sebuah meja dan kursi yang agak di pojokan.
“Pesan apa sayang?”
“Apa saja boleh Mas” Iva tak banyak memilih sebenarnya. Sudah dirayakan ulang tahun sama suaminya saja pun ia sudah bahagia sekali.
Hadi pun memanggil waiters. Ia memesan dua jus mangga dan untuk makannya ia memesan dua steak ukuran jumbo. Waiters mencatatnya dan pamit untuk segera menyiapkan pesanan mereka.
Setelah waiters pergi, Iva memandang suaminya.
“Mas... kok pesan steak jumbo mas. Dua porsi lagi. Pasti mahal Mas”
“Gak apa sayang. Kan cuma sekali-kali aja. Lagian untuk merayakan ulang tahunmu sayang”
“Bagus kayak dulu lah Mas. Ingat gak masa pacaran kita dulu. Mas bawa aku nonton bioskop terus belikan kue ulang tahun untuk ku. Itu aja aku udah senang kok Mas. Atau kayak tahun lalu, Mas kasi kejutan buatkan kue ulang tahun untuk ku terus kita rayakan bersama di rumah. Walau kuenya agak kurang bagus tapi rasanya masih enak. Dan yang jelas kita tetap bahagia Mas.” Iva tersenyum mengingat masa indah itu.
Hadi pun tersenyum.
“Iya. Tapi kali ini aku mau beda dong sayang. Kan gaji ku juga lumayan. Walau gak seperti Niken jabatan ku. Tapi setidaknya masih bisa memberikan mu nafkah. Sekalian ini udah ku tabung juga biar untuk membahagiakan mu di hari ulang tahunmu sayang di tahun kedua pernikahan kita ini. Sudah dua tahun sayang. Makasih udah jadi istri terbaik ku”
Iva terharu.
“Iya Mas. Makasih ya. Tapi maafkan Iva yang belum hamil juga sampai sekarang” Iva terlihat sedih.
Hadi memegang kedua tangan istrinya dan di genggamnya.
“Jangan sedih dong. Kan kita lagi suasana bahagia”
“Iya Mas” Iva kembali tersenyum.
Dan Hadi mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam saku kemejanya. Pantas saja Iva melihat kantung saku kemeja suaminya itu nampak berat. Ternyata ada sebuah kotak kecil.
“Selamat ulang tahun istriku. Ini hadiah kecil untukmu sayang” Hadi memberikan kotak kecil tersebut ke tangan Iva.
Iva tersenyum bahagia. ia membuka kotak kecil tersebut. Isinya sebuah kalung emas. Emas 5 gram beserta surat emasnya.
“Mas ini kan... Kalung emas. Pasti mahal ya. Jangan boros-boros Mas. Uangnya bagus kita tabung”
“Iva... Mas kan baru kali ini belikan Iva kalung Mas. Jadi gak apa ya sayang. Kan untuk ulang tahun mu juga sayang” Hadi membujuk istrinya.
Iva yang lemah lembut pun akhirnya mengangguk. Ia kan seorang istri jadi harus nurut sama suami.
“Padahal dulu pas kita nikah kan Mas udah kasi cincin emas 5 gram juga untuk Iva”
“Itu lain sayang. Itu kan untuk menikahi Iva. Kalau ini untuk hadiah ulang tahun. Sudah ya. Jangan mempermasalahkan hal ini. Oke”
“Baiklah” Iva hanya bisa menurut pada suaminya.
Waiters pun datang mendekat dan membawa semua pesanan Hadi dan Iva. Kemudian Hadi dan Iva pun menikmati makan malamnya berdua dengan senyum cerah yang selalu mengembang di kedua wajah keduanya. Malam yang membahagiakan.
***
Hari-hari di lalui seperti biasanya. Iva seperti biasa menyiapkan sarapan dan makan bersama dengan suaminya. Kemudian suaminya berangkat kerja. Dan Iva pun beraktivitas seperti biasanya di rumah. Ia sekarang mengenakan kalung pemberian suaminya. Iva tersenyum di cermin melihat kalung yang sudah ia kenakan dilehernya. Sungguh bahagianya dirinya.
Sedangkan Hadi sudah mulai menarik sewa bus. Sepanjang jalan Hadi terus menyetir busnya menarik sewa yang turun dan naik. Sampai di perempatan jalan didekat halte bus di jalan X, Hadi memberhentikan busnya. Seorang wanita cantik melangkah masuk ke bus. Tadi mobilnya rusak di tengah jalan, sehingga ia menaiki bus yang kebetulan lewat.
Wanita itu adalah Lita. Lita duduk di kursi dan bus pun melaju jalan. Beberapa saat kemudian sampailah di sebuah simpang yang ada didekat sebuah rumah sakit ternama di kota tersebut. Lita pun turun bus namun sebelumnya ia membayar dahulu ke supir bus. Walau zaman sudah maju tapi bus yang di naikin oleh Lita bukan lah bus seperti di luar negeri. Ia masih memakai sistem manual bayarnya. Lita berdiri lama dan melihat isi tasnya. Sungguh kaget ia. Ternyata dompetnya tertinggal di mobil yang ia tinggalkan untuk di derek sama bengkel tadi.
Lita kebingungan bagaimana ia harus membayar. Hadi menatapnya.
“Mbak...”
Lita menatap Hadi.
“Iya Mas..”
“Jadi turun apa enggak mbak?? Soalnya yang lainnya sudah turun dan sudah ada yang naik”
Lita bingung.
“Maaf Mas... Uang dan dompet saya ketinggalan”
Hadi mengerutkan keningnya. Cantik-cantik kok gak bawa uang. Begitu pikir Hadi.
“Ya udah Mbak. Gak apa-apa. Turun aja. Gak usah bayar”
“Serius nih?”
“Iya”
Lita merasa sungkan. Ia lalu meminta nomer si supir bus.
“Kalau begitu saya minta nomernya Mas. Nanti saya bayar”
Hadi mengerutkan keningnya. Tapi karena para penumpang sudah mengeluh untuk jalan saja, akhirnya untuk mempersingkat waktu Hadi menyerahkan hapenya. Dan Lita mengetikkan nomernya di hape Hadi. Ia simpan nomernya di Hape Hadi dan Ia mencoba miskol. Dan nomor Hadi pun ia simpan.
“Namanya Mas siapa?”
“Aku Hadi”
“Oh... Aku Lita. Kalau begitu makasih ya Mas.” Lita menyerahkan hape Hadi. Dan ia pun turun dan melangkah menuju rumah sakit tersebut.
Hadi pun kembali melakukan aktivitasnya.
Lita menyimpan kontak nomer Hadi dan menyimpannya dengan nama Hadi pula.
Jam makan siang, Iva sudah menunggu suaminya di halte dijalan G.
Bus suaminya pun datang.
Iva tersenyum. Dan bus tersenyum. Tapi kali ini Hadi yang turun. Dan duduk disebelah Iva di tempat dudukan yang ada di halte tersebut.
“Loh Mas... Kok turun?” Iva memandang suaminya yang duduk disebelahnya.
“Lagi sepi sayang. Aku jadi istirahat dulu disini sama mu. Mana bekal makan siang ku sayang”
Iva tersenyum lembut.
“Ini Mas.” Iva memberikan bekalnya. Dan Hadi pun mulai memakannya.
Saat sedang menikmati makan siangnya yang ditemani oleh Iva istrinya, hapenya Hadi malah berbunyi nada deringnya. Ada yang meneleponnya.
Hadi melihat Hapenya dan nama Lita tertera di layar hape. Iva sempat melihat nama tersebut. Ia memandang ke arah suaminya.
“Lita? Lita siapa Mas?”
Bersambung....
Klik Like, Vote, Favorit dan Komennya ya Kak reader semua.
Sertakan juga kasi dukungan dan hadiahnya ya. Kasi juga bintang/rate 5 ya kak.
Thanks. Love you all. :) :D
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Lisa aulia
masih nyimak ..
2024-04-24
0
Mira kader Mira
itu sih tanda tanda jadi pelakor tu
2022-03-11
2
umamah oye
seperti ini awal yg tidak mengenakan.. krokil kecil mulai ada nih
2022-01-31
2