Bunyi Bel pintu membuat semua orang yang tengah menikmati makan malamnya menatap ke arah pintu.
"Albian buka pintunya" suruh Skala. Albian mendengus kesal, selalu dia yang harus di suruh padahal di rumah ini bukan hanya dia anak satu-satunya.
Dira dan Dela tertawa cekikikan melihat wajah Albian yang terlihat kesal. Pria itu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu keluar. Albian membuka pintu dan terperanjat kaget melihat Cia berdiri di depan pintu dengan senyuman yang terus menghiasi wajah cantiknya. Ia beralih menatap kedua orang tua Cia yang memberikan senyuman padanya membuat ia membalas senyuman Dirga dan Nevia.
"Siapa Albian? " tanya Skala berjalan mendekati anaknya.
Skala melebarkan bola matanya dan tersenyum melihat Dirga teman bisnisnya datang bertamu ke rumahnya.
"Dirga, apa kabar? " ujar Skala memeluk Dirga yang membalas pelukannya. Mereka berdua tidak menyangka akan bertemu di sini. Sedangkan Albian melongo melihatnya, dia melirik kearah Cia yang sudah bergelayut di lengannya entah sejak kapan.
"Aku baik Skala, kamu dan istri kamu bagaimana kabarnya? " tanya Dirga menguraikan pelukannya.
"Alhamdulillah baik, kamu ke sini ada urusan dengan ku atau ingin membahas tentang kerja sama perusahaan kita? " tanya Skala.
"Bukan aku ke sini mau melamar Albian untuk putriku, Cia " jawab Dirga. Skala sedikit kaget mendengarnya baru pertama mendengar perempuan lebih dulu melamar pria.
"Hallo om, nama aku Cia sebentar lagi bakal jadi mantu om" ujar Cia dengan percaya dirinya. Albian menatap sinis pada Cia yang terus mengulas senyum.
"Putri kamu cantik, Dirga. Kalau begini pasti Albian mau, iyakan Al?" ujar Skala.
"I-iya pah" sahut Albian dengan tersenyum paksa.
*******
Semua orang duduk di sofa di ruang tamu termasuk Cia dan Albian yang terus duduk berdempet. Gadis itu tidak ingin pisah dari dosennya ingin selalu bersama.
"Jadi kesini mau lamar anak kita, Albian? " tanya Devia yang terlihat senang.
"Iya, kami ingin melamar Albian untuk putri saya. Kalau mereka terus di biarkan menjalin hubungan pacaran takutnya terjadi zina, kan tau sendiri bagaimana pacaran anak zaman sekarang " ujar Dirga.
"Saya tidak menjalin pacaran dengan Cia, om" sahut Albian tak terima.
"Awws, sakit! " pekik Albian saat mendapatkan cubitan dari Devia di pinggangnya.
"Iya, betul kata pak Dirga. Memang bahaya kalau di biarkan Cia dan Albian melakukan hubungan pacaran terus menerus takutnya nanti kebablasan terus hamil " ujar Devia tertawa pelan. Membuat kedua orang tua Cia dan Skala tersenyum seraya mengangguk kepalanya menyetujui ucapan Devia.
Albian membelalakan matanya, tidak suka dengan ucapan Mamahnya.
"Mamah apaan sih, kalau pun aku pacaran sama Cia gak sampai aku hamilin dia. Aku punya adik perempuan dan berpikir beribu kali untuk melakukan itu " kesal Albian.
"Albian diam, nak. Jangan nyerobot terus kalau orang tua lagi ngomong" bisik Devia dengan penuh penekanan. Albian meneguk ludahnya kasar dan menganggukkan kepalanya pasrah melihat tatapan tajam yang di lontarkan padanya.
"Jadi Albian mau atau tidak menikah dengan Cia? " tanya Dirga.
"Saya tidak-" ucapan Albian langsung di potong.
"Tentu menerima pak Dirga. Tidak mungkin Albian menolak apalagi Cia cantik banget anaknya" puji Devia membuat senyuman makin lebar di bibir Cia sedangkan Albian menatap ngeri dengan senyuman gadis itu yang sangat mirip dengan boneka Momo.
"Kamu harus mau menikah dengan Cia. Jarang-jarang ada gadis mau lamar kamu duluan. Apalagi umur kamu sudah tua jadi harus secepatnya menikah " bisik Devia di telinga Albian. Pria itu mengerucutkan bibirnya.
"Jadi Albian kamu benar mau menikah dengan Cia. Papah tidak mau kamu menikah dengan Cia karna terpaksa? " tanya Skala.
Albian melirik Devia yang menatap tajam padanya sambil tersenyum , bibir wanita paruh baya itu bergerak tanpa bersuara seakan mengatakan dia harus menerima lamaran ini.
"Aku menerima lamaran Cia, Pah. Tanpa paksaan , Pah "
"Tapi menerimanya karna tekanan dari Mamah "batin Albian .
" Syukur kalau begitu "ujar Skala.
" Wah kita sebentar lagi bakal besanan ya mbak Devia "ujar Nevia tersenyum senang.
"Iya, sudah gak sabar gendong cucu " sahut Devia .
"Kapan pernikahannya akan di laksanakan? " tanya Dirga.
"Besok aja pah " sahut Cia membuat semua orang menatap kearah gadis itu termasuk Albian.
"Aduh, kalau besok kecepatan sayang. Kita harus persiapkan dari catering makanan, baju pengantin, terus dekorasinya dan tidak mungkin dalam waktu setengah hari sudah cepat selesai " ujar Nevia memberikan pemahaman pada putrinya.
"Yahh, padahal Cia mau cepat-cepat nikah sama bapak Albian" ujar Cia terlihat tidak bersemangat.
Sedangkan Albian mengusap dadanya lega karna tidak cepat-cepat nikah dengan Cia.
"Bagaimana kalau lusa, sempat kok mempersiapkan semuanya walau cuma satu hari " usul Devia. Albian langsung membelalakan matanya ini lebih parah lagi.
"Aku setuju tante" ujar Cia bersemangat. Dan semua orang menganggukkan kepalanya setuju terutama Albian yang menganggukkan kepalanya dengan paksa.
"Ok, jadi besok lusa Albian dan Cia akan menikah" ujar Skala.
"Silahkan di minum tehnya dan di makan kuenya" tawar Devia.
Dirga dan Nevia meminum teh yang sudah di sediakan Devia.Malam ini hari yang sangat membahagiakan untuk Cia namun bencana bagi Albian.
*******
Cia duduk di kafe menunggu kedatangan Albian untuk membeli cincin pernikahan mereka berdua. Gadis itu menghirup caffochino yang masih hangat sangat pas saat hujan-hujan minum coffe hangat.
"Please Alvian, kamu temenin Cia beli cincin ya. Kamu nyamar aja jadi aku, Cia juga tidak akan curiga kalau kamu itu bukan aku. Muka kita mirip jadi dia tidak akan tau " ujar Albian menyatukan kedua tangannya pada kembarannya memohon.
Alvian hanya diam, matanya menatap kearah Cia dari jendela kaca mobil yang tengah menunggu Albian di kafe.
"Kenapa bukan kamu saja yang menemui Cia, dia calon istri kamu dan aku tidak boleh ikut campur dalam masalah kalian berdua " ujar Alvian dengan nada dingin dan datar.
"Aku tidak bentah lama-lama dengan dia. Aku juga tersiksa dengan pernikahan yang besok akan di laksanakan" ujar Albian dengan sorot mata yang sedih.
"Baiklah aku akan bantu kamu tapi ini yang terakhir kali saja aku membantu kamu dan aku tidak akan membantu kamu lagi " ujar Alvian membuat Albian tersenyum cerah.
Alvian turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam kafe dan mendekati Cia yang tengah duduk di bangku sambil menghirup coffenya.
Ekmm..
"Sudah lama nunggu? " tanya Alvian membuat Cia menoleh. Senyuman merekah di bibirnya.Gadis itu langsung memeluk Alvian yang dia kira Albian.
"Iya, bapak Albian kenapa lama datangnya? Aku sampai bosen nunggunya " ujar Cia mendongak menatap pria tersebut tanpa melepaskan pelukannya pada Alvian.
"Maaf ya, kamu jadi lama nunggunya " ujar Alvian lembut. Tangan pria itu terulur mengusap pucuk kepala Cia membuat gadis memejamkan matanya merasakan usapan lembut pada kepalanya.
Cia merasakan nyaman saat berdekatan dengan Alvian dia merasa tenang dan merasa di lindungi tanpa tau pria itu bukan Albian.
Alvian bisa mencium aroma bau stroberi di tubuh Cia.
Bersambung....
Lanjut gak?
Maaf kalau ada typo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
RyuuHae
dari awal udah tukar peran pantasan aj yg nikah alvian n smga cia bhagia bersama vian
2022-02-02
0
yani
lanjut.......thor
2021-12-12
0
Nurhayati
smoga albian nyesel pada waktunya
2021-12-05
1