Cia berjalan masuk ke dalam kelasnya yang begitu bising dengan suara teman-teman satu kelasnya. Tapi saat ia masuk semua orang diam dan menatap kearahnya , ia bersikap tak peduli dengan tatapan aneh mereka semua. Dia juga tidak memiliki teman di kampus ini mungkin karna dia masih mahasiswi baru.
"Kalian tau gak? Kalau Cia sering godaain bapak Al sama bapak Vian. Lebih gila lagi dia sering keluar masuk ke dalam ruangan pak Albian" ujar Nisa mempengaruhi teman-temannya.
"Cih, paling-paling dia godaain bapak Al supaya nilainya di tambahin, kita sudah tau kalau dia selalu dapat nilai paling rendah di kelas ini " sahut Viona yang langsung di angguki teman-teman yang lain.
Tapi mereka semua langsung kembali ke tempat masing-masing saat Alvian masuk ke dalam kelas dengan membawa kertas ulangan kemaren yang sudah di nilai.
"Selamat pagi semuanya" sapa Alvian dengan suara yang nyaring dan keras.
"Selamat pagi pak " sahut semua orang yang ada di kelas serentak. Alvian berjalan menuju mejanya meletakkan kertas ulangan tersebut.
Pria itu menatap mahasiswi dan mahasiswanya bergantian. Matanya terfokus pada Cia yang tengah mengobrak-abrik tasnya. Entah apa yang di cari gadis itu tapi Alvian tak memperdulikannya.
Ia mengambil kertas ulangan yang dia beri nilai dan membagikan pada mahasiswi dan mahasiswanya satu persatu dan kertas ulangan terakhir yang dia berikan pada Cia yang masih sibuk mencari sesuatu dalam tasnya.
"Aduh, mana tugas aku yang di kerjain tadi malam " gumam Cia tanpa menyadari Alvian berdiri di sebelahnya dan memperhatikan dirinya.
Ekhm...
Dehem Alvian dengan keras membuat Cia menghentikan aktivitasnya dan mendongak menatap dosennya yang melipat tangannya di atas dada. Cia tersenyum cengengesan.
"Kamu cari apa? " tanya Alvian dengan nada suara yang datar.
Semua orang yang ada di kelas menatap kearah Cia yang menyadari tatapan mereka.
"S-saya cari tugas saya yang bapak suruh kerjakan tapi tiba-tiba hilang gak ada di dalam tas " jawab Cia gugup, takut bila Alvian marah.
"Alasan" celetuk Alvian. Cia membelalakan matanya mendengar itu, seakan dosennya menganggap dia berbohong.
"Beneran pak , tadi sudah saya kerjakan tapi sudah tidak ada di dalam tas " sahut Cia.
"Baiklah, kali ini saya maafkan bila hari ini kamu tidak mengumpul tugas.... tapi kenapa ulangan kamu dapat nilai D, hmm? " tanya Alvian.
"Kan saya mahasiswi baru pak, jadi masih belum paham dan tidak mengerti pak" ujar Cia beralasan.
"Alasan kamu selalu seperti itu " ujar Alvian.
Pria itu berjalan kembali ke mejanya dan mendudukkan pantatnya di kursi.
*******
Cia menatap dirinya di pantulan cermin dengan senyuman yang terus mengembang di wajah cantiknya. Nevia masuk ke dalam kamar putrinya dan tersenyum melihat Cia memakai gaun yang dia beli.
"Kamu cantik banget, sayang. Apalagi pakai gaun yang Mamah belikan" ujar Nevia. Cia tersenyum malu-malu mendengar pujian Mamahnya.
"Makasih mah sudah beliin gaun buat Cia. Mah ayo kita ke rumah pak Albian. Cia sudah gak sabar ketemu sama calon suami" ujar Cia tersenyum membayangkan bila dia benar-benar bisa menjadi suami-istri dengan dosennya.
"Ayo, Papah juga sudah siap. Kita tinggal berangkat" ujar Nevia. Cia langsung menarik tangan Mamahnya keluar kamar membuat wanita paruh baya itu terperanjat kaget tarikan mendadak dari putrinya.
"Ayo pah kita berangkat, Cia gak sabar mau ngelamar pak Albian" ujar Cia semangat. Dirga tersenyum seraya menggelengkan kepalanya dan membukakan pintu mobil belakang untuk putri tersayangnya, dengan segera Cia masuk ke dalam mobil.
******
Albian mengerucutkan bibirnya, menatap sang bunda yang memotong sayur sedangkan dirinya di suruh mengaduk saos asam manis. Devia melirik putranya yang seperti malas-malasan memgaduk saos manis.
"Ngaduknya yang benar Al, nanti gosong lho" tegur Devia.
"Mamah kenapa sih nyuruh aku bantu Mamah masak? Kan ada Shalla, Shella, Dira, Dila , ini tugas mereka sebagai perempuan kalau aku laki-laki seharusnya tinggal makan aja " ujar Albian.
"Mereka lagi sibuk ngerjain tugas masing-masing . Kamu juga Mamah lihat cuma main ponsel di dalam kamar gak ngerjain apapun. Lagi pula yang paling banyak makan di rumah cuma kamu jadi kamu harus bantu Mamah masak " ujar Devia.
"Banyak makan di jadiin alasan" celetuk Albian dengan pelan namun masih bisa di dengar Devia.
"Kamu ngomong apa tadi?! " tanya Devia galak sambil mengacungkan pisau ke depan Albian membuat pria itu refleksi mengangkat kedua tangannya seperti hendak di tembak.
"Aku gak ngomong apa-apa cuma bilang aku seneng banget bantuin Mamah masak " ujar Albian bohong. Devia mengangguk kepalanya, percaya dengan ucapan putranya. Sedangkan pria itu bisa bernapas lega.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Yunisa
eh, Cia yg nglamar duluan kira2 ditrima g ya🤔
2022-09-29
1
yani
ngakak bacanya.. .lanjut thor....mantul menghibur.....
2021-12-12
2
jersey_JLH
gx sabar liat cia bucin sama vian😍😍
2021-12-04
0