"AAAAAAAA-" terdengar teriakan dari dalam kamar mandi.
Adelard, Ayudia dan dokter itu pun berlari menuju ke arah kamar mandi dan mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa kali mereka mengetuk-ngetuk pintu akhirnya Aqila membuka pintu kamar mandi tersebut.
"Om, kok muka saya jadi gini?" tanya Aqila panik.
"Lahh, emang muka kamu begitu, Rin" jawab Adelard bingung dengan anak gadisnya.
"Ini bukan wajah saya, Om. Dokter, saya nggak di operasi plastik kan, dok?" tanya Aqila kepada dokter tersebut.
"Rin, kamu kenapa sih? Muka kamu emang begini nggak ada yang berubah sedikit pun." jelas Ayudia.
"Kalian tenang dulu ya! Ayo Ririn kita kembali dulu ke ranjang kamu, biar saya periksa terlebih dahulu!" ucap sang dokter
Aqila pun menuruti ucapan sang dokter. Ia berjalan menuju ke ranjangnya tanpa bantuan siapa-siapa. Setelah berbaring, dokter pun langsung memeriksa Aqila semuanya secara detail.
"Bagaimana semua ini bisa terjadi?" gumam dokter.
"Apanya dok?" tanya Aqila dengan polosnya.
"Waktu kemarin kamu di bawa ke sini, kamu itu mengalami koma. Bagaimana bisa kamu langsung sehat seperti ini?" tanya dokter ith tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Dan itu, bagaimana kaki dan tangan kamu bisa di gerakkan dengan bebas, harusnya kaki kamu itu lumpuh dan tangan kamu patah tulang bagian kiri."
"Hah? Dokter doain saya lumpuh dan patah tulang" cengo Aqila.
"Bukan seperti itu. Saya hanya penasaran kenapa kamu bisa pulih dengan waktu yang sangat cepat seperti ini?"
Lahh iya ya, kan waktu itu gue di tabrak truk dan gue rasa badan gue hancur terus sekarang kenapa badan gue utuh nggak ada lecetnya yaa, bisa lari juga gue tadi hebat bener dah. Batin Aqila.
"Saya nggak kenapa-napa kok dok"
"Pak Bu, sepertinya anak kalian mendapatkan keajaiban dari Tuhan. Karena sampai saat ini, saya belum pernah melihat kejadian seperti ini. Dan anak bapak dan ibu sepertinya mengalami amnesia. Anak kalian sudah di perbolehkan pulang hari ini. Kalo begitu, saya permisi dulu ya pak bu, mari" jelas sang dokter hendak melangkahkan kakinya untuk pergi dari ruangan tersebut.
"Eh tunggu dulu, dok! Ini muka saya kenapa berubah begini. Iya walaupun muka ini cantik banget tapi ini bukan muka saya dok" omel Aqila.
"Itu muka kamu kok, dek" setelah mengatakan itu, dokter tersebut benar-benar pergi keluar ruangan.
Anjirr ini gimana ceritanya? Kok gue bisa jadi gini bangs***. Batin Aqila menjambak rambutnya frustasi. "AAAAAAAAA-" Aqila teriak sekencang-kencangnya.
"Rin, kamu tenang dulu oke!" ucap Ayudia berusaha menenangkan anaknya.
Duh anjirr ini ibu-ibu sama bapak-bapak siapa lagi. Nambah beban pikiran aja, mama papa gue kok nggak dateng nengokin gue itu juga dua curut bestie gue pada kemana sih njirr. Batin Aqila.
"Rin, dengerin kita! Nama kamu itu Ririn Lethicia Xaviera dan kita itu orang tua kamu, Rin. Kamu itu anak Mommy sama Daddy, Rin." ucap Aderald.
Aduh gue jawab apa, ya? Gue iyain aja kali ya biar cepet. Batin Aqila kebingungan harus menjawab apa. Sebenarnya dia ingin mengelak. Namun, melihat raut wajah kedua orang di depannya dia jadi tidak tega, apa lagi dengan kondisi wajahnya yang begini sekarang. Walau pun dia mengelak pasti mereka tidak mempercayainya.
"Oke, aku Ririn dan kalian orang tuanya aku dan sekarang kita sedang ada dimana? Jakarta? Bandung? Surabaya? Bogor? Atau di dunia lain?" tanya Aqila.
"Kita di Jakarta, Nak. Dari dulu kita tinggal di Jakarta, kota kelahiran kamu." jawab Ayudia yang langsung di angguki oleh Adelard.
Nah loh busyettt di Jakarta nggak tuh? Mana gue nggak pernah ke luar kota lagi, bagaimana gue bisa pulang ke Bandung. Batin Aqila menjerit.
"Ya udah, kita pulang sekarang yaa! Anak Daddy pinter sembuhnya cepat." ucap Adelard sembari tertawa manis kepada anaknya.
"Iya dong, siapa dulu dong Mommynya?" sahut Ayudia.
Nih orang gila kali ya, udah salah PD banget lagi bilang 'siapa dulu Mommynya' ckck. cibir Aqila dalam hatinya.
Kini mereka sedang berada di perjalanan pulang menuju kediaman Adelard dan Ayudia. Di sepanjang perjalanan hanya ada keheningan, tidak ada yang berniat membuka suara. Di sepanjang perjalanan itu pula, Aqila melamun sembari memperhatikan jalanan. Ia mesih tidak percaya dengan apa yang terjadi kepada dirinya. Semuanya terasa sangat tidak masuk akal.
Kini mereka telah sampai di rumah Adelard. Aqila langsung di antarkan ke kamarnya oleh kedua orang tuanya. Dia memperhatikan setiap sudut ruangan tersebut.
"Njirr ni kamar udah kayak kamar bocil aja, semuanya serba pink pening pala gue liatnya. Tapi kamarnya luas juga bisa nih gue ajak satu kelurahan ke kamar. Dari depan gerbang aja udah keliatan sih seberapa gedenya rumah ini." gumam Aqila.
Aqila pun membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang lebih nyaman dari pada sebelumnya. Karena Aqila termasuk ke dalam golongan orang-orang *****, jadi tanpa berlama-lama dia sudah masuk ke alam mimpinya.
Kini Aqila berada di taman yang sangat indah dan dia melihat banyak bunga-bunga yang indah. Di sana tidak ada yang namanya bunga bangkai, semuanya terlihat indah dan juga wangi tentunya.
"Hai!" spaa seorang gadis yang sedang memakai baju berwarna putih.
Aqila pun merasa sangat terkejut ketika melihat seorang gadis berdiri tepat di hadapannya. "Weeh anjirr Astagfirullahalazim ngagetin aja." ucap Aqila mengusap-usap dadanya.
"Hehe maaf, kaget ya?" tanya gadis tersebut.
"Pake nanya lagi lo. Lo itu siapa si?" tanya Aqila.
Gadis itu mengulurkan tangannya untuk mengajak Aqila berjabat tangan. "Kenalin, gue Rirun yang aslu. Gue pemilik raga yang lo tempatin saat ini."
Aqila menjabat tangan gadis itu. "Eh bentar! Lo Ririn yang punya raga yang gue tempatin, maksudnya?" tanya Aqila.
"Entah gimana caranya, tapi tanpa sengaja lo bertransmigrasi ke dalam raga gue." jelas Ririn.
"Enggak mungkinlah. Mana ada transmigrasi-transmigrasi kayak gitu. Itu tuh cuma ada di dunia halu doang, bro." Aqila tidak percaya dengan perkataan Ririn.
"Terserah lo mau percaya atau nggak. Tapi itulah kenyataannya." ucap Ririn.
Aqila terdiam sejenak, memikirkan sesuatu. Dia masih belum percaya dengan semua ini. "Lahh terus kalo raga lo gue tempatin, terus jiwa lo kemana jamilahh. Terus raga gue gimana?"
"Gue udah meninggal gara-gara kecelakaan kemarin." Ririn tersenyum getir. "Tubuh lo sekarang sudah di kubur, raga lo sudah meninggal karena kecelakaan itu tapi jiwa lo masih hidup dan tempatin raga gue. Gue juga belum beristirahat dengan tenang, karena gak ada raga yang bisa gue tempatin. Gue mohon bantuin gue supaya gue tenang, lo mau kan bantuin gue.?" tanya Ririn.
"Aelah lo udah meninggal juga masih aja minta bantuan, udah buruan mau gue bantuin apa?" ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
NEXT!
"Lo terlalu bodoh Rin, harusnya lo lawan semua orang yang rundung lo. But it's oke lo tenang aja gue yang sekarang bakal balas semua orang yang nyakitin lo." gumamnya.
"Karena gue adalah Aqila Zara Maureen gue nggak bakalan lepasin siapa pun yang berani ganggu tubuh ini" dengan senyum miring yang terbit di bibirnya dengan aura dingin yang menguar di tubuhnya.
Tok tok tok
Tiba-tiba terdengar suara ketokan pintu yang di sebabkan oleh Nathan, abangnya Ririn.
"Dek, ayo turun makan malam." ucap Nathan.
"Dek?" ucapnya lagi karena tidak ada sahutan dari dalam.
Ceklekk
"Kakak siapa?" tanya Ririn dengan polosnya. Sedangkan Nathan yang di tanya seperti itu terkejud bukan maen.
"Dek, ini Abang. Kamu kok tanyanya gitu sih, abang nggak suka yaa." ucap Nathan sendu.
"Abang kenal aku?" tanya Ririn lagi dengan polosnya.
"Mommyyyyyyy Daddyyyyy" teriak Nathan.
"Kenapa sih bang?" tanya Adelard
"Kok Ririn nggak inget sama abang sih, dia mau ngeprank. Maaf dek nggak mempan."
"Abang maaf" ucap Ririn.
Njirr canggung bet dah ah gila. Oke, Qil lo harus tenang, jangan kaku-kaku amat lo!. Inget, lo harus bahagiain mereka!. Batinnya.
"Rin, maaf ya mommy hari ini nggak masak telur balado, nggak papa ya?" tanya Ayudia dengan hati-hati.
"Oh ya, nggak papa kok mom" jawab Ririn. "Oh ya Mom, mulai sekarang aku nggak mau makan telur lagi."
"Tumben, kenapa?". tanya Nathan.
"Iya, itu kan makanan kesukaan kamu. Biasanya kalo nggak ada telur balado kamu nggak makan sampe-sampe Daddy bosen liatnya." ucap Adelard.
"Nah itu Daddy tau, Daddy aja yang liat bosen apa lagi Ririn yang makan."
"Tapi kan..-
"Nggak usah Mom, aku punya tangan biaa ambil sendiri." ucap Ririn terkekeh
"Ada-ada aja kamu, dek."
"Stop!!"
Ririn yang mendengar itu pun menghentikan kegiatannya. "Ke-kenapa, Dad?" tanya Ririn kebingungan.
"Sejak kapan kamu suka ayam?" bukan Adelard yang menyakan hal tersebut tapi Nathan.
"Rin, Mommy boleh minta tolong, sayang?" tanya Ayudia yang datang dari arah dapur sembari membawa sebuah kantong kresek yang lumayan besar.
Ririn yang mendengar itu mengalihkah pandangannya menatap Ayudia. "minta tolong apa mam?"
"Tolong kamu simpan sampah ini di depan rumah ya, biar besok langsung di bawa sama tukang sampah keliling."
"Iih nyuruhnya nggak aesthetic banget, buang sampah."ucap Ririn sembari berjalan menghampiri Ayudia dan mengambil kresek sampah itu.
...🌱...
ig : @knririn
jangan lupa tinggalkan jejak yaw gengs ✓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Nia Sulistyowati
seru dan masih ngikutin
2024-08-08
0
Muhammad Bagus
sbnrnya karakter si Aqila ini lebay bener ya Allah.
2024-02-12
0
Aquina
lagi mau makan tau2 disuruh buang sampah🤔🤔🤔
2023-07-31
0