“Kami dari Sby mbok Nah, kami kesini khusus mau makan ke sini mbok” kata Novi yang sedang ikut membantu mbok Nah menyiapkan makan malam untuk mereka
“Lha kalian ini apa pernah kesini sebelumnya, kok aneh sih, sepertinya kalian ini sudah sering ke warung saya ya?” tanya mbok Nah penasaran
“Eh gini aja mbok, apa dulu pernah ada mahasiswa yang KKN disini, waktu itu ada tiga mahasiswa perempuan yang suka makan disin” kata Ali memancing ingatan mbok Nah
“Kalau KKN seingat mbok itu sudah lama sekali mas, mungkin sekitar dua tahun lalu. Eeehm memang ada tiga mahasiswi yang sering kesini karena kalau tidak salah, apa salah satunya itu kamu mbak?” tanya mbok Nah sambil menunjuk ke Novi
“Bukan Mbok, kami teman mereka yang datang kesini, masak mbok Nah lupa dengan teman mereka” kata Dani menimpali
“Mbuh ah, mbok ini pelupa kok, sekarang kalian mau makan lauk apaaaaa?” tanya mbok Nah dengan suara yang khas cempreng dan keras
“Terserah mbok Nah mau kasih lauk apa, semuanya enak pokoknya mbok hehehe”
“Oh iya mbok, rumah pak Widodo itu yang mana ya?” tanya Ali iseng
“Heeeh kalian ini cari siapa sebenarnya, disini ndak ada yang namanya Widodo, mungkin di desa sebelah yang sudah kosong dan sedang ada pembangunan itu yang kalian cari”
“Lho desa sebelah kosong mbok, bukanya semua sudah baik” kata Ukik
“Baik apanya mas, desa sebelah itu kosong sejak empat tahun lalu, karena ada wabah penyakit aneh yang membuat pendudukdisana itu ngungsi”
“Dan sekarang desa itu dibeli oleh pengusaha, katanya mau dibuat itu lho mas apa namanya eeeh , pokoknya yang ada hotel, ada taman bermain, dan ada obyek wisatanya gitu lho katanya”
“Resort kah mbok” jawab Novi
“Nah itu bener mbak, resort. Wah sekarang pemilik tanah disana kaya-kaya, karena tanah disana dihargai tinggi mbak. Akhirnya pemilik rumah yang sudah pada kosong itu pada jual tanahnya”
“Di desa sebelah apa tiap rumah ada pemiliknya masing-masing?” tanya Novi
“Jelas ada to mbakyuuuu, tiap rumah disana meskipun kosong tetap ada pemiliknyalah, hanya saja kabarnya, katanya ada beberapa rumah yang dari jaman dulu keadaanya kosong dan berhantu” kata mbok Nah tersenyum.
“Oh iya mbok, disini ada yang namanya Marwoto ndak mbok?”
“Duluuu ada, jaman saya masih kecil, dia anak dari Yu Painah, tapi kata orang-orang tua, keluarga mereka hilang secara misterius”
“Tapi saya ndak tau mereka ada dimana sekarang, memangnya ada apa kok kalian cari orang yang tidak ada disini?
“Ndak papa kok mbok Nah, kami sebenarnya mau ke desa sebelah, mau lihat proses pembangunan proyek” kata Dani
“Kalau mau kesana lewatnya ya sebelum masuk desa ini ada pertigaan, pertigaan itu kalian belok ke kanan, kalau kalian lurus ya kesini jadinya, makan malam disini jadinya, saya dapat uang lagi jadinya hihihiih” jawab Mbok Nah seperti biasanya
“Iya mbok, nanti kami akan lewat sana kok, tapi sekarang kami makan malam dulu disini mbok hehehe” jawb novi lagi
“Sebenarnya di desa sebelah itu gimana ceritanya kok bisa dibeli sama orang untuk dibuat resort mbok?” tanya Ukik
“Saya ndak tau mas, pokoknya setelah ada penyakit aneh disana, kemudian desa itu sepi dan mati, hanya sebagian orang saja yang tinggal disana, itupun ndak lama, setelah itu mereka juga pergi dari sana”
“Kemudian baru-baru ini ada investor yang masuk kesana dan membeli tanah yang ada di sana. Tapi kenapa kok desa ini tidak ikut dibeli, kalau dibeli kan lumayan mas hihihih, saya ndak usah jualan makanan koyok gini lagi hehehe”
Tidak ada informasi yang berguna dari mbok Nah kecuali faktor iri hatinya karena desa tempat dia tinggal tidak ikut dibeli investor untuk dijadikan resort juga.
“Mbok, tolong dihitung, smuanya ini berapa habisnya heheheh” tanya Novi setelah kami selesai makan
*****
“Percuma kita tanya-tanya ke mbok Nah, dia tidak tahu apa-apa, lagian kita harus lihat sendiri keadaan desa sebelah rek” kata Ali
Ke delapan remaja itu sekarang sedang menuju ke desa sebelah, mereka penasaran dengan keadaan disana sekalian untuk mengambil kotak yang disembunyikan pak Tembol disana.
Perjalanan dari dari tempat mbok Nah hingga ke desa sebelah seharusnya tidak lama, tetapi karena jalan yang harus mereka tempuh ini penuh dengan tanah dan lumpur sehingga mobil harus berjalan pelan agar tidak terjebak dalam lumpur yang agak tebal.
Di depan mereka sudah terlihat aneka peralatan berat, temasuk beberapa trailer yang membawa beberapa pakubumi yang belum sempat diturunkan.
Mobil dan truk yang sedang parkir berjajar membuat pikiran kedelapan anak ini merasa bahwa disana ada proyek mega besar.
“Kita ndak bisa terus kesana, jalanya rusak rek, kita parkir disini saja, kemudian kita temui penjaga proyek untuk tanya-tanya kemungkinan kita bisa masuk ke ruman mbok Ginten apabila rumah itu belum diratakan” kata Ali
“Itu disana rek ada lampu sorot yang terang sekali, kemungkinan disana itu ada penjaga malamnya, kita bisa bicara
sama mereka rek” kata Wildan.
Mereka berdelapan berjalan kaki menuju ke arah lampu sorot yang letaknya tidak jauh dari mobil mereka terparkir.
Benar juga di depan ada semacam kantor-kantor semi permanen, dan juga ada kantor yang terbuat dari beberapa kontainer yang diubah menjadi tempat tinggal atau kantor, beberapa penjaga malam sedang berdiri dan melihat mereka yang berjalan kearah sana.
“Selamat malam, ada yang bisa kami bantu mas-mas dan mbak?” kata salah satu penjaga malam yang menyapa kami setelah kami tiba di area proyek mereka
“Maaf pak, saya mau tanya, apakah area ini akan dibangun semacam resort gitu pak? Tanya Wildan yang penuh basa basi
“Iya mas betul sekali, dan kalian ada perlu apa malam-malam kesini?” tanya penjaga malam itu penuh curiga.
“Sebenarnya kami ada sedikit keperluan dengan salah satu rumah yang ada di daerah ini pak, kami akan mengambl barang yang ditanam oleh pendahulu kami pak” kata Ali tanpa basa-basi
“Lhoo mana mungkin mas, karena daerah ini sudah lulus survey dan tidak ada apa-apa atau tidak ada penduduk yang menuntut barangnya pada waktu akan dilakukan pembongkaran”
“Lha kok sekarang mas dan mbak ini kesini untuk mengambil barang yang tertinggal. Apakah kami harus mempercayai kalian, dan apa ada maksud tersembunyi dari kalian disini?”
“Kami serius pak, ada barang dari pendahulu kami yang tertinggal disana dan kami harus mengambilnya, dan kalau bapak mau membantu kami, kami benar-benar terima kasih. Karena barang itu sangat berbahaya”
“Sangat berbahaya bagi kalian yang bekerja di proyek ini, maka dari itu barang itu harus kami ambil sebelum terjadi sesuatu dengan para pekerja disini pak” kata Ali
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments
Teh lia
maaf ka di cerita indah,bukan nya pa marwoto jdi sesepuh desa mbo nah sekrg ko mlah mbo nah gk knal marwoto..
2022-09-30
1
Kardi Kardi
good comentttt
2022-05-06
0
Denay Dei
ketemu sinank nang lagi di sini
2022-03-26
0