Bab 2

Albert meninggalkan rumah Tania dengan perasaan kecewa, malu dan di barengi dengan rasa marah yang sangat mendalam di hatinya.

Sehingga Ia memutuskan tidak langsung kembali ke dalam kontrakannya, melainkan saat ini dirinya sedang berada di pinggir jalan raya tanpa tau arah dan tujuannya.

Dan saat ini, perkataan Tania juga masih terngiang di dalam pikirannya, sehingga membuat dirinya tak fokus pada Jalan Raya yang sedang di lalui nya.

" Ah...! Kenapa bisa seperti ini? Bukankah dia yang memintaku datang ke Rumahnya untuk melamar dirinya, tapi apa yang Ia lakukan padaku, dia malah memutuskan aku dan menghina diriku habis-habisan di rumahnya, di depan kekasih barunya lagi, Dion...! awas kau jika aku menjadi orang kaya, aku akan membalas perbuatanmu," teriakan dan caci maki terus saja terlontar dari dalam mulut Albert, hingga orang yang lewat sampai mengatainya orang****.

" Ah...!" teriak Albert dengan sangat keras, dan tanpa sadar Ia melewati pembatas jalan.

Lalu...

Sebuah Mobil mewah Limousine warna putih keluaran terbaru menabrak dirinya, hingga membuat Ia tersungkur di tengah jalan, dan kini kesadarannya mulai melemah, matanya mulai tertutup, lalu sejurus kemudian dia akhirnya pingsan.

Sedangkan orang kaya yang menabraknya ternyata seorang Kakek tua, dan saat ini dirinya sedang mencari Cucunya yang sejak Dua Puluh tahun silam menghilang entah kemana.

Kemudian kakek tua itu turun dari dalam Mobil, dan melihat seorang anak muda tergeletak di atas aspal dengan tak sadarkan diri. Lalu Ia memerintahkan anak buahnya untuk segera membawa pemuda itu kerumahnya.

" Will, cepatlah angkat anak muda itu, dan masukkan Ia kedalam Mobilku," perintah Pria paruh baya itu dengan sangat tegas.

" Baik Tuan," ucap Will sambil menundukkan kepalanya dengan sangat hormat.

Kemudian, Will di bantu oleh beberapa Bodyguardnya yang lain mengangkat tubuh Albert dan memasukkannya ke dalam Mobil Limousine Tuan Simon.

Setelah selesai dengan pekerjaannya, Will pun melaporkanya kepada Tuan Simon.

" Tuan, aku dan lainnya sudah selesai mengangkat Pemuda itu, jadi sekarang lebih baik anda masuk kembali ke dalam Mobil," ucap Will.

" Baiklah, terima kasih Will," ucap Tuan Simon kemudian Ia kembali memasuki Mobilnya.

Melihat Tuannya sudah memasuki Mobil, Will pun kembali masuk ke dalam Mobil dan melajukannya Dengan kecepatan tinggi.

Di Dalam Mobil

Tuan Simon kemudian memperhatikan wajah Pemuda yang ada di sampingnya, dan Ia sedikit familiar dengan wajah itu.

Dengan hati yang berdebar-debar Ia kemudian menyibakkan kaos usang itu sedikit ke atas.

Dan lagi-lagi Ia terkejut dengan pemandangan yang berada di hadapannya.

Yaitu, sebuah tanda lahir yang sama persis dengan Cucunya yang hilang Dua Puluh tahun silam. Tuan Simon lalu mengelus tanda lahir itu sejenak, kemudian Ia memperbaiki kembali kaos usang milik Pemuda yang berada di sampingnya.

" C...c.. cucuku," ucap Tuan Simon dengan bibir yang bergetar.

Sedangkan Will yang mengemudikan Mobil, begitu mendengar Tuannya menyebut Pemuda yang berada di sampingnya dengan sebutan Cucu, tiba-tiba Ia tersentak kaget, dan rem mendadak pun tak bisa terhindarkan.

Chit.... Jeduk, kening Tuan Simon akhirnya terbentur ke depan sisi kursi mobil, dengan kesalahan sekecil itu membuat Will mendapat tatapan tajam dari Tuannya.

" Apa yang kau lakukan Will," ucap Tuan Simon dengan sedikit membentak.

" M... maafkan aku Tuan, aku hanya kaget mendengar ucapan anda barusan," ujar Will sambil menundukkan kepalanya.

" Ah...! sudahlah tidak usah kau pikirkan, lebih baik kau kemudikan Mobil ini dengan benar," jawab Tuan Simon datar.

Will yang mendengar ucapan Tuannya seketika mengelus dadanya.

" Untung saja aku tidak di pecat," batin Will sambil mengusap dadanya hingga beberapa kali.

Kemudian, Ia kembali melajukan mobilnya menuju Mension Keluarga Bridam.

Tanpa menunggu lama, Mobil mewah Limousine warna putih keluaran terbaru itu akhirnya terparkir di halaman Mension mewah itu.

" Kita sudah sampai Tuan," ucap Will kepada Tuan Simon.

" Baiklah, sekarang aku tugaskan engkau mengurus pewaris tunggal keluarga Bridam," ucap Tuan Simon.

" M... maksud Tuan siapa? aku tidak mengerti," ucap Will sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

" Hum...! Siapa lagi kalau bukan Pemuda yang berada di dalam Mobil ku," jawab Tuan Simon sambil menggertakkan giginya menatap kearah Asistennya yang sejak tadi terus saja bertanya.

Sedangkan Will yang mendengar ucapan Tuannya barusan, Ia kembali terkejut.

" Apa...? T...Tuan yakin, kalau Pemuda yang berada di dalam Mobil anda itu Pewaris tunggal keluarga Bridam," ucap Will sambil menatap tak percaya kearah Tuannya.

" Tentu saja aku sangat yakin, sebab aku sudah melihat buktinya dengan mata kepalaku sendiri," ucap Tuan Simon datar. Lalu Ia menatap kembali ke arah Will dengan tatapan yang sulit di artikan.

Will yang menyadari arti dari tatapan Tuan Simon, kembali mengetuk kepalanya hingga beberapa kali.

" Matilah aku," batinnya.

Kemudian Ia langsung berjalan secepat kilat, untuk menghampiri Pemuda yang berada di dalam Mobil, lalu Ia memanggil beberapa bawahannya yang sejak tadi berjajar rapi di belakang mereka, sambil menundukkan kepalanya masing-masing.

" Kau botak, cepat bantu aku untuk mengangkat Tuan muda," ucap Will sambil pura-pura sibuk.

Lalu Tuan Simon menghampiri Asistennya Will yang nampak sedikit menyibukkan diri itu, kemudian Ia menepuk pundaknya dengan perlahan.

" Dan kau Will, lain kali jangan banyak bertanya, kalau tidak gajimu akan saya potong bulan ini," ucap Tuan Simon datar, kemudian Ia meninggalkan Asistennya.

Saat hendak meninggalkan Will, Tuan Simon tiba-tiba membalikkan badannya kembali.

" Will, jangan lupa calon Pewaris tunggal keluarga Bridam, tempatkan di dalam kamar yang paling mewah di Mension ini," ucap Tuan Simon dengan sedikit berteriak.

" Baik Tuan," jawab Will.

Lalu para bawahan si botak mendekat, kemudian mereka beramai-ramai, mengangkat Pemuda yang tidak sadarkan diri itu masuk kedalam kamarnya.

Dua hari kemudian

Albert mulai tersadar dari pingsannya, dan mendapati dirinya saat ini sedang berada di atas ranjang yang sangat empuk.

" Aduh..! Kenapa kepalaku terasa sangat pusing," ucapnya sambil mengarahkan pandangannya ke seluruh ruangan.

" Hah...!" ucapnya kaget melihat dirinya sedang berada di dalam ruangan yang begitu mewah bak istana seperti yang di ceritakan di negeri dongeng, lalu Ia menangis dengan se sunggukan.

" Apakah aku sudah berada di surga? Ibu...! tolonglah temui anakmu ini, ternyata aku juga sudah menyusul mu," ucap Albert sambil berjongkok, dan menyembunyikan kepalanya diantara kedua lututnya.

" Hiks...hiks...hiks!"

Tapi tiba-tiba, seseorang memegang pundaknya dari arah belakang, dan Albert seketika terkejut bukan main.

" Anda siapa? kenapa kau tiba-tiba berada di sini, apakah kamu sama seperti diriku yang sudah berada di alam lain," tanya Albert.

Sedangkan Pelayan yang berada dihadapannya yang tidak mengerti dengan ucapan Albert barusan, seketika Ia mengerutkan keningnya, lalu Ia memberanikan diri untuk bertanya pada Tuan mudanya itu.

" Maksud Tuan apa, setau ku aku masih berada di alam dunia, dan saat ini kita sedang berada di dalam Mension Keluarga Bridam," jelas Pelayan itu.

" Hah..! Maksudmu aku juga masih hidup, dan sekarang aku berada di mana tadi?" tanya Albert sambil menatap wajah Pelayan dengan lekat.

" Mension Keluarga Bridam, Tuan muda," ucap Pelayan itu, sambil membungkukkan badannya.

Terpopuler

Comments

Rafanda 2018

Rafanda 2018

hebattt ya ketabrak mobil ga apa2,,,

2022-08-10

0

Hasnah Accong

Hasnah Accong

rejeki dari langit

2022-07-22

0

󠇉

󠇉

Albert kaya mendadak

2022-04-16

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!