Sesampainya di rumah, aku segera memberesi barang-barang bersama Bik Nah dan mama. Aku sengaja menyibukkan diri di ruang belakang, karena aku ga ingin Surya berpamitan padaku, dan membuat debar lagi di dadaku. Biarlah dia pamit dengan Cantika, papa dan mama saja.
Setelah dia pergi dan semuanya beres, begitu juga Bik Nah telah pulang dengan wajah senang karena membawa oleh-oleh dari kami, baru aku masuk ke kamarku. Besok pagi aku mulai bekerja lagi. Jadi, sekarang aku mau istirahat.
Cantika pun sudah berada di kamarnya, mungkin dia lelah. Papa dan mama masih berada di ruang makan dan pasti sebentar lagi mereka akan beristirahat juga.
Ketika masuk ke kamarku, aku memegangi gawai, ingin sekali menanyakan apakah Surya sudah sampai di rumahnya atau belum, tapi aku ga berhak. Kuhela nafasku, biarkan Cantika yang melakukan tugasnya.
***
Esok hari aku telah berada di kantor, bekerja seperti biasanya. Minggu ini pekerjaanku tidak begitu berat seperti akhir bulan kemarin. Jadi aku bisa keluar sebentar untuk makan siang.
Aku dan mama kecapekan, hingga ga sempat untuk membuat bekal. Jadi aku putuskan untuk mencari makan siang di jam istirahat. Aku menuju ke sebuah kantin di sebelah kantorku, dengan berjalan kaki saja, tidaklah melelahkan.
Di sana ternyata telah banyak karyawan kantor yang sedang makan siang, mereka menyapaku.
"Tumben Bu Valeria, makan di sini?" Kata Pak Ridho, bagian humas.
"Iya, pak. Ga bawa bekal saya." Ucapku jujur.
Pak Ridho meminta ijin untuk duduk di sebelahku.
"Maaf, Bu. Boleh saya duduk di sini?"
"Oh silahkan saja, Pak."
"Bu, maaf sebelumnya, saya mau mengusulkan sesuatu, tapi saya takut disetujui atau tidak."
"Begini, Bapak utarakan saja, nanti saya pertimbangkan usulan Bapak itu."
"Bu, apakah perusahaan kita boleh mengadakan bakti sosial di lingkungan sekitar, masyarakat kaum menengah ke bawah di sini sangat membutuhkan bantuan kita. Dan sepertinya kita belum bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Maaf, Bu. Jika tidak berkenan, ini hanya usulan dari saya." Kata Pak Ridho dengan sopan.
"Oh, usulan yang baik, Pak. Iya, selama perusahaan ini berdiri, memang kita belum memperkenalkan kepada masyarakat ya. Saya kok juga belum kepikiran. Makasih, Pak usulannya. Nanti sewaktu rapat, kita bahas bersama."
"Baik, Bu. Terima kasih telah menerima usulan saya."
"Saya yang berterima kasih, Pak. Sudah diingatkan."
Pak Ridho benar, ini Jakarta, beda dengan Jerman yang tidak memerlukan banyak hubungan dengan masyarakat sekitar jika tidak dibutuhkan. Bila masyarakat mengenal perusahaan kami, maka akan lebih mudah akses untuk melakukan pembaharuan.
Esoknya, ketika rapat, banyak yang menyetujui usulan itu. Karena adanya program baru, berarti juga kami harus menghubungi perusahaan yang terkait dengan kami, salah satunya adalah PT Samudra Jaya.
Aku minta Bu Rara, sekertarisku untuk mengirimkan proposal program itu ke perusahaan mereka.
Beberapa hari kemudian, kami mendapat balasan dari perusahaan-perusahaan mitra bahwa mereka menyetujui usulan tersebut dan bersedia menjadi donatur bagi acara tersebut.
Aku minta semua karyawan terlibat dalam acara itu, kubiarkan mereka membuat berbagai acara dalam pekan donasi itu. Aku hanya mengawasi rencana dan jalannya kegiatan itu.
Para donatur mulai berdatangan. Mbak Ela bagian keuangan, membuat rincian pemasukan dana. Setelah semua terkumpul, aku meneliti dana yang masuk agar transparan pelaporannya. Ketika melihat daftar keuangan, aku terbelalak dengan sebuah nominal yang begitu besar untuk sebuah donasi, 2 Milyar? Segera kuurutkan siapa donaturnya. Tak lain lagi, PT. Samudra Jaya!
Aku tersenyum, dia sungguh mendukung aksi sosial kami. Segera aku minta para karyawan untuk membuat rencana dalam waktu dekat, dengan mengundang para donatur. Donasi-donasi itu kami tujukan untuk beberapa panti asuhan, anak yatim, para pekerja jalanan, serta para warga yang membutuhkan.
Akhirnya acara dilaksanakan, terlihat Surya datang. Dia duduk di barisan depan. Aku berada di belakang panggung dan hanya sekali memberikan sambutan. Acara berjalan dengan sukses.
Setelah acara selesai, tiba-tiba Surya telah berada di belakangku.
"Bu Valeria Fazza Anggraini."
Aku tersentak mendengar suaranya, jantungku berdebar kembali. Aku menoleh sambil membenahi bajuku.
"Oh, ya Pak Surya Adi Samudra. Kami sangat berterima kasih karena perusahaan anda telah ikut serta dalam pekan donasi ini."
Dia mengulurkan tangan, dengan ragu aku menyambutnya. Kami berjabat tangan erat, lalu dia mengarahkan tanganku ke bibirnya sambil menatapku. Dia mencium tanganku!
Aku tersipu malu, kemudian segera kulepaskan tanganku dari genggamannya. Aku hanya berharap semoga tidak ada yang melihat kejadian ini.
Segera aku memohon diri dari situ, "Maaf, Pak Surya, saya mohon diri dulu. Ada hal penting yang harus saya selesaikan. Silahkan menikmati jamuan kami."
"Saya juga ada urusan Bu Valeria Fazza Anggraini, saya pamit dulu. Maaf saya tidak bisa menikmati jamuan ini."
Aku mengangguk, sungguh lucu, kami terdengar formal sekali. Dia berbalik dan meninggalkan kantorku. Aku memandang dia yang mulai berjalan menjauh, tiba-tiba dia menoleh, aku terkaget dan reflek melihat ke langit-langit ruangan kantor.
Dia tersenyum dan berlalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
YuWie
kaku kaku tapi sweet interaksinya
2022-10-10
0
💜bucinnya taehyung💜
jangan gampang luluhbapa val...biar surya lebih berjuang lg...trutama jelasin ke cantika krn biar gmn status mrk pacaran..apapun motif di balik pacaran mrk
2021-12-07
0
Erna Dinara
aku yg senyum2 sendiri thorrr
2021-03-19
0