Pagi-pagi benar aku bangun, kubuka gawaiku. Ada 14 notifikasi pesan yang ada. Kubuka pesan-pesan itu, 3 dari Lia dan 11 siapa lagi, ya benar, Si Jahat.
Pertama pesan dari Lia kubaca, udah kuduga dia sangat kaget dengan apa yang terjadi denganku. Dia menanyaiku perasaanku saat ini.
Aku memberi pesan singkat padanya bahwa aku baik-baik saja dan aku akan dapat melaluinya dengan baik, agar dia tidak kuatir padaku.
Lalu pesan-pesan dari Si Jahat itu, aku abaikan. Nanti aja, bacanya kalau sempat. Sekarang aku mau bersiap untuk berangkat ke kantor. Jika terlambat, aku bakal memberi contoh ga baik buat para karyawan.
Aku masuk ke dapur, membuka kulkas. Di situ ada beberapa bunga kol, wortel, kentang serta daging. Membuat sup daging akan sempat waktunya. Tak lupa aku menggoreng ayam yang udah dibumbui oleh mama semalam. Akhirnya, aku asyik di dapur. Tentu dengan perkiraan waktu yang tepat.
Setelah semua matang, aku menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi. Air dingin mampu membuatku merasa bersemangat untuk bekerja.
Entah perasaan takut akan masa lalu itu seolah malah berkurang ketika aku menghadapi Surya sendiri. Perasaan itu bahkan menjadi perasaan kesal apabila aku bertemu atau menerima pesan darinya sekalipun.
Setelah mandi, Mama udah terlihat di dapur membuatkan aku segelas susu. Sebenarnya untuk aku saat ini susu membuatku terlalu kenyang saat makan, tapi takut Mama kecewa. Maka aku ambil makan sedikit dan menghabiskan susu itu.
Mama makan pagi bersamaku, tak lupa dia mengambilkan tempat makan dan menempatkan nasi bersama ayam goreng yang aku buat tadi. Aku tidak suka membawa bekal sup saat sekolah dulu hingga bekerja saat ini.
"Besok Papa pulang, Val. Papa ga akan diberi tugas ke luar kota lagi, katanya biar digantikan oleh yang muda." Kata Mama.
"Oh, bagus Ma. Jadi Papa bisa sering di rumah."
"Iya, Val. Papa cepet capek kalo terus-terus tugas di luar kota."
"Iya, Ma. Val ikut seneng aja, jadi kita bisa lebih sering berkumpul bersama."
"Iya, kamu benar, Val."
"Ma, aku berangkat dulu ya?" Kataku sambil mengemasi piring-piring kotor.
Mama mengangguk. Hanya denganku dia bisa bercerita dan berkeluh kesah. Aku sebisa mungkin mendengarkan dan memberi feed back padanya. Orang tua suka dengan kita bila kita sering mengajaknya berbincang-bincang tentang apa saja.
Aku mencium pipi mama dan menyambar tas kerjaku, lalu memasuki mobil segera. Karena jam udah menunjukkan pukul 06.00, akan terlambat jika aku tidak segera berangkat, mengingat jalanan macet.
Mobil melaju dengan cepat ke jalanan, nah benar kan, macet. Dengan sabar aku melajukan mobil. Akhirnya sampai juga di kantor. Para karyawan telah menyambutku hangat. Office boy pun telah melakukan tugasnya dengan baik. Beginilah kalau memimpin perusahaan dengan cinta. Mereka lebih menghargai kerja mereka dengan senang hati. Aku ingin mereka di kantor merasa senang. Hingga pekerjaan mereka dilakukan dengan baik.
Sampai di ruanganku, kembali aku mengerjakan pekerjaan kemarin yang belum terselesaikan.
Siang harinya ketika aku selesai meneliti laporan-laporan, aku mulai tergelitik membuka pesan Si Jahat. Kenapa aku ga menambahkan kata Gila di kontakku. Si Jahat Gila. Terlalu ekstrim. Hahahahha.
Baiklah, aku penasaran juga.
[Valeria, mungkin kamu ga ingin membalas pesanku.]
[Val.]
[Val....]
[Baiklah, kutunggu balasan darimu.]
[Ga balas juga?]
[Aku minta maaf]
[Mohon maafkan aku]
[Beri aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku.]
Kesempatan? Untuk memperbaiki kesalahan? Dengan apa? Operasi keperawanan kali?
Aku tersenyum sinis, mengingat hal yang impossible untuk dilakukan. Aku melanjutkan untuk membaca pesannya.
[Oke, kalau kamu ga mau, aku beri penawaran. Apa yang kamu mau dari aku untuk memperbaikinya?]
[Val, please.]
[Oke. Kalau kamu ga balas ini, aku batalkan perjanjian kerjasama dalam 3 hari ke depan.]
Nah lho, ancaman.
Pilihan terakhir dia adalah mengancamku, itu pasti dia lakukan karena ingin memojokkanku.
Aku menghela nafas. Apa aku harus selalu berurusan dengannya?
Fyuh!
Baiklah, aku balas.
[Ni, aku balas.]
Lama dia tidak juga membalasnya, mungkin pekerjaan kantor atau... Dia sedang makan siang dengan adikku? Oh semoga Cantika tidak membukanya. Betapa bodohnya aku kenapa aku balas pada jam kerja. Aku hanya terburu karena takut dia benar-benar akan melepas kerjasama kami. Aku hanya mempertimbangkan hubungan Bu Magda dengan ayah Surya, menjaga nama baik Bu Magda di hadapan mereka.
Notifikasi pesan di gawaiku berbunyi. Segera aku membuka pesan itu, sekarang aku hanya takut Cantika mengetahui hal ini. Maafin aku, Dek. Aku harus main kucing-kucingan denganmu.
[Nanti aku balas]
Lega. Setidaknya Cantika ga tau aku mengirim pesan di luar pekerjaan pada kekasihnya. Cantika belum tahu nama kantorku. Hanya lokasi kantorku yang dia tahu. Jadi bila dia tidak mengetahui hubungan kerjasama perusahaan tempat dia bekerja dengan tempatku bekerja itu wajar. Dan aku yakin, Si jahat itu ga akan bilang padanya.
Sorenya aku pulang. Ketika melewati supermarket, aku berbelok ke sana. Aku berniat membeli bahan kue untuk kubuat cemilan papa dan mama. Oh ya, kebetulan hobbyku memang memasak di dapur. Di waktu libur, aku mencoba resep-resep baru. Hobby itu mengalir ketika aku masih di bangku SMU, berawal dari membantu mama.
Waktu di Jerman, hobby itu tidak bisa kusalurkan, mengingat peralatan yang kurang memadai di apartemenku. Sekarang di rumah aku lebih leluasa menjalankan hobby, karena peralatan mama sangat lengkap. Hobbyku dan mama sama.
Ketika aku mengambil cream cheese, mataku bersirobok dengan seseorang laki-laki, kami saling memandang,
"Reno?" Kataku.
"Valeria?" Tebaknya.
Kami tertawa dan saling berjabat tangan. Reno adalah teman satu SMU denganku. Dia dulu sepertinya akan mendekatiku, tetapi karena ada Si Jahat itu mendahuluinya, jadi sepertinya dia mundur teratur.
"Apa kabarnya, Val?"
"Baik, Reno. Kamu?"
"Aku juga baik. Kamu... Makin cantik Valeria. Oh ya, kabarnya begitu lulus, kamu terbang ke Jerman. Benarkah?"
Aku ingin tertawa mendengar kata cantik, aku ga begitu memperdulikan penampilanku.
"Iya, benar. Sekarang aku baru ditugaskan di Jakarta."
"Oh, sukses ya sekarang."
"Biasa aja. Mmm... Kamu kerja di mana sekarang, Ren?"
"Aku kerja di paket. Jadi kurir paket, Val." Katanya sambil menunduk.
"Oh, bagus itu, bahkan sekarang orang lebih suka dengan membeli online dari pada jalan ke toko."
"Iya kah?" Ujarnya, aku bisa melihat binar di matanya ketika aku memuji pekerjaannya.
Bagiku, semua pekerjaan yang benar itu baik. Dari yang kecil maupun yang besar. Jadi semua orang harus dihargai dengan profesinya.
"Oh ya, Val. Boleh aku minta nomor kamu?"
Sebenarnya berat ingin memberi tahu nomorku pada cowok, apalagi yang pernah menaruh hati padaku. Aku ga ingin sesuatu terjadi, tapi akhirnya aku memberikan nomorku padanya.
"Baik, Val. Nanti aku hubungi, ya? Makasih." Dia tersenyum dan berlalu.
Aku mengangguk, segera aku melanjutkan mencari barang-barang yang aku butuhkan dan pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
asphia
ini tepatnya bercerita sendiri ya
2021-02-13
2
Efan Zega
awas sur...ntar keduluan reno
2021-02-01
1
Lhenyy suryhaa
laki ga tau diri kamu,udah dpt kakaknya mau jg adiknya ehh ini mau balik ke kakaknya lg,dasar kemaruk...
2020-12-25
4