Pikiranku kembali ke Surya, dulu dia merusakku, sekarang dia mau merusak adikku? Itu tidak boleh terjadi!
***
Hingga keesokan harinya aku terbangun, berharap semua yang terjadi kemarin adalah mimpi, tetapi ini adalah mimpi buruk yang menjadi nyata.
Tuhan, tolong kuatkan aku.
Setelah mendengar Cantika telah berangkat kerja, aku keluar dari kamar. Mencuci mukaku. Mataku bengkak, karena semalam terlalu banyak tangis yang kukeluarkan.
Mama telah menyiapkan sarapan. Roti selai, dan segelas susu untukku.
"Sakitnya udah sembuh, Nak?" Tanya mama.
"Udah, ma."
"Kamu sarapan dulu, biar cepat pulih."
"Iya, Ma."
Aku mengunyah makan pagiku dengan malas. Inginku mengutuk diriku, kenapa harus seperti ini. Kenapa harus dia. Air mata ingin keluar lagi, tetapi kutahan agar Mama tidak melihatnya.
"Papa, mana Ma?" Tanyaku.
"Nganterin Cantika. Cantika kan kerja, pagi-pagi gini biasanya dia berangkat."
"Lalu, ke kost?"
"Iya." Jawab mama.
"Ma, Cantika diberi tau, harus hati-hati sama cowok."
"Iya, Mama udah bilangin dari awal, Nak, sepertinya Surya adalah pria yang baik untuknya." Ujar mama
Mama ga tau aja kisahku, jika mama tau, pasti mama ga akan kasih restu pada mereka tapi, pasti juga akan kecewa padaku. Batinku bergejolak.
Aku hanya diam, meminum segelas susu di atas meja dan melangkah ke kamar mandi. Hari ini aku sudah berangkat ke kantor baru. Jika aku menuruti perasaanku, aku ga akan bisa maju, dan aku ga akan membawa masalahku ini sebagai emosi di kantor nanti.
"Kamu hari ini udah mulai kerja, Nak?" Tanya mama.
"Iya, Ma." Ujarku.
"Ya udah, nanti Mama bawain bekal untuk makan siang."
Aku mengangguk tersenyum. Senyuman pertamaku pagi ini. Memang seperti anak-anak dibawakan bekal oleh Mama, tapi aku suka. Sejenak aku melupakan masalahku dengan kesibukan pagi.
"Aku berangkat, Ma."
"Ya, Val. Hati-hati ya bawa mobilnya." Kata mama.
"Iya, Ma." Kataku sambil mencium tangan dan kedua pipi mama.
Terlihat mama bangga kepadaku, aku bisa membeli mobil sendiri. Dulu kami hanya memiliki sebuah mobil yang sampai sekarang dipakai papa. Papa menyayangi mobil tuanya, karena sejarah papa membelinya dengan usaha keras. Keluarga kami memang diajarkan untuk merawat sesuatu yang kami dapatkan, apalagi dengan usaha keras.
Setelah melambaikan tangan pada mama, dan mama melepasku seperti anak TK, menciumiku saat aku berpamitan pergi, padahal nanti sore aku pulang lagi, aku melajukan mobil ke tempat kerjaku.
Udah macet aja di perjalanan, tetapi pekerjaanku santai. Ga akan ada yang memarahiku jika aku terlambat, meski begitu aku bertekad untuk memberi contoh yang baik untuk para karyawan.
Sesampainya di kantor, aku masuk dan memberi salam pada karyawan yang aku temui. Mereka membaca name tagku, dan menghormat padaku, aku menuju ke lift setelah menanyakan kepada satpam di mana keberadaan ruanganku.
Ruanganku berada di lantai ke-5. Untung dilengkapi dengan room phone, sehingga aku bisa menelpon bagian-bagian yang ingin aku hubungi. Hari ini aku akan mengadakan meeting sambil memperkenalkan diriku.
Setelah masuk ke ruangan, kubuka komputer di mejaku dan di dalam komputer telah ada aplikasi daftar nama pemegang bagian-bagian di kantor itu. Hingga aku bisa dengan mudah memanggil mereka.
Segera aku menelpon mereka dan membuat pertemuan dengan mereka di ruang meeting.
Mereka menyambutku hangat.
"Selamat pagi, Bapak dan Ibu semuanya. Saya adalah manager baru di perusahaan ini. Nama Saya Valeria. Tentu Bapak dan Ibu mengetahui tugas saya. Perusahaan ini memang baru didirikan, tetapi dengan perencanaan-perencanaan yang baik, kita pasti akan bisa memajukan perusahaan ini. Dan, mohon agar bekerja dengan jujur, aktif, tertib dan professional. Untuk itu mari kita bekerja sama, saya himbau agar tidak ada persaingan negatif antar karyawan."
Setelah menjelaskan maksud meeting tersebut, kami saling sharing permasalahan yang dialami para karyawan. Mereka terlihat lebih menghormatiku dengan sikap terbukaku.
Baik, kita akan bekerja bersama di kantor ini.
Aku bersemangat untuk membuat perusahaan kami yang di Jakarta maju.
Setelah mengadakan meeting, aku mempersilahkan orang-orang untuk kembali ke ruangannya masing-masing. Ini saatnya bagiku juga untuk berkeliling.
Kantor ini ada 5 tingkat. Ruang meeting ada di sebelah ruanganku. Jadi aku tinggal berjalan menuju ke ruanganku, dan di sebelahnya ruanganku ada ruangan bagian keuangan. Besok aku akan berkeliling ke bagian bawah. Aku merasa lelah hari ini. Entah mungkin karena pertama masuk kerja atau pikiran semalam. Aku kembali ke ruanganku.
Hari ini aku akan meneliti laporan-laporan dari ruangan saja. Hingga jam makan siang pun aku tetap berada di ruanganku.
Ketika selesai memakan bekal dari Mama, aku kembali menatap komputer. Tiba-tiba pintu diketuk.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk!" Perintahku.
Mbak Risky yang memegang bagian customer service masuk.
"Maaf, Bu Valeria. Ada tamu, saya menelpon ruangan ibu tapi tadi baru offline."
"Oh ya, siapa?"
"Katanya Pak Surya, dari Perusahaan Samudra Jaya."
Deg!
Mendengar namanya, jantungku seperti akan lepas. Kenapa dia ke sini? Tidak cukupkah dia memberiku "kejutan" semalam?
Sejenak Mbak Risky kubiarkan berdiri di depanku, pikiranku buyar. Apa yang harus aku lakukan? Aku telah berjanji untuk berlaku profesional. Baiklah ini pekerjaan, bukan masalah pribadi.
"Baik, Mbak. Maaf, membuat menunggu. Suruh dia masuk ke ruangan saya."
"Baik, Bu. Saya mohon diri dulu."
"Ya, Mbak."
Dengan degup jantung yang tak berirama, aku menunggunya di ruangan ini. Aku mondar-mandir dengan tangan yang dingin. Apa lagi yang dia mau? Kenapa dia tau aku di sini? Bodohnya aku, perusahaan dia adalah perusahaan terbesar ke-5 di Jakarta, tentu saja dia ingin membuat hubungan kerja dengan perusahaan ini.
Dan semestinya aku tau resiko jika aku kembali ke kota ini, resiko bertemu dengannya. Karena dia anak tunggal, ke mana pun dia pindah sekolah dulu, tetap saja perusahaan orang tuanya akan berpindah ke tangannya di kota ini.
Tok... tok... tok!
"Masuk!"
Sosok yang begitu aku benci, aku ingin enyahkan, aku ingin maki-maki telah ada di hadapanku.
Dia telah berdiri di hadapanku yang sibuk melihat komputer. Dia memandangku, mematung di depanku, tanpa aku suruh duduk.
"Ada keperluan apa, Pak Surya?" Tanyaku meliriknya sebentar kemudian melanjutkan pekerjaanku.
"Aku boleh duduk? Tak sepantasnya seorang manager tidak mempersilahkan tamu untuk duduk." Ujarnya membuatku mengalihkan mataku ke arahnya.
"Silahkan jika itu kemauan anda."
Aku lebih ingin menginjaknya dengan kata-kataku. Belum pernah aku berkata demikian terhadap tamu. Ini special.
Akhirnya dia duduk di depanku.
"Val, aku minta maaf." Katanya membuka percakapan.
"Udah aku maafkan bertahun-tahun yang lalu." Ujarku.
"Aku ingin mencarimu setelah kelulusanku dari SMU."
"Buat apa?"
"Aku ingin bertanggungjawab."
"Atas apa?"
"Atas apa yang aku lakukan terhadapmu, Val."
Aku mendesah pelan. Sungguh aku ingin semua ini berlalu seperti aliran air, tapi Tuhan mempertemukan kembali aku dengannya.
Dia melanjutkan, "Aku mencarimu, tetapi teman-teman bilang bahwa kamu udah di luar negeri. Mereka semua lost contact denganmu."
"Lalu, bagaimana dengan adikku?" Potongku, tidak ingin mendengar celotehnya lagi.
"Aku ga tau kalau Cantika itu adikmu." Jawabnya membuatku muak.
Andai dia bertemu cewek yang bukan adikku, apakah dia masih mencariku? Apakah dia akan menemuiku di sini?
"Sudahlah, Pak Surya. Ini kantor, saya berkomitmen untuk membicarakan masalah kantor saja." Kataku.
"Baiklah, kami akan membuat perjanjian hubungan perusahaan dengan perusahaan ini. saya telah menghubungi Bu Magda. Beliau adalah partner kerja ayah saya dahulu." Katanya dengan penuh kemenangan.
Ternyata dia mengenal Bu Magda. Oh, habislah aku jika menolak penawarannya.
"Baiklah."
"Deal." Kami saling berjabat tangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ani Widodo
Konflik batin luar biasa....smoga kuat val
2021-04-26
0
Pramoedya Gentala
Masa lalu memang bukan untuk dikenang tapi sebagai pelajaran. Tapi rasa sakit tidak semudah itu akan hilang. Hilang cinta tinggal cari gantinya tapi hilang mahkota kewanitaan akankah bisa tergantikan??
Jadi maklum jika sakit itu sulit dihilangkan
2021-04-22
1
Tri Anggraini
jaraang jarang nih sikap begini apalagi lawan kerjasama adalah mantan....😅
2021-02-06
1