Aku penasaran dengan cowok pilihan Cantika. Dia pernah berpacaran, tetapi tidak satu pun yang mau memperkenalkan diri ke keluarga.
Ya, aku akui mantan-mantan dia berwajah cakep, karena dia juga cantik. Tapi belum ada yang serius. Kupikir karena sifat kekanak-kanakan Cantika yang terlalu manja dan menang sendiri.
Semoga cowok yang ini benar-benar serius padanya.
***
Paginya mama mengajakku menuju ke pasar, ramai sekali pagi itu. Hingga kami berdesak-desakan untuk menuju kios sayur.
Untung, mama selalu menyiapkan daftar belanja, dan mempunyai kios langganan, jadi ga bingung lagi. Dengan berlangganan, otomatis mama pun mendapat harga khusus, ga perlu lagi menawar.
Dalam waktu singkat, beberapa plastik belanjaan sudah aku bawa. Dulu sewaktu aku remaja pun, aku senang bila diminta mama untuk menemaninya di pasar. Sekarang kerinduanku terbayar sudah.
Sepulang dari pasar pun, aku dan Bik Nah membantu mama. Sedangkan Cantika? Ya, dia belum bangun juga.
"Ma, hari ini masak spesial apa buat calonnya Tika?" Tanyaku.
"Ayam kecap aja, kata Cantika cowoknya suka makan itu."
"Ayam kecap?"
Mama mengangguk, kembali aku teringat Surya si penyuka ayam kecap. Ah, aku menepis ingatanku.
Kusiapkan bumbu-bumbu yang mama perlukan. Kami beradu di dapur, aku memang dekat dengan mama karena ini. Mama mengajariku cara memasak masakan-masakan lezat.
Jam 11 siang, Cantika baru bangun. Dia mengendus makanan dari kamar.
"Baunya enak banget!" Katanya sambil keluar dari kamarnya.
"Kamu tuh, anak cewek bangunnya siang-siang. Gimana nanti kalau kamu menikah?" Omelku.
"Ah, kakak bawel. Nanti juga kan aku kalau menikah bisa bangun pagi. Lagian ini hari libur."
Belanya.
"Udah, udah. Kalian itu kalau ga ketemu nanyain. Kalau ketemu udah kayak perang dunia." Ujar mama.
"Cantika, jam berapa tamunya datang?" Tanya mama.
"Jam 4 sore, Ma." Ujar Cantika sambil mencomot pisang goreng yang kubuat.
"Ih, belom cuci muka juga." Kataku.
"Biarin," Kata Cantika terkekeh sambil berlalu.
Mama menggeleng-geleng melihat kami. Cantika memang manja. Kalau waktunya libur ya libur, dia ga mau mengerjakan urusan dapur. Sementara itu, papa terlihat menikmati kopi dan membaca koran kesukaannya. Mereka tetap seperti dulu saat sebelum aku pergi ke Jerman.
Jam menunjukkan pukul 3 sore, kami pun bersiap-siap untuk menyambut si boss kekasih adikku. Kamar mandi tiba-tiba menjadi idola untuk diperebutkan.
Waktu berjalan begitu cepat. Cantika berdandan cantik. Aku menyisir rambutnya, membenarkan resleting dressnya.
"Adikku emang cantik." Kataku memujinya.
"Adiknya siapa dulu dong." Katanya.
Terdengar bunyi gawai milik Cantika, dia langsung berlari dan mengangkat telepon agak jauh dariku. Sepertinya mereka membicarakan denah rumah kami. Setelah itu dia menyelesaikan dandan.
Aku sendiri memilih baju sopan dan ga berdandan. Buat apa? Toh ini acaranya Cantika. Kenapa aku musti dandan?
Rumah pun telah disiapkan dengan rapi oleh Bik Nah. Semua sudah terlihat bersih dan rapi. Kurasa ini cukup. Ini hanyalah perkenalan, bukan lamaran.
Aku kembali ke dapur, duduk di ruang belakang sambil menikmati secangkir teh dan memandangi ikan-ikan di kolam belakang rumah. Ketika itu aku mendengar suara mobil datang dan keramaian menyambutnya. Itu pasti cowoknya Cantika.
Masih saja aku duduk di sana. Cantika mencari dan memanggilku.
"Kakak di sini ternyata. Ayo, aku kenalin." Katanya sambil menarik tanganku.
Aku meletakkan cangkirku di meja, lalu menurutinya.
"Nanti, sepulangnya dia, kakak boleh berkomentar." Katanya.
Aku menggeleng-geleng kepala dengan kelakuannya. Komentar apapun ga akan berlaku untuk orang yang sedang jatuh cinta.
Setibanya di ruang tamu, aku melihat cowok itu.
Deg!
Entah apa yang dikatakan Cantika saat mengenalkan aku pada cowoknya. Jantungku tiba-tiba serasa akan copot melihatnya. Dia pun melihatku dengan tercengang. sejenak kami saling berpandangan seolah tidak percaya.
"Su...surya?" Gumamku pelan.
Aku mulai merasa keringat dingin membasahi tubuhku. Detak jantungku semakin tidak terkendali. Aku menundukkan kepala saat kami berjabat tangan, campur aduk rasanya perasaanku saat itu. Marah, kesal, kecewa, ingin aku menangis saat itu.
"Maaf Ma, aku mau ke kamar. Tiba-tiba kepalaku pusing." Kataku mohon diri pada mama.
Mama mengangguk, Surya masih memandangiku dengan cemas. Entah apa yang dia pikirkan. Sedangkan yang kurasa saat ini seperti luka yang belum juga mengering kembali tersayat. Perih.
Aku segera berjalan cepat menuju ke kamar. Mama ingin mengantarku, tapi aku menolak.
"Udah, Ma. Mama nemenin mereka aja, Val bisa sendiri."
Sayup terdengar mama menjelaskan di ruang tamu bahwa aku kelelahan, tapi aku yakin cowok itu tau kenapa denganku.
Aku membuka kamar dan menguncinya, kubantingkan tubuhku menelungkup ke tempat tidur kemudian terisak. Sakit itu kembali lagi. Kenapa Tuhan? Kenapa musti dia yang datang? Tangisku semakin menjadi, keringat dingin itu masih keluar dari kepalaku.
Sejenak setelah aku mengunci diri di kamar, sepertinya cowok itu pamit pulang.
Mama mengetuk pintu kamar.
"Val, makan dulu. Tamunya ga jadi makan. Dia pamit ada urusan penting."
Sudah jelas, dia pria tidak bertanggung jawab, dia pamit pulang karena dia tidak menyangka aku ada di rumah ini! Amarahku seolah terpanggil kembali. Aku menarik nafas panjang dan menghembuskan pelan-pelan.
"Nanti aja, Ma. Val mau tidur." Kataku.
"Ya udah, jangan sampai telat makan ya?"
"Iya, Ma."
Pikiranku kembali ke Surya, dulu dia merusakku, sekarang dia mau merusak adikku? Itu tidak boleh terjadi!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Cahyaning Tyas
surya deketin cantika karna pingin ketemu valeri..
2021-04-08
0
Siti Mudrikah
waauu..jadi ukutan deg"an thor😂
2021-03-02
0
Pertiwi Tiwi
thor .badanku ikut panas dingin.dan gemeteran
2021-02-16
1