Eps 9

Setelah mandi, aku kembali bercengkrama dengan papa dan mama di ruang makan, menikmati masakan mama, adalah kerinduanku selama ini. Masakan mama adalah masakan terlezat di dunia. Bik Nah udah pulang jika petang.

"Ma, apa kabarnya Cantika? Kenapa dia belum telpon rumah?" Tanyaku.

"Adikmu itu, setelah dekat dengan atasannya, dia jarang pulang. Dulu, awal masuk kerja, dia sering pulang, atau telpon." Kata mama.

"Ooh, biasa lah Ma, dia baru kasmaran." Jawabku.

"Asalkan dia bisa menjaga dirinya, Val. Semoga kali ini adalah jodohnya. Dia udah berkali-kali menjalin hubungan dengan cowok, tapi ga ada satu pun yang serius padanya." Kata papa.

"Iya, Pa. Semoga." Harapku.

Kuputuskan setelah makan malam, aku akan menelponnya.

Setelah aku dan mama membersihkan ruang makan, kami berkumpul di ruang tengah. Aku memencet panggilan ke nomor Cantika. Segera ada jawaban di sana.

"Halo, Kakak."

"Halo Tika, kamu masih kerja?"

"Udah pulang ke kost, Kak."

"Kakak pulang." Aku sengaja belum memberitahu dia atas kedatanganku.

"Pulang? Pulang ke mana, Kak?" Dia terdengar kebingungan.

"Ya ke rumah, lah."

"Serius, Kak?"

"Iya... Kapan kamu pulang, Dek?"

"Aaaaa... Kenapa ga bilang dari kemarin?"

"Biar surprise, hehehe."

"Ih, jahat Kakak, ga bilang... Besok Sabtu aku pulang, Kak."

"Bener ya, aku tunggu."

"Kakak masih lama kan di Jakarta?"

"Iya, sampai tugasku selesai, kamu jaga diri ya, Tik?"

"Iya, Kak!"

Telepon ditutup. Senang rasanya menanti kedatangan adik satu-satunya dan berkumpul dengan keluarga tercinta.

"Val, Papa sama Mama senang karier kamu bagus, tapi apakah kamu belum memikirkan tentang pasangan hidup?" Tanya Mama pelan-pelan, takut menyinggungku.

"Iya, Val. Inget umur kamu juga, Val." Tambah Papa.

"Iya, Ma, Pa. Val masih pengen berkarya. Tapi setelah itu Val akan mencari pasangan hidup." Kataku meyakinkan mereka tetapi aku sendiri ga yakin.

"Kalau gitu, baiklah. Kami menyerahkan sepenuhnya kepadamu, Nak." Kata Papa.

Aku mengangguk. Sungguh, perbincangan seperti ini yang membuatku ingin beranjak jika aku tidak mengingat norma kesopanan, tapi mereka adalah orang tuaku.

"Ma, aku di Jakarta agak lama. Besok aku akan survei tempat kerjaku. Mama mau ikut kah?"

"Boleh kah?" Tanya mama.

"Ya boleh, besok aku bawa sepeda motor aja ya, Ma?"

"Besok Papa anterin, kan Papa masih cuti. Mau nemenin Putri Papa yang baru pulang."

Aku mengangguk dan Mama tersenyum. Aku lega bisa mengalihkan pembicaraan kami.

***

Paginya, kami menelusuri kota Jakarta. Ternyata tempat kerjaku tidak terlalu jauh dari rumah. Hanya memakan waktu perjalanan sekitar 30 menit jika lalu lintas lancar.

Setelah survei kami berjalan-jalan, sungguh banyak berubah kotaku ini. Benar apa kata Lia.

"Kamu mau lihat sekolahmu kah, Val?" Tanya Papa.

Aku sedikit ragu, tapi aku mengangguk.

"Iya, Pa."

Papa membelokkan mobil ke jalan menuju sekolahku dulu. Ada debar di hatiku. Menyusuri jalan-jalan itu, di mana aku semobil dengannya. Ah, aku benci perasaan ini. Memang benar cinta pertama sulit untuk dilupakan, tetapi mengapa untukku begitu menyakitkan?

"Tuh sekolahan kamu, Val. Banyak renovasi sekarang." Kata Papa.

"Iya, Pa. Banyak yang berubah."

"Apa kamu ga punya cinta pertama di sini, Val?" Tanya mama membuatku tersentak.

Aku tau mama menggodaku, tapi sungguh aku tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu.

Aku menggeleng, "Ga lah Ma, cintaku hanya pada matematika saat itu."

Papa dan mama tergelak. "Iya, Nak. Kami sungguh bangga padamu saat piala-piala itu kamu bawa ke rumah."

Aku merasa bersalah kepada mereka. Piala itu aku raih, tetapi piala kehormatanku hilang oleh manusia yang tidak bertanggung jawab.

***

Hari Sabtu ini, aku ga sabar menemui adikku. Kami akan banyak bercerita tentang ini dan itu. Dia datang sore hari.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu. Aku segera membukanya.

"Kakak!" Pekik Cantika.

Kami berpelukan erat. Dia terlihat dewasa sekarang dengan dress dan sepatu high heels. Rambutnya yang hitam dan panjang dibiarkan tergerai. Seperti dugaanku, dia makin cantik.

Kami masuk lalu bertemu papa dan mama, bercengkrama bersama. Semoga suasana seperti ini bisa terus kami rasakan. Inilah yang membuatku berat jika harus meninggalkan Jakarta.

"Kak, aku mau kenalin atasanku sama Kakak, Mama, dan Papa. Mumpung Kakak di sini." Katanya sewaktu kami makan malam di ruang makan.

"Boss kamu? Kekasihmu?" Tanyaku.

Cantika mengangguk yakin. "Ganteeeng, tauk?"

"Jangan hanya lihat penampilan, ya? Lihat juga orangnya kayak gimana." Kataku sambil memasukkan sayur ke mulut.

"Kakak kamu benar, Tika. Kalau orangnya baik dan bertanggung jawab, pilihan kamu baik. Gantengnya bonus." Kata mama sambil melirik papa.

"Cie...cie..." Aku dan Cantika menggoda mereka.

"Dia baik kok, Ma. Pekerja keras, seperti Kakak." Jawab Cantika.

"Baiklah. Papa tunggu kapan dia mau datang."

"Rencananya besok, Pa." Kata Cantika.

"Oh ya?" Kata papa sama mama kaget.

"Baiklah, besok akan Mama siapkan masakan yang enak. Kita makan bersama besok."

Cantika mengangguk setuju.

"Valeria, besok bantu mama belanja ya?"

"Iya, Ma."

Aku penasaran dengan cowok pilihan Cantika. Dia pernah berpacaran, tetapi tidak satu pun yang mau memperkenalkan diri ke keluarga.

Ya, aku akui mantan-mantan dia berwajah cakep, karena dia juga cantik. Tapi belum ada yang serius. Kupikir karena sifat kekanak-kanakan Cantika yang terlalu manja dan menang sendiri.

Semoga cowok yang ini benar-benar serius padanya.

Terpopuler

Comments

💜bucinnya taehyung💜

💜bucinnya taehyung💜

val yg mau ktm surya aku yg deg²an

2021-12-06

0

💜bucinnya taehyung💜

💜bucinnya taehyung💜

jual mahal ya val jgn sampe keliatan msh cinta nya ..plis...klo perlu tunjukin kebencian mu

2021-12-06

0

Pertiwi Tiwi

Pertiwi Tiwi

dag dik Dig jantungku

2021-02-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!