Eps 3

Tiga bulan kemudian,

Aku sedang menyelesaikan pekerjaanku di kantor, ketika Bu Magda datang ke ruanganku.

"Val, bulan depan kita akan mengembangkan perusahaan di Indonesia, kita membangun cabang di Jakarta. Ibu minta tolong kamu untuk meng-handle segala urusan di sana sementara waktu, ya? Lagian, kamu bisa bertemu keluarga di sana."

Aku ternganga, "Ja...jakarta? Saya? Haruskah saya, bu?"

Bu Magda mengangguk yakin, "Kalo bukan kamu, siapa lagi? Val, sudah Ibu percaya kemampuanmu, belum ada kandidat yang lain, yang bisa Ibu beri tanggung jawab ini. Nanti posisi kamu sementara saya sendiri yang memegang di sini. Jangan kuatir, Val."

Bukan aku kuatir atas perusahaan ini, tetapi aku kuatir dengan diriku sendiri, aku menghela nafas.

"Baiklah, Bu."

Aku pasrah, aku harus professional dengan pekerjaanku.

Bu Magda tersenyum sambil memegang pundakku, "Ibu yakin, kamu bisa diandalkan, Val."

Aku mengangguk, Bu Magda keluar dari ruanganku. Bulan depan tinggal seminggu lagi. Aku memencet nomor bagian keuangan dan keamanan. Kuminta mereka datang ke ruanganku.

Tok! tok! tok! Suara ketukan terdengar.

"Masuk!"

Dua orang yang aku minta datang telah ada di hadapanku. Siska dan Pak Yanto. Mereka adalah orang Indonesia yang bekerja di sini.

"Ada apa, bu Valeria?" tanya Siska, bagian keuangan perusahaan ini.

"Siska, apa laporan pertanggungjawaban keuangan perusahaan untuk bulan ini bisa kamu selesaikan tepat waktu?"

"Saya usahakan, Bu," jawab Siska.

Aku mengangguk padanya, tanda bahwa aku mempercayainya.

"Begini Siska, Pak Yanto, untuk bulan depan yang tinggal satu minggu lagi, saya akan dikirim ke Jakarta untuk membantu cabang perusahaan kita di sana. Untuk hal yang kalian pegang, saya minta tolong, agar dilaksanakan dengan baik. Tolong Bu Magda dibantu ya, karena selama ini saya yang memeriksa semua berkas dan pekerjaan perusahaan."

Aku menatap Pak Yanto, "Untuk Pak Yanto, saya minta tolong semua yang di sini diawasi dengan ketat, mohon dikoordinasi dengan yang lain ya pak."

"Siap, bu!" jawab Pak Yanto tegas.

"Dengan begitu, saya bisa melaksanakan tugas dengan tenang. Saya percaya dengan kalian."

Mereka mengangguk yakin.

"Baiklah, sekarang saya mau mempersiapkan semua untuk minggu depan. Kalian boleh kembali ke ruangan masing-masing."

Aku mempersilahkan mereka untuk keluar ruangan.

Meskipun mereka di bawah pengawasanku, tetapi aku selalu menghargai pekerjaan mereka.

Aku kembali ke permasalahanku. Menguatkan hati untuk kembali ke Jakarta.

Sepulang dari kantor, aku menelpon Lia untuk memberi kabar tentang tugasku ke Jakarta.

Tuuuuut... Tuuuuut...

"Halo Val, gimana?" kata Lia di seberang sana.

"Lia, nanti kamu ada acara ga?"

"Oh, ga ada Val. Kamu mau ketemu aku? Kangen?"

"Hidih ge-ernya menggunung, aku mau cerita, aku ditugaskan ke Jakarta sama Bu Magda minggu depan."

"Ha??"

Aku yakin dia pasti sedang membelalakkan matanya lebar-lebar dengan mulut menganga.

"Ya udah, nanti jam berapa aku bisa ke apartemen kamu?" tanyaku.

"Mm... Jam 5 boleh."

"Oke."

Setelah aku tutup telpon, masih mengenakan seragam kerjaku, aku merebahkan tubuhku di tempat tidur. Tidak biasanya aku tidur setelah jam pulang kantor, rasanya hari ini sangat lelah.

***

Aku tersentak dan terbangun. Tanganku meraba gawai di sebelahku, aduh kurang seperempat jam lagi aku janji ke apartemen Lia! Aku segera menyambar handuk dan mandi.

Setelah mandi singkatku selesai, aku meluncur. Butuh waktu 15 menit untuk sampai ke apartemen Lia.

Sesampainya di sana, Lia menyambutku,

"Eh, gimana jadinya Val? Apa kamu udah siap mental untuk pulang ke Jakarta?"

Aku hanya mematung dan mengendikkan bahu, "Entahlah."

"Masuk dulu, Val. Maaf, sampai lupa suruh masuk. Habisnya, aku ikut mikirin kamu, Val. Sumpah, aku kaget banget."

Aku mengangguk. Kami melangkah masuk dan duduk di karpet.

"Aku mau mencoba menguatkan hati, Lia. Aku harus profesional. Yaah, meski bayanganku tentang masa lalu masih menghantui."

Aku menarik nafas dan menghembuskan pelan, mencoba menenangkan debar dalam dadaku, entah itu ketakutan yang kurasakan atau apa.

Lia memelukku, "Semoga kamu bisa, Val."

"Aku tau, aku harus kembali ke sana, tapi kukira ga secepat ini."

Aku mencoba menahan sesak di dada, ingatanku tentang cowok itu, sekolah itu, kamar itu...ah, semua memaksa bulir-bulir hangat mendesak keluar dari mataku.

Kami berdua diam dan hanyut dalam perasaan.

Setelah aku tenang, Lia melepaskan pelukannya.

"Val, apa yang membuatmu terlampau sakit dari dia?"

Aku mulai bercerita pada Lia. Ingatanku melayang ke masa itu.

Terpopuler

Comments

💜bucinnya taehyung💜

💜bucinnya taehyung💜

aku jg menguatkan hati ku untuk baca pas val ktm ama bos ade nya...semoga g terlalu membwang yaaa...

2021-12-06

0

re

re

Lumayan bagus cara penyampaiannya

2021-08-15

0

Happys

Happys

Yanto ad dijerman??

2021-03-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!