9. Liburan

Di Sebuah Club

"Halo.. Lo dimana?

"..............."

"Loe bisa datang kesini dan temenin gue?"

"..............."

"Gue benar-benar butuh teman,Ric,please." Mohon Aaram pada Rico,

"Gue di club tempat biasa."

Panggilan pun terputus,tadi Aaram menghubungi Rico. Awalnya ia ragu kalau Rico akan menerima ajakannya itu karena ia tahu Rico dan yang lainnya masih sangat marah dan kecewa kepadanya. Kemudian ia menenggak habis minuman yang diberikan bartender . Hampir satu jam menunggu akhirnya Rico pun datang.

"Maaf gue telat tadi habis nganter Selly dulu." Ucap Rico

"It's ok,Ric,makasih udah mau datang dan temenin gue disini." Suara Aaram terdengar serak

"Are u oke,Ar?" tanya Rico sedikit curiga dengan nada suara Aaram

"Gue udah dapat karma dari loe dan yang lain,terutama karma setelah gue nyakitin Dira."

Rico masih menatap Aaram bingung,ia menautkan kedua alisnya . Aaram yang paham dengan tatapan dari sahabatnya itu sejenak menarik nafasnya secara kasar dan kemudian ia menceritakan semua yang terjadi di antara Aaram dan Sona. Rico yang menyimak dan mendengarkan semua cerita dari Aaram merasa sangat iba dengan temannya itu. Tangan Rico mengelus punggung Aaram sambil menepuknya dengan pelan,agar Aaram merasa tenang.

"Lo harus sabar dalam hal ini dan gue yakin lo bisa lewatin ini semua. Mungkin dengan cara seperti ini lo bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya." Ucap Rico dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya.

"Untuk soal Dira dan yang lainnya,gue yakin mereka mau memaafkan lo. Nanti gue atur supaya lo bisa ketemu sama mereka." Lanjut Rico

"Thanks Ric. Loe emang sahabat gue yang selalu pengertian."

Rico hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Kemudian ia melirik ke arah jam yang ada di tangan kirinya .

"Ini sudah larut malam sebaiknya kita pulang Ar."

Akhirnya mereka meninggalkan tempat itu setelah Aaram membayar semua tagihannya.

...********...

Keesokan harinya di rumah Dira,terlihat Kendra sedang menemani ayah Toni yang sedang menonton acara bola. Karena hari ini adalah hari libur,jari Kendra bisa datang berkunjung kerumah Dira. Sementara Dira sedang sibuk di kamarnya. Ia sedang merapikan dan memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam koper.

"Huuffff.... Akhirnya selesai juga."

Ucap Dira sambil merebahkan dirinya diatas kasur. Dira memejamkan matanya sejenak lalu membukanya ketika mendengar suara ketukan dari balik pintu kamar.

Tok.... Tok... Tok

"Masuk saja tidak dikunci pintunya,mbak."

Ceklek

"Oh... Aku kira mbak Sari yang mengetuk pintu,ternyata kakak."

Dira langsung bangun dari kasurnya karena terkejut,ia pikir mbak sari yang masuk ternyata bukan melainkan seseorang yang akhir akhir ini selalu menghabiskan waktunya bersama Dira. Siapa lagi kalau bukan Kendra,ia sudah bertekad selama ada di Jakarta ia akan selalu menemani Dira kemanapun Dira pergi. Seperti saat ini ia akan menemani Dira untuk berlibur bersama ke kota B.

"Apa kamu sudah menyiapkan keperluan mu selama liburan disana,girl?" Tanya Kendra sambil menuju ke arah sofa kamar Dira.

"Sudah kak semuanya sudah beres." Ucap Dira sambil tersenyum menampilkan deretan giginya itu.

"Oke,besok pagi kita akan berangkat pukul enam. Kakak harap setelah sholat subuh nanti kamu tidak tidur lagi."

Ejek Kendra kepada Dira,ia tahu sangat kebiasaan Dira. Kendra tertawa cukup keras,dan itu membuat Dira sedikit jengkel dengan kakak nya itu,ia selalu mengejek Dira dengan kebiasaan-kebiasaan yang Dira miliki. Tanpa disadari Kendra sebuah bantal melayang tepat di wajahnya,seketika tawa itu berhenti dan digantikan dengan tawa dari Dira. Kendra menatap Dira dengan bahagia,akhirnya senyum dan tawa itu muncul kembali.

"Ra," panggil Kendra

"Ya"

"Teruslah tersenyum dan tertawa seperti itu,jangan ada lagi kesedihan di wajahmu itu. Kamu cantik jika tertawa seperti tadi."

Ucapan Kendra berhasil membuat wajah Dira memerah. Kendra melihatnya pun menahan tawanya,terbesit ide untuk menjahilinya.

"Wajah kamu kenapa,Ra? kok merah gitu,apa kamu sakit?"

"Ti-tidak kak,aku gak sakit" ucap Dira dengan memegangi wajahnya.

"Tapi wajahmu merah banget,Ra"

"Masa sih?" ucap Dira tak percaya akhirnya ia menuju cermin meja riasnya. Kendra hanya memperhatikan tingkah Dira dan ia pun tertawa cukup keras.

"iiihhh,suka banget sih ngerjain orang" kesal Dira,ia langsung memukul lengan Kendra

"Aawwsshh,sakit Ra,ampuunn,hahahaa"

Dira pun menghentikan aksinya itu,lalu ia menatap Kendra dengan tatapan tajamnya. Dira mengerucutkan bibirnya dan itu kembali membuat Kendra gemas padanya.

"Uuuhh,itu bibir jangan di manyunin gitu,mau aku cium bibirnya?" ledek Kendra sembari mencubit pipi Dira dan lagi-lagi Kendra kena lemparan bantal oleh Dira.

Seperti ucapan Kendra kemarin siang,pagi ini mereka sudah berada di bandara Internasional Soekarno-Hatta. Mereka akan berlibur di kota kelahiran Kendra. Tak lama mereka sampai di bandara sudah terdengar panggilan untuk segera menaiki pesawat. Selama didalam pesawat Kendra dan Dira selalu mengisi kekosongan mereka dengan obrolan yang diselingi candaan dan juga tawa.

Hampir satu jam mereka menempuh perjalanan melalui udara. Kini mereka sudah tiba di kota B. Mereka langsung melanjutkan perjalanan mereka menuju mansion keluarga Alfarez. Disana mereka sudah disambut oleh beberapa bodyguard dan juga para pelayan yang akan melayani mereka selama tinggal di mansion itu. Walaupun itu adalah mansion milik keluarga Kendra,tapi ia tidak pernah tinggal disana. Ia selalu tinggal di apartemen nya dengan alasan mansion dengan kantornya memiliki jarak yang cukup jauh. Maka dari itu ia memilih membeli apartemen di dekat kantornya.

"Wahhh... Ini mansion atau istana kak?"

Tanya Dira dengan kekaguman atas mansion milik keluarga Alfarez.

Kendra yang gemas dengan tingkah Dira langsung mencubit pipi Dira.

"Aish... Sakit kak.... Kenapa sih suka banget cubit pipi aku?" Kesal Dira sambil mengerucutkan bibirnya

"Maaf.. hehehe... Jangan cemberut begitu yang ada kakak ingin mencubitmu lagi."

Dira semakin kesal saja dengan kelakuan Kendra,karena kesal akhirnya Dira memukul lengan Kendra tanpa ampun. Sedangkan yang dipukul hanya tertawa geli karena melihat wajah Dira yang sudah merah padam.

"Sudah,Ra. Nanti tanganmu yang akan sakit karena terus memukul ku." Ucap Kendra yang masih terkekeh mengejek Dira.

"Istirahatlah dikamar mu,nanti sore aku akan membawamu ke suatu tempat." Lanjut Kendra

"Kemana?" Tanya Dira dengan penasaran

"Hmmm... Rahasia."

"Issss... Menyebalkan sekali."

Dira langsung pergi meninggalkan Kendra yang masih tertawa dan ia segera menuju kamarnya.

..._________________________________________________________________...

Setelah berhasil membuat Dira jengkel,akhirnya Kendra masuk ke kamarnya. Ia segera mengambil ponselnya dan segera menghubungi kedua orang tua nya dan juga tante July dan Om Toni,mereka melakukan panggilan video.

"Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh." Ucap salam dari Kendra

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Ucap mereka yang ada di seberang telepon berbarengan.

Setelah saling sapa,akhirnya papah Arman memulai percakapan mereka.

"Bagaimana nak apa kamu yakin dengan rencana mu?" Tanya papah Arman

"Ya pah,aku yakin dengan rencana ku. Mungkin malam ini aku akan mengatakannya. Doa kan Ken ya,agar Dira menerima Ken."

"Itu pasti,nak. Kami akan selalu mendoakan kamu. Om yakin kamu bisa meluluhkan hati putri om." Ucap Om Toni dengan menyemangati calon menantunya itu.

*Flashback On*

Di Sebuah ruang VIP di restoran salah satu cabang milik ayah Dira,tuan Toni dan sang istri juga papah Arman dan mamah Risha sedang menikmati makan siang mereka bersama seorang pemuda yang tak lain adalah Kendra. Kendra sengaja memesan ruangan ini karena ada suatu hal yang ingin disampaikannya kepada om Toni dan juga tante July. Pertemuan ini hanya mereka yang tahu,bahkan Dira pun tidak tahu kalau mereka sedang bertemu.

"Sebenarnya ada apa sih Ken,sampai kita harus makan siang disini kenapa tidak dirumah saja. Apakah ada sesuatu yang ingin kamu katakan??"

Cecar tante July kepada Kendra,sedangkan yang dicecar pertanyaan malahan terkekeh geli mendengar pertanyaan yang beruntun dari tante nya itu.

"Tante tidak pernah berubah,selalu bertanya tanpa memberi jeda agar aku bisa menjawab pertanyaan tante." Kendra masih terkekeh dengan sikap tantenya.

"July memang selalu seperti itu,ia sangat cerewet." Kali ini papah Arman yang terkekeh

"Itu benar kak,bahkan aku sampai bingung mau menjawab apa dulu ketika aku dicecar beberapa pertanyaan dari July."

Om Toni kini angkat bicara,ia menyetujui ucapan kakak iparnya itu.

Seketika wajah tante July menjadi merah,ia kesal karena sudah menjadi bahan bullyan kakak,keponakan bahkan sekarang suami nya pun ikutan menggodanya. Karena kesal akhirnya tante Juli mencubit pinggang sang suami cukup keras.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!