"Anak itu tidak ada dimana mana, sepertinya dia sudah berlari sangat jauh dari kita!"
"Anak itu, entah kenapa aku merasa larinya sedikit lebih kencang dibandingkan dengan biasanya, dia kerasukan atau memang tidak ingin menyerahkan uangnya pada kita!"
Brak… sekali lagi pukulan keras mendarat tepat di tempat sampah yang digunakan oleh Leo bersembunyi.
"Atau mungkin anak itu tidak berlari, tapi!" Ujar salah satu berandalan menatap tempat sampah di dekatnya, tempat sampah itu adalah satu satunya tempat sampah yang ada di sana jadi sangat besar kemungkinan mereka tahu keberadaan Leo yang bersembunyi di dalam tempat sampah itu.
Berandalan itu membuka tutup tempat sampah dan benar saja, mereka menemukan Leo yang saat ini menatap ke arah mereka berlima sambil tersenyum canggung.
Memang tempat sampah yang digunakan oleh Leo untuk bersembunyi tidak terlalu dalam dan besar, jadi sebaik apapun Leo bersembunyi di dalam tempat sampah itu, selama tutupnya dibuka dia akan ketahuan.
"Ah.. Hai!" Ujar Leo sambil melambaikan tanganya pada mereka berlima, tentu Leo sangat berdebar debar karena dia tahu bahwa dia akan berakhir di tangan mereka berlima.
"Oh, ternyata tikus kecil bersembunyi di dalam tempat sampah, cocok sekali dengan dirimu yang kotor dan bau!" Ujar berandalan itu sambil memukul mukulkan pemukul bisbol yang ada di tangannya ke tempat sampah yang digunakan oleh Leo untuk bersembunyi.
"Jika kau masih menyayangi nyawamu maka kau keluar!" Ujar berandalan itu dan dengan jantung yang berdetak dengan kencang Loe keluar dari tempat sampah dan berdiri menatap mereka berlima yang kini memandang ke arahnya dengan tatapan mengejek.
"Kau tahu, kau nampak sangat tampan dengan penampilanmu saat ini, pasti dengan berpenampilan seperti ini kau bisa menarik para gadis cantik untuk mendekatimu!" Ujar salah satu berandalan sambil menarik kulit pisang dari kepala Leo dan melemparkan kulit pisang itu kembali ketempat sampah.
Hal itu berlangsung begitu cepat dan karena kondisinya saat ini Leo hanya bisa dipermalukan dan menjadi bahan tertawaan mereka berlima.
"Sudah sudah, kita jangan mengejek teman kecil kita ini, kemarikan uangnya dan kau bisa pergi!" Ujar salah satu dari mereka sambil mendekatkan pemukul bisbol ke kepala Leo.
"Uangnya tidak ada padaku!" Ujar Leo menatap kearah kelimanya dengan kemarahan yang jelas terlukis di wajahnya.
"Jangan bermain main dengan kami, kalian geledah dia!" Ujar pemuda dengan pemukul bisbol itu sambil menggebrak tempat sampah yang digunakan untuk bersembunyi Leo sebelumnya hingga membuat tempat sampah itu penyok.
Dua orang berandalan segera bergerak dan menggeledah seluruh tubuh Leo dan benar saja, mereka tidak menemukan uang yang dibawa oleh Leo sebelumnya dan hal itu membuat mereka marah.
Susah payah mereka mengejar Leo untuk mendapatkan uang itu dan saat ini anak itu tidak membawa uangnya, lalu apa yang mereka dapatkan.
"Jangan main main dengan kami jika kau tidak ingin mati! Berikan uang itu cepat!" Ujar salah satu berandalan sambil mengangkat kerah baju milik Leo dengan cengkraman yang sangat kuat.
"Kalian tidak akan mendapatkan sepeserpun dariku!" Ujar Leo menatap ke arah berandalan itu dengan tatapan meremehkan.
"Kau benar benar ingin mati, kalau begitu aku akan mengabulkannya!" Ujar salah satu dari mereka sambil mengayunkan tongkat pemukul di tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang kerah baju milik Leo.
Melihat pemukul yang mengarah padanya membuat Leo menyadari apa yang dikatakan oleh kubus mengenai memberikan kekuatan padanya.
Dia bisa melihat kilasan kejadian sesaat dengan mata miliknya dan karena itu dia bisa segera memikirkan cara untuk melakukan tindakan pencegahan.
Meskipun kilasan itu hanya berbeda 0,1 detik, tapi hal itu cukup bagi Leo karena bukan hanya matanya melainkan intelektualnya juga sudah ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi hingga dia bisa memikirkan segala sesuatu dengan cepat.
Leo menarik tangan kiri pemuda itu ke belakang bersamaan dengan dirinya dan menghentikan tangan itu tepat pada lintasan pemukul bisbol yang dilakukan oleh pemuda itu.
Krak… suara tulang patah dapat terdengar cukup keras ketika pemukul itu bertemu dengan tangan kiri pemuda itu.
"Arg, aku akan benar benar menghabisimu!" Ujar berandalan itu sambil memegangi tangannya dan melupakan tongkat pemukul yang digunakan sebelumnya.
"Inilah gambaran sebenarnya dari senjata makan tuan!" Ujar Leo tapi bahaya bukan hanya itu, batang kayu bergerak dengan cepat menuju kepala Leo, dengan gerakan yang cepat Leo menundukkan kepalanya dan merain pemukul bisbol yang digunakan oleh pemuda sebelumnya.
Selain terhindar dari pukulan itu, Leo juga mendapatkan senjata untuk melawan balik ke empat berandalan yang tersisa.
"Leo, kau sudah berani melukai teman kami maka jangan salahkan kami jika kami menghabisimu!" Ujar salah satu berandalan sambil mengarahkan kayu pemukulnya ke arah Leo.
"Maaf saja, tapi Leo yang sekarang bukanlah Leo yang dulu yang bisa kalian tindak sesukamu!" Ujar Leo dengan senyuman mengejek sambil menahan serangan itu dengan tongkat bisbol yang ada ditangan kanannya sementara tangan kirinya mengepal dan memukul perut pemuda yang menyerangnya hingga membuat berandalan itu terlempar mundur beberapa langkah.
"Kalian, apa yang kalian lihat, kita serang dia bersamaan!" Ujar berandalan yang dilemparkan oleh Leo dan dengan cepat ketiga berandalan lainnya turut bergabung menyerang Leo.
Dengan tongkat pemukul yang ada di tangannya Leo benar benar mengila dan menghajar habis habisan ketiganya, teknik beladiri yang terpatri di dalam kepalanya membuat Leo tahu setiap gerakan yang menguntungkan dirinya.
Trak… pemukul Leo dan salah satu berandalan bertemu dan membuat suara yang cukup keras terdengar, sementara itu dua berandalan yang tersisa memanfaatkan Leo yang harus menahan tongkat pemukul temannya dan menyerangnya dari belakang secara bersamaan.
"Kalian pikir trik kecil seperti ini akan mempan terhadapku" Ujar Leo kemudian dia mengangkat kaki kanannya dan menendang salah satu dari mereka tepat di perutnya dan membuat berandalan itu terlempar ke belakang.
Sementara itu Leo menghempaskan berandalan yang ada di depannya dan dengan tongkat bisbol miliknya lantas melemparkan tongkat bisbol itu ke arah satu berandalan lain yang menyerangnya dari belakang.
Dak… pemukul bisbol itu mendarat tepat di kepala berandalan itu hingga membuatnya jatuh tersungkur sambil memegangi kepalanya yang tampak memerah akibat hantaman keras pemukul bisbol dan saat ini berandalan itu menggeliat liat bagaikan seekor cacing yang dijemur dibawah teriknya matahari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Sippp....
2022-02-13
3
Ale Handro
hehe
2022-01-18
1
Dyneys
90
2022-01-03
0