Terlihat jelas senyuman di wajahnya. Lan Hua mengambil mahkota bunga mawar lagi dan lagi.
Setidaknya aku ingin menjadi mawar, harum tapi berdiri. Hidup Permaisuri Lan Hua yang penuh goresan, aku ingin mengubahnya batin Lan Hua seraya menaburkan kembali mahkota bunga itu di udara.
Sementara di atas pohon dengan rona wajah memerah, ia tidak berkedip melihat kecantikan Lan Hua yang terpampang jelas dengan guyuran mahkota mawar.
Lan Hua menatap bunga mawar di depannya itu, ia langsung meremas batangnya hingga darah keluar dari telapak tangannya.
Rasa sakit ini tidak seberapa batinya.
"Permaisuri, apa yang kamu lakukan?" teriak pria jangkung yang langsung berlari ke arahnya. Ia melihat ke tangan Lan Hua dengan tatapan penuh khawatir.
Lan Hua beralih menatap wajah itu, wajah yang paling ia benci. Jika dirinya tidak memikirkan jiwa Permaisuri sebelumnya. Sudah pasti dia akan meninggalkan istana saat itu juga.
Hanya demi Permaisuri yang ingin mendapatkan kasih sayangnya.
Lan Hua menarik tangannya secara kasar. "Aku tidak butuh perhatian mu." Ucapnya dengan jujur.
"Kamu berdarah," Kaisar Feng mengabaikan Lan Hua. Saat ini otaknya hanya berfikir betapa sakitnya luka itu.
"Sudah aku bilang, aku tidak butuh perhatian mu." Bentak Lan Hua, ia kembali menarik paksa tangannya.
"Ini pasti sakit Permaisuri." Suara itu melunak, membuat Lan Hua jijik.
"Luka ini tidak sebanding, apa yang kamu torehkan di hati ku." Lan Hua menarik paksa kembali. Kaisar Feng diam membeku, ia menatap wajah Permaisuri Lan Hua. Jelas sekali mata indah itu menatapnya dengan penuh kebencian.
"Terserah, kamu membencinya atau tidak. Yang terpenting sekarang adalah obati luka mu."
"Aku bisa sendiri," Lan Hua langsung pergi tanpa memberi penghormatan sedikit pun.
Kaisar Feng menatap punggung itu mulai menjauh, ia melirik ke arah pohon. Dia akan menghukum pengawalnya, lancangnya dia sampai membuat Permaisurinya terluka. Seharusnya dia menjaganya dengan baik bahkan mencegahnya sampai terluka.
"Ikut aku."
Sementara di atas pohon, laki-laki itu bergidik ngeri. Sudah pasti ia menerima hukumannya. Nasib sudah hidupnya, seharusnya tadi dia turun mencegah Permaisurinya meremas mawar itu.
Ia turun melihat ke arah mawar itu. Ingin sekali dia membasmi mawar itu saat ini juga.
"Mawar sialan," gumamnya menyusul langkah kaki Kaisar Feng.
Matahari telah tenggelam, kini di gantikan oleh sang bulan purnama. Memancarkan aura indahnya itu. Di dalam aula itu, tampak banyak orang sedang bahagia. Mereka nyambut akan datangnya anggota baru istana. Sementara seorang wanita tengah mengeluh, mau tidak mau dia harus menghadirinya. Sebagai tanda dia bahagia dengan datangnya anggota baru.
"Yang Mulia, mari." Yoona dengan sopannya meminta Lan Hua keluar dari kediamannya itu.
"Heh, Yoona aku bosen dengan acara seperti itu,, sebaiknya kita pergi ke Hutan Kematian mulai Berkultivasi." Sungut Lan Hua dengan kesal.
Terlihat raut wajah keraguan di mata Yoona. Bukannya dia ingin melarang Lan Hua, tetapi dia takut rumor mengatakan yang tidak-tidak.
Lan Hua melirik ke arahnya. "Kau takut, bilang saja aku tidak enak badan dan tidak mau di ganggu, bereskan."
"Baiklah, hamba akan mengatakannya lebih dulu pada Kasim ketua, Permaisuri." Ujar Yoona di angguki oleh Lan Hua.
Selang beberapa saat Yoona datang dengan senyuman merekah.
Lan Hua dan Yoona pun mulai bersiap siap dengan pakaian laki laki dan menggunakan cadarnya.
"Kau siap Jie jie."
Lan Hua memegang pinggang Yoona dengan erat.
"Iya Mei mei." Ucap Yoona.
swuush
Sesampainya di Hutan Kematian, Lan Hua dan Yoona langsung melatih Kultivasi nya. Sejenak mereka melupakan acara pesta yang diadakan meriah.
Sedangkan di acara pesta masih sangat sibuk.
Terlihat Kaisar Feng dan Selir Mei menjamu para tamunya dengan lembut di iringi senyuman.
"Selamat Yang mulia, atas kedatangannya pangeran." Ucap Menteri Ekonomi.
"Terimakasih Menteri atas kedatanganya." jawab Kaisar Feng dengan lembut.
Lan Hua lihatlah, sekarang aku berada di atas mu batin Selir Mei.
"Benar Yang Mulia. Hamba sangat bahagia dengan kedatangannya anggota baru. Tapi Yang Mulia hamba tidak menemukan Permaisuri?"
Seketika Kaisar Feng tersadar, ia melihat ke arah duduk sisi kanannya. Dengan wajah penuh tanda tanya dan khawatir. Kaisar Feng menanyakan ke arah sang Kasim.
Kasim pun memberitaukan alasannya, dengan jawaban anggukan oleh Kaisar Feng.
"Maaf Permaisuri lagi tidak enak badan." Ujar Kaisar Feng tersenyum, namun dalam hatinya dia sangat khawatir.
Para Menteri pun mengangguk mengerti. Dia sudah tau, jika Lan Hua memiliki tubuh yang lemah. Mereka pun tak memperdulikan hal itu dan melanjutkan acara itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments