Hari ini genap
tiga bulan setelah wabah melanda kawasan disekitar Ansel, hari ini menu
sarapannya adalah semangkuk bubur instan terakhir yang dimilikinya. Perutnya
masih saja berbunyi menandakan perutnya tidak cukup terisi, karena bubur instan
telah menjadi menu makanan pagi dan malamnya selama hampir dua minggu ini.
“Kurasa hari
ini saatnya aku harus mencoba keluar, mungkin dengan memulai dari menjelajah
gedung ini,” ucap Ansel yang tak yakin apatement yang ditempatinya memiliki
makanan.
Pertama kali
ia menyewa apartemen digedung ini adalah karena hanya gedung ini yang mempunyai
penghuni paling sedikit dibanding gedung apartemen lainnya. Walaupun harganya
memang sedikit lebih mahal dari pada tempat yang lainnya, itu tak masalah
karena ayahnya selalu rutin mengirimkan uang untuk biaya sewa dan kebutuhan lain
untuknya.
Walaupun ia
memutuskan hidup merantau jauh dari ayahnya itu, tapi karena kasih sayang yang
berlebihan yang diberikan padanya membuat pria tua itu memaksanya menerima
semua fasilitas seperti yang saat ini dimilikinya. Dulu sebenarnya bukan
masalah jika geng Max meminta uang padanya setiap hari, tapi Ansel memutuskan
untuk menghindari itu karena ia tak ingin hanya dijadikan ATM berjalan saja
bagi mereka.
Ia rela
dipukul habis-habisan karena ia mencoba menunggu seseorang yang mungkin akan
mengulurkan tangan padanya untuk memberikan atau menawarkan sebuah
persahabatan. Dan alasan itulah yang membuat ayahnya membiarkan Ansel jauh
darinya, karena ia memohon kepada ayahnya bahwa ia hanya ingin mencari seorang teman
yang benar-benar selalu ada apapun keadaannya.
“Haruskah
aku pulang?” gumam Ansel yang tiba-tiba teringat bagaimana hangatnya jika ia
berada didekat ayahnya, walaupun ia belum mewujudkan keinginan terbesarnya.
“Tidak, aku
pulang sesudah menepati janji pada ayah,” ucapnya setengah berteriak lalu ia menutup
mulutnya karena ingat bahwa keadaannya tak memungkinkan seseorang untuk membuat
suatu suara yang berlebihan, ia langsung memeriksa semua tempat dan celah yang
mungkin saja ia akan diterobos oleh makhluk aneh itu.
Cukup lama
ia berkeliling lalu ia ingat bahwa ia berada dilantai sepuluh dan yang paling
penting apartemennya termasuk bangunan yang luar biasa karena memiliki akses
yang sulit ditembus jika tidak mempunyai kartu akses dan juga menjadi kelemahan
terbesarnya kini karena ia yakin tak akan mudah meminta apalagi mencoba
menerobos unit yang kosong hanya untuk sebuah makanan.
“Jadi aku
harus mencari keluar,” ucap Ansel yang kini memukul kepalanya sendiri.
Bagaimana ia
lupa akan fakta tersebut, tiga bulan ia aman berada dikamarnya pun karena
gedung ini mempunyai fasilitas bagus seperti itu. Kini ia harus membuat rencana
baru untuk bertahan dalam pencariannya mencari makanan, ia langsung membuka
peta yang dulu ia dapatkan ketika pertama kali pindah kedaerah sini.
Ada dua buah
toserba kecil dibeberapa blok tak jauh dari gedung ini, satu sedikit memutar
jika kedua toserba itu sudah kosong atau dikelilingi makhluk aneh. Dan jika
keberentungannya jelek ia harus berjalan cukup jauh untuk sampai disebuah Mall
yang saling berdekatan yang kemungkinan besar masih mempunyai persedian makanan
yang cukup banyak.
“Kita coba
yang terdekat,” ucap Ansel yang melipat map tersebut dan membawa beberapa
persiapan untuk dibawanya.
Pertama
adalah pakaian yang cukup tebal karena jika medan yang dilaluinya terdapat
banyak makhluk itu, ia harus membuat rute-rute yang tak harus membawa makhluk
itu mendekat ke gedung ini. Ia harus pastikan hal itu karena hanya tempat ini
yang sekarang ia jamin mampu melindunginya dari serangan makhluk-makhluk itu.
Kedua yaitu
ia harus membawa beberapa tali dari berbagai jenis tebal ataupun tipis ia
masukan kedalam tas, ia juga membawa beberapa pisau, gunting bahkan gergaji dan
palu yang ia punya karena dulu ia sendirilah yang berhasil membuat perabot yang
ada di dalam kamarnya ini. Membuat perabot adalah hobi dan juga pekerjaan
sambilannya, sebelum wabah ia dulu menjual hasil karyanya itu secara online
untuk menghindari terungkap identitasnya.
Bukannya ia
tak ingin diketahui karena wajahnya atau apapun, ia melakukan hal itu untuk
menghidari jika geng Max mengetahui ia mendapatkan penghasilan dari
kemampuannya itu. Akan sangat buruk jika hal itu terjadi dan untung lah jaman
sudah maju sehingga berjualan online menjadi solusi yang praktis.
Setelah
menyimpan barang-barang tadi diberbagai tempat bahkan ada yang menempel
langsung pada tubuhnya ia kini berdiri. ia mendekat ke arah cermin yang
tersambung kearah luar gedung karena ia ingin memastikan bahwa diluar keadaan
cukup aman baginya untuk berkeliaran.
“Tetap
hidup,” ucap Ansel pada dirinya sendiri ketika akan membuka pintu apartemennya.
***
“Woow.. aku
akan makan cukup banyak untuk beberapa minggu,” ucap Ansel yang takjub melihat
banyaknya makanan yang tersedia didalam torseba yang berhasil dimasukinya.
Tak ingin
berlama-lama ia langsung memasukkan apapun sebanyak dan secukup yang bisa ia
bawa tanpa membuatnya kesulitan diperjalanan pulang nanti. Ia membawa satu
ransel dan dua tas jin-jing yang cukup besar untuk memasukkan semua makanan
didepannya. Ia harus cepat dan yang paling penting tidak membuat suara apapun.
Karena walau
bagaimana pun ia tak yakin tempat ini aman dari makhluk mengerikan itu. Setelah
semua makanan dan beberapa obat-obatan memenuhi semua tas yang dibawanya ia
langsung keluar dan menutup pintu toserba dengan hati-hati untuk memastikan
jika makanannya habis ia mungkin dapat kembali ketempat ini lagi.
“Angkat
tangan,” teriak seorang pria yang kini berada menusukan sesuatu kepunggung
Ansel.
“Pistolnya
akan dia tembakkan jika kau tak menurut,” sahut seorang wanita yang kemungkinan
komplotan pria dibelakangnya.
“Mengapa kau
merampokku, sementara didalam sana masih banyak tersedia,” balas Ansel yang
kini meletakkan kedua tasnya untuk mengangkat kedua tangannya.
“Kami tak
yakin didalam sana cukup aman,” balas dari seorang wanita.
“Aku
mengerti tapi haruskah kalian mencuri disaat keadaan seperti ini?” tanya Ansel
terkekeh merasa konyol dengan nati nurani manusia terlebih ketika keadaan
seperti saat ini.
Menurutnya
semua manusia yang masih selamat dan bertahan karena keadaan genting seperti
saat ini seharusnya saling mendukung dan melindung bahkan mencari cara
bagaimana mereka keluar dari situasi ini bersama-sama. Bukan seperti saat ini
posisinya yang tersudut karena dua orang dibelakangnya menginginkan makanan
darinya.
“Kau tak
mengerti jika kau tak pernah berada disituasi kami yang terpaksa melakukan hal ini,”
balas dari seorang wanita yang kini sudah mengambil kedua tas yang berisi makan
yang tadi Ansel masukkan kedalamnya.
“Kalian
tidak malu mencuri disaat seperti ini?” tanya Ansel yang langsung didorong oleh
pria dibelakangnya hingga mengenai pintu masuk toserba yang tadi sudah berhasil
ditutupnya dengan rapat.
“Lihatlah
Kyra bagaimana penampilannya yang terlihat sangat bersih untuk bisa berada
didalam keadaan seperti ini,” ejek pria dibelakangnya.
“Kau benar,
aku tak yakin kau juga seorang manusia yang baik sebelumnya,” balas wanita yang
ternyata bernama Kyra sepertinya tadi ia sempat bimbang setelah perkataan Ansel
dan kini ia kembali kuat setelah perkataan dari pria dibelakangnya yang
memberinya alasan untuk membenarkan tindakan yang jika keadaan normal adalah
perbuatan yang salah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
baca dlu
nice
2022-01-04
0