Bab 3 Dimanakah semua orang?

Pria itu

berdo’a sejenak sebelum mendekati mayat itu, ia bedo’a agar apa yang akan dilakukannya

nanti dapat diampuni. Tak lupa ia juga berdo’a semoga mayat perempuan ini dapat

ditemukan oleh orang yang bersedia membawanya ketempat yang lebih layak ataupun

membawanya kepada keluarganya. Lalu setelah do’anya selesai, ia mendekati tubuh

itu untuk mendorongnya agar jatuh kebawah karena ia tak mungkin membopongnya

turun kebawah.

Ia mendorong

tubuh itu menggunakan kakinya yang masih mengenakan sebuah sepatu boots karena

jika ia melakukan dengan kedua tangannya, ia pikir hal itu akan meninggalkan

bukti yang mungkin membuatnya berurusan dengan pihak berwajib. Tentu saja ia

tak ingin bertanggung jawab atas sesuatu yang tidak ia perbuat bukan? Apalagi

ini adalah tindak kejahatan tingkat tinggi yang kemungkinan besar ia akan

dipenjara seumur hidup jika pihak berwajib menuduhnya dengan tuduhan sebagai

tersangka karena membunuh wanita malang ini.

“Maafkan aku,

karena telah memperlakukanmu seperti ini bahkan setelah kau mati,” ucap Pria

itu setelah berhasil menjatuhkan mayat tersebut. “Semoga saja Tuhan

mengampuniku,” tambahnya.

Kini ia

langsung turun dari atas truk, seperti halnya ketika ia naik keatas sini kini ia

pun mendapatkan kesulitan yang sama sulitnya untuk turun dari atas truk. Karena

tak biasa melakukan pekerjaan seperti ini pada injakkan yang terakhir karena

tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya, ia terpeleset dan jatuh dengan posisi

terduduk.

“Sungguh

hari ini adalah hari tersialku,” ucap pria itu meratapi nasibnya.

Pria itu

memutuskan untuk segera pergi dari sini karena menurutnya berada terlalu lama ditempat

ini akan membuatnnya menambah list kesialan dalam hidupnya dikarena ia juga akan

sangat terlambat menyampaikan barang yang dibawanya. Ketika ia berdiri tiba-tiba

ia merasa kesakitan yang luar biasa diarea kakinya, sepertinya kakinya keseleo

akibat dari terjatuh.

“Benar-benar

sial,” teriaknya semakin kesal.

Pria itu pun

berusaha bangkit meskipun harus bertumpu pada mobil, mungkin inilah yang

dinamakan hukuman karena ia membuang mayat yang seharusnya ia laporkan yang

mungkin saja keluarganya sedang menunggu dengan cemas. Tiba-tiba ia ingat jika ia

mejatuhkan mayat kebawah, seharusnya mayat itu ada didekatnya bukan?

“Kemana dia

pergi?” ucap pria panik karena tak menemukan keberadaan mayat tersebut, ia pun

mencari-cari mengelilingi mobil truknya meskipun harus menyeret kakinya yang terasa

semakin menyakitkan.

“Tak

mungkinkan ada binatang buas disekitar sini,” gumam pria itu pada dirinya sendiri

karena kini ia menyaksikan adanya jejak darah yang terseret oleh sesuatu yang

kemungkinan besar adalah darah dari mayat tersebut.

Pria itu terdiam

ditempat beberapa menit karena ia binggung harus bagaimana sekarang, tak

mungkinkan ia harus mencari seorang mayat hanya karena ia merasa bersalah padanya?

dan bagaimana jika nantinya ia diharuskan untuk menghadapi binatang buas.

Apalagi posisinya sendirian, walaupun ia adalah seorang pria yang cukup kuat

akan tetapi jika dihadapkan dengan binatang buas bukankah itu sama saja menggali

kuburan sendiri.

Sejenak berpikir

pria itupun akhirnya memutuskan untuk pergi saja dan juga memutuskan untuk

melupakan kejadian gila hari ini. Anggap saja kejadian hari ini hanyalah mimpi

buruk belaka. Dan untuk mayat tersebut mungkin ia harus menganggap bahwa

binatang buas itu adalah anugrah untuknya yang kini tak harus direpotkan dengan

urusan apapun yang berkaitan dengan mayat tersebut, karena berkat binatang buas

itu aka nada alasan yang jelas mengapa mayat itu tak akan pernah ditemukan

selamanya.

Ketika ia

akan membuka pintu mobil tiba-tiba ia merasa kesakitan pada tangannya yang

digigit oleh sesuatu yang sangat tajam, yang membuatnya sontak langsung berteriak

karena rasa sakit yang ditimbulkan dari gigitan pada tubuhnya. Mungkinkah

binatang buas datang kembali dan kini ia telah menjadi sasaran berikutnya?

“Dagingku ku

tak enak dasar binatang bodoh,” ucap Pria itu sambil bergerak secara brutal

untuk melepaskan dirinya dari si penyerangnya tanpa melihat dulu apa yang telah

menyerangnya, sehingga sosok itu pun berhasil terpental berberapa detik setelah

ia melakukan serangan balasan.

“Sialan hari

ini, aku akan menuntut ganti rugi yang sangat besar pada pabrik itu jika mereka

tak memberikanku perawatan atas cedera yang ku alami hari ini,” ucap pria itu sambil

memerhatikan luka baru yang didapatkannya tanpa melihat apa yang tadi telah menyerangnya.

Setelah

memastikan lukanya tak terlalu dalam hingga bisa membunuhnya ia pun kini

menghadap kepada penyerangnya untuk melakukan tindakan balas dendam, akan tetapi

betapa kagetnya ia ternyata yang menyerangnya bukanlah binatang buas, melainkan

mayat perempuan yang tadi ia jatuhkan dari atas truk milik. Ia mengetahui mayat

yang sama karena pakaiannya memanglah pakaian yang dipakainya, ia melotot kaget

dan memikirkan kemungkinan apakah tadi orang itu pura-pura mati hanya untuk

mencelakakannya?

“Hei kau

kanibal, aku rasa kau salah sasaran. Aku… darahku.. bahkan dagingku tak akan

seenak manusia yang lain. Lihat tak ada daging pada tubuhku,” ucap pria itu

mencoba bernegosiasi.

Akan tetapi

tak ada jawaban berarti dari wanita itu, yang terdengar hanyalah geraman aneh

dari mulutnya. Mungkinkah wanita ini semacam tarzan, ia mungkin dibesarkan oleh

binatang sehingga tak dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Jadi apa yang

harus dilakukannya sekarang?

Terlalu

banyak berpikir membuatnya tak menyadari wanita tadi tiba-tiba langsung

menyerangnya lagi, akan tetapi pria itu seketika ingat bahwa ia selalu membawa

peralatan sesuatu yang terbuat dari besi alat untuk memperbaiki mobilnya yang

berada di sekitar pintu masuk mobil ini. Jadi ketika wanita itu semakin mendekat

ia langsung pukulkan sekuat tenaga benda itu hingga membuat tangan wanita itu

mengeluarkan darah sangat banyak.

“Sudah

kukatakan aku bukanlah sejenis makanan yang enak,” ucap pria itu senang karena ia

telah berhasil membuat luka yang cukup fatal bisa membuat wanita itu akan

segera meninggalkannya.

Akan tetapi

ia salah karena wanita itu bukannya pingsan atau lari ketakutan karena

tindakannya yang berlebihan ketika memukulnya, wanita itu kembali menyerangnya bahkan

kini menjadi lebih agresif dan kini pria itu benar-benar tak bisa melawan

kembali karena wanita itu sekarang mengigit dengan sekuat tenaga apapun yang

berada dibadannya. Tak terhitung gigitan keberapa akhirnya pria itu pun tak

dapat mempertahankan kesadarannya dan pasrah menjadi santapan dari mayat wanita

yang seharusnya tak dapat lagi bergerak apalagi membunuhnya seperti saat ini.

****

Ansel

terbangun didalam kamar mandi kampus mereka yang terkunci dari luar, badannya

benar-benar terasa sangat sakit. Terutama dibagian pribadinya yang masih saja

berdenyut karena pria berbadan tinggi itu melakukan balas dendam padanya.

Bahkan ia melakukannya dua kali karena sepertinya ia tak terima akan perbuatan

Ansel padanya.

“Haruskah

aku pulang kepada rumah ayah?,” Ucap Ansel pada dirinya sendiri.

“Ansel kau benar-benar akan meninggalkan ayah?,”

ucap Jody yang merupakan ayah kandungnya.

Hujan sedang mengguyur dengan deras diluar rumah,

saat ini Ansel sedang mengepak barang-barang yang akan dibawanya untuk

menemaninya selama ia pergi dari rumah ayahnya. Sebenarnya Ansel tak tega

meninggalkan ayahnya seorang diri tapi jika ia tetap berada disini bukankah

selamanya ia tak akan mempunyai seorang teman.

“Ayah bukankah kita sudah sepakat?,” Ucap Ansel

yang kini menghadap ayahnya sejenak menghentikan acara mengepaknya.

“Ayah tak yakin kau bisa berada disana sendirian

tanpa ayah,”

“Ayolah ayah usiaku sudah delapan belas tahun,

universitas itu sudah berbaik hati karena menerimaku bahkan memberikan sebuah

beasiswa,” Lagi-lagi Ansel mengulang percakapan mereka tentang kepindahannya

ini.

“Ayah..” ucap Jody yang tak melanjutkan ucapannya

setelah melihat wajah Ansel yang siap untuk membantah apapun ucapannya.

“Aku akan menghubungimu ketika sampai disana,”

janji Ansel pada jody yang mau tak mau harus menerimanya bahwa ia siap untuk

bertemu dengan dunia luar.

“Mereka

benar-benar keterlaluan kemarin,” gumam Ansel yang kini melepaskan tali yang

mengikat kedua tangannya.

Sepertinya

geng Max beranggapan mengikat dan mengurung Ansel didalam kamar mandi adalah

hukuman yang berat, akan tetapi mereka tak pernah tahu bahwa Ansel selalu punya

seribu satu cara baginya untuk bisa meloloskan diri. Yang perlu Ansel lakukan

sekarang adalah mendobrak pintu yang sebenarnya sangat mudah baginya.

“Apakah

mereka akan menagih biaya perbaikan padaku ya?,” tanya Ansel pada dirinya

sendiri setelah melihat pintu kamar mandi jatuh kelantai karena ulahnya.

Tapi

bukankah pihak kampus saja tak peduli pada keselamatannya, jadi sekarang iapun

tak akan peduli lagi karena telah merusak fasilitas kampus. Akhirnya ia memutuskan

untuk melanjutkan perjalan pulangnya dengan sembunyi-sembunyi untuk menghindari

bertemu kembali dengan komplotan Max, ia tak ingin terulang kembali kejadian

sebelum ia pingsan yang tak ingat sudah berapa jam atau hari berlalu.

Ansel

berhasil keluar dengan mengendap-endap untuk pulang terlebih dahulu untuk

mengistirahatkan tubuhnya yang terlalu lama berada didalam ruang kecil dan juga

dingin.

Ditengah

perjalanannya entah mengapa Ansel merasa ada banyak keganjalan, ia memang

berjalan dengan sembunyi-sembunyi, tapi jika ia melakukan perjalanan dengan

terang-terangan pun ia mungkin tak akan ditemukan karena kini Ansel tak melihat

adanya kehidupan sejauh mana mata memandang.

“Dimanakah semua orang?,” batin Ansel.

Terpopuler

Comments

baca dlu

baca dlu

mulai menarik

2022-01-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!