BAB. 11

Mirna yang menyadari majikannya tidak ada tak kunjung pulang pun menghubungi Aldo. Karena nomer Evelin pun tidak aktif.

" Kenapa Mirna? " tanya Aldo saat menerima panggilan dan menyingkir dari ruang rapat.

" Maaf tuan, Non Evelin sejak saya pulang dari kampus tidak berada di rumah, dan nomernya tidak aktif Tuan " kata Mirna takut takut.

" Iya. " jawab Aldo singkat dan memutuskan panggilan.

Mahez yang melihat Aldo masuk pun melihat dengan tatapan menyelidik, karena dia sempat mendengar nama Mirna, sudah pasti ada hubungannya dengan Evelin.

Aldo pun membisikan sesuatu di telinga Mahez, Tuannya itu pun langsung bangun dan pergi begitu saja. Terpaksa Aldo menunda rapat itu.

Aldo sedikit berlari mengejar Mahez. Dan segera membukakan pintu mobil untuk Tuannya.

" Saya bisa sendiri. Kamu uruslah kantor. " kata Mahez ketika Aldo membukakan pintu belakang.

Terpaksa Aldo mengalah, dan mempersilahkan Mahez untuk mengendarai sendiri.

Dengan kecepatan tinggi Mahez mengendari mobil sportnya. Mahez membanting pintu mobil bergegas menuju kamar Evelin.

Dibuka lemari pakaian Evelin masih lengkap. Tak ada satu pun yang berkurang dari kamar, seolah Evelin akan kembali lagi.

Mahez keluar mencari setiap sudut ruangan. Dia bertemu dengan Mirna di belakang.

" Sejak kapan Evelin tidak ada? " tanya Mahez

" Tadi pagi Nona masih ada, dan baik baik saja. Tapi sejak saya pulang dari kampus pukul satu, Nona sudah tidak ada Tuan. " jawab Mirna ketakutan melihat aura dingin wajah Mahez.

Mahez berjalan kembali ke kamarnya di tekan nomor Evelin, tapi tidak tersambung. Mahez duduk berdiam di sisi ranjang Evelin. Dia masih berharap Evelin akan pulang. Di coba lagi nomor Evelin, tapi masih sama, hanya nada operator.

Sudah pukul tujuh Mahez masih di kamar Evelin, bahkan Aldo pun sudah berada di luar pintu. Mahez membanting semua yang ada di kamar Evelin, di coba telpon lagi tapi masih tidak aktif. Mahez pun membanting ponselnya ke lantai.

Dia meneriakan nama Evelin dengan sangat keras. Aldo yang mendengar pun segera masuk dan mencoba menenangkan Tuannya. Dia sangat tidak tega melihat Tuannya tersiksa seperti ini.

" Aldo, kamu bawa Evelin kepada ku segera" saat Aldo menenangkan Mahez

" Iya Tuan " kata Aldo

" Sekarang. " teriak Mahez.

" Saya sudah mengerahkan anak buah saya untuk melacak keberadaan Nona Muda Tuan. " kata Mahez

" Aku ingin segera Aldo, aku ingin kamu sendiri yang bekerja, tunjukan dedukasimu padaku. Bukan kah aku sudah sering menolongmu, tolong aku sekarang Aldo. Tolong bawa Evelin padaku. " pinta Mahez frustasi

Aldo hanya diam. Dia baru melihat sosok rapuh Tuannya, bahkan saat di tinggalkan ibunya, dia masih bisa mengendalikan emosinya, dengan menerima dengan lapang walaupun masih terlihat ada duka yang mendalam. Namun saat Evelin pergi, Mahez seperti tak rela jika harus kehilangan.

Aldo pun keluar ruangan. Dia menempatkan anak buah untuk berjaga di luar kamar, jika terjadi sesuatu d ngan Tuannya.

Aldo segera pergi, sesuai perintah Tuannya Aldo mencari keberadaan Nona Mudanya itu, walau wedikit sulit. Karena ponsel Evelin di matikan dan juga mobilnya pun tak ia gunakan.

*

*

Evelin memandang jendela luar. Pikirannya kosong, terlihat dia sangat terpukul. Matanya bengkak karena terlalu banyak menangis.

" Sudah Eve, jangan menyiksa tubuhmu seperti ini. Makanlah, belum tentu Mahez memikirkan mu, aku nyakin ular itu meracuni pikiran Mahez supaya melupakanmu. Jangan menyia-nyiakan hidupmu, untuk orang tidak penting seperti mereka. " ucap Nihan bijak

Evelin hanya memandang Nihan dan tersenyum tanpa bisa menjawab.

" Ayo makan dulu, aku tadi pesen kafetaria. " kata Nihan dengan menggandeng tangan sahabatnya itu.

" Lihat, aku membeli nasi briani. biasanya kamu menyukai ini. " kata Nihan menghirup aroma rempah dari nasi itu.

Evelin menutup hidungnya rapat rapat. Dia mual mencium aroma nasi itu.

" Nihan, perutku sedang tidak enak. mungkin asam lambungku kambuh. " ujar Evelin

" Itu karena kamu terlalu banyak pikiran. Apa kamu tidak kasian dengan keluargamu, jika mereka tahu kamu tersiksa seperti ini " kata Nihan mengingatkan.

" Biar ku periksa, kamu di sini sebentar. " kata Nihan berlalu mengambil tas kerjanya. dia mengeluarkan stetoskop.

Nihan memeriksa perut Evelin.

" Benar asam lambungmu naik. Eve detak jantungmu sedikit lemah. kamu harus makan banyak. " kata Nihan yang ingin mengungkapkan sesuatu namun dia urungkan.

Evelin hanya mengangguk dan meneteskan airmata.

" Sangat sakit melupakan orang kita cintai Nihan. " kata Evelin menghambur memeluk Nihan

" Sudah Eve, jangan cengeng seperti ini. Jika kamu tak ingin makan, aku akan membuatkanmu susu " ujar Nihan.

Nihan pun berjalan menuju dapur, pikirannya bingung, antara harus mengutarakan atau tidak pada Evelin, tentang apa yang mengganjal di hatinya.

Nihan memberikan segelas susu pada Evelin.

" Minumlah, aku mencampurkan madu agar tubuhmu sedikit nyaman." kata Nihan

Evelin pun meminum habis susu yang di buat Nihan.

" Terima kasih Nihan. walaupun aku sering tak mendengarkanmu, namun kamu tak pernah menjauhi aku. " kata Evelin

" Kita adalah sahabat Eve, aku nyaman berteman denganmu. sebagai sahabat aku hanya ingin yang terbaik untuk hidupmu. Tapi jika kamu tak bisa, aku bisa apa. Toh kamu sendiri yang menjalani " jawab Nihan

Evelin pun memeluk sahabat terbaiknya itu.

" Istirahatlah, aku masih ada laporan bulanan yang belum aku kerjakan. Jika aku besok masuk kerja, apa kamu keberatan Eve? " tanya Nihan

" Tentu tidak, aku di perbolehkan numpang saja, aku sudah sangat senang. " jawab Evelin

" Lihatlah, kamu seolah baru pertama tidur di apartemen ku. Bahkan kamu sampai berbulan bulan hidup denganku di sini. " jawab Nihan.

Orang tua Evelin jarang di rumah. Dia sering menetap di singapura. Karena usahanya yang paling berkembang di sana. Namun saat orang tuanya mengajak Evelin untuk pindah ke sana, Evelin menolak. Dengan alasan nyaman di Indonesia dan dia tak bisa meninggalkan teman baiknya yaitu Nihan.

" Terima kasih Nihan. " kata Evelin lagi

" Sudahlah, kamu jangan melo seperti itu. Jika berteman denganku kamu harus kuat. Belajarlah dari rumput liar ! Walaupun tak di harapkan kehadirannya, dia bersemangat untuk tumbuh. Walaupun di injak injak dia mencoba berdiri kembali. Walaupun dia di singkirkan, namun dia bertahan dengan akarnya, untuk kembali bangkit. " kata Nihan bersemangat.

Evelin memeluk sahabat terbaiknya itu.

" Jangan pernah meninggalkan aku saat terpuruk Nihan. Karena kamu mampu memberiku semangat. " kata Evelin yang sedikit terobati.

" Tidak akan ku tinggalkan. Tidurlah, sudah malam " kata Nihan tersenyum

Evelin pun menuju kamar Nihan, dia merebahkan tubuhnya. tak membutuhkan waktu lama dia sudah tertidur.

" Sungguh malang nasib hidupmu Evelin, jika aku bisa membantu memikul kesedihanmu, aku pasti akan berbagi denganmu. Aku pasti membantumu membalaskan perlakuan Nura padamu Eve. Mungkin kamu terima, tapi aku tidak sobat. Aku tidak bisa bersikap lembut seperti dirimu, yang hanya mengalah pada keadaan. Sungguh iblis yang bisa melukai hati selembut malaikat seperti dirimu. Tunggu Nura, hati sahabatku tak pantas untuk kamu lukai sebagai kambing hitam kebusukanmu. " gumam Nihan yang memandang sahabatnya yang sudah tertidur.

Aldo Barreto

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!