"Aku mohon jangan pergi dulu," ucap Rani memegang baju milik Diki.
Air mata perlahan mengalir, dan ingatan-ingatan pahit kembali menguasai pikiran Rani.
"Kenapa ini semua terjadi padaku?!"
Melihat Rani yang menangis membuat Diki terdiam membatu. Dirinya tidak tahu apa yang harus ia lakukan terhadap situasi yang sedang dialaminya sekarang.
"Kenapa masalah ini datang secara bertubi-tubi?!" Teriak Rani sambil menangis
"Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi setelah mendengar tunanganku kecelakaan pesawat minggu kemarin."
"Aku sudah tidak ada tujuan hidup lagi, setelah mendengar hal itu. Lebih baik aku mati menyulus keluarga dan tunanganku di surga."
Menangis dan terus menangis, hingga hati Diki tersentuh untuk menenangkan Rani.
"Sabar, aku tahu ini semua memang berat untuk dijalani, tapi aku yakin tuhan punya rencana yang lebih indah kedepannya." ucap Diki yang menenangkan hati Rani.
"Aku mohon jangan sok tahu, tidak ada yang lebih bahagia di dunia ini selain bersama orang terkasih," ucap Rani memalingkan badan hingga membelakangi Diki.
Mendengar kata-kata Rani membuat Diki jengkel.
"Apa menurutmu begitu?" Tanya Diki kesal.
"Ya!"
"Apa kau punya sahabat?, Apa kau punya kemenakan?" Tanya Diki masih kesal.
"Ya!"
"Lalu kau sebut apa mereka?, Apa mereka tidak ada artinya bagimu?" Tanya Diki kesal.
"Bukan begitu, mereka juga sangat berarti bagi hidupku," Ucap Rani sedikit serak.
"Lalu jika sangat berarti bagi hidupmu. Kau akan meninggalkan mereka begitu saja?!" Tanya Diki kesal.
Mendengar kata-kata Diki membuat Rani merenung, dirinya terdiam cukup lama. Diki pun tediam karena pikirnya, ia sudah sangat keterlaluan pada Rani.
Suasana menjadi hening dan canggung. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka berdua.
"Kenapa kau?" Tanya Macan Putih.
"Aku menyesal, dan aku berfikir sudah sangat keterlaluan padanya," gumam Diki.
"Tidak ada gunanya menyesal. Yang telah terjadi biarlah terjadi. Yang terpenting kau fokus menenangkan hatinya supaya tidak melakukan hal yang aneh-aneh," jelas Macan Putih.
"Tetapi, tetap saja rasanya hampa hidup tanpa dirinya," ucap Rani pelan.
Diki mendengar kata-kata Rani yang pelan barusan, tetapi dirinya lebih memilih diam.
"Sebaiknya kau pulang saja,"perintah Rani memalingkan badannya hingga menghadap Diki.
"Aku tidak akan pulang sebelum kau merasa baik-baik saja!" tolak Diki pada Rani.
"Aku sudah merasa baikan!" jelas Rani.
"Aku tidak yakin."
"Biarlah aku sendiri, aku berjanji tidak akan melakukan rencana bunuh diri lagi."
Rani terus meyakinkan Diki untuk percaya padanya.
Karena Rani yang terus memaksa Diki untuk pulang, Diki pun pamit untuk pulang. Tetapi, sebelum Diki pulang, dirinya memberikan nomor telepon miliknya pada Rani. Ia khawatir terjadi apa-apa pada Rani saat Diki tidak bersamanya.
"Baiklah, aku akan pulang. Tapi ingat, jika terjadi apa-apa tolong telpon aku langsung!" Perintah Diki pada Rani.
Rani mengaggukan kepalanya, Dirinya mengerti apa yang Diki perintah padanya.
Dan setelah itu Diki pergi meninggalkan rumah Rani.
Setelah Diki keluar dari pintu rumah, dirinya langsung merafalkan mantera dan ia pun berpindah ke dimensi ghoib.
Ia menaiki Macan Putih, setelah itu Macan Putih berlari dengan kecepatan penuh.
Tidak sampai 5 menit Macan Putih dan Diki sampai di rumahnya.
Perlahan dirinya masuk, ia terkejut saat tatapannya melihat Tiara dan Arzan yang sedang bersantai nonton tv sambil ngemil.
"Oh kau sudah pulang?" Tanya Tiara santai sambil ngemil.
Arzan hanya melihat ke arah Diki sambil menawari cemilan.
"Bukannya kalian terikat oleh tali Banaspati?" Tanya Diki serius.
"Oh ia, memang kami sedang jadi tawanan. Oh kamu sudah menyelesaikam misinya ya?" Tanya Tiara santai.
Tidak lama kemudian, Tiara menyadari bahwa Diki memang sudah benar-benar menyelesaikan misi dan berdiri tepat di depan pintu.
"Eh?!"
Tiara kaget melihat Diki.
"Kenapa kau terkejut?, Dan lalu kenapa kalian berdua bisa santai begitu?" Tanya Diki heran.
Tiba-tiba dari luar ruangan Leena masuk.
"Hiahahahaha, mereka berdua sudah menipumu, hiahahahahhah," ucap Leena tertawa cempreng.
Mendengar penjelasan dari Leena membuat Diki terkejut, dan menanyakan apa yang sebenarnya telah terjadi.
"A- aku bisa jelaskan ini," ucap Tiara terbata-bata.
"Se-sebenarnya, aku, Arzan dan Sbastian merencanakan semua ini," jelas Tiara terbata-bata.
"Lalu kenapa kalian harus berbohong?, Bukankah bisa kalian menyuruhku untuk melakukan misi sendirian tanpa harus ada sandiwara seperti ini," ucap Diki kesal.
"Maaf, tapi jika kita melakukan hal seperti yang kau katakan, aku takut pada akhirnya kau akan mengandalkan kita juga," jelas Tiara menundukan wajahnya pertanda ia juga menyesali perbuatan.
Mendengar kata-kata Tiara, membuat Diki menundukan kepalanya, dirinya juga berfikir, bahwa jika Tiara, Arzan dan Sbastian tidak melakukan hal ini, ia tidak akan pernah berubah dan akan selalu mengandalkan Tiara dan Arzan.
"Maaf," ucap Tiara dengan nada kecil.
"Kau tidak usah minta maaf, aku yakin kalian melakukan hal ini demi kebaikanku. Seharunya aku yang meminta maaf sekaligus berterima kasih pada kalian."
"Aku minta maaf Tiara, Arzan. Dan aku juga minta maaf padamu kak Leena," ucap Diki.
"Hiahahahah, aku tidak memepedulikannya lagi, tenang saja," ucap Leena dengan suaranya yang cempreng.
"Dan yang kedua aku sangat berterima kasih pada kalian yang telah melakukannya hal ini demi kebaikanku."
Tiara hanya cengengesan dan bingung mendengar ucapan terima kasih dari Diki, karena pada awalnya pikir Tiara, Diki akan marah dan tidak menerima dirinya ditipu.
Tetapi tidak lama kemudian, hp milik Diki tiba-tiba berbunyi sangat kencang.
"Siapa ini? Nomor yang tidak ada di daftar kontan handphoneku."
Tidak lama dirinya mengangkat telepon tersebut. Dan terdengar suara wanita yang meminta tolong padanya.
"Diki, tolong cepat ke sini. Ada yang tidak beres di rumah ini," ucap seseorang dari balik telepon.
"Rani?, Ini kau?" Tanya Diki cemas.
"Ia, aku mohon cepat ke sini," pinta Rani dengan nada suara cemas.
Dari balik telepon juga terdengar suara yang sangat ribut.
"Suara apa itu, Rani?!" tanya Diki pada Rani yang telponnya tiba-tiba terputus.
"Ada apa, Diki?" Tanya Tiara dirinya juga cemas.
Diki menjelaskan bahwa misi dirinya yang barusan adalah menenangkan hati seseorang yang sedang depresi.
"Singkat cerita aku memberinya nomor telponku,"
"Dan barusan Rani menelponku, aku harus segera ke rumahnya," ucap Diki cemas dan langsung berlari keluar.
"Tunggu, Diki," ucap Tiara.
.
.
To Be Continued
.
.
___________________________________
PENGENALAN KARAKTER
NAMA : MUTIARA DEWI
PARTNER : KANDITA
USIA : 19 TAHUN
SIFAT : TEGAS, EGOIS
BERAT BADAN : 45 KG
TINGGI BADAN : 170 CM
___________________________________
.
.
JANGAN LUPA DUKUNG TERUS NOVEL "KHODAM" DENGAN CARA LIKE, SHARE VOTE DAN JADIKAN NOVEL FAVORIT. JANGAN LUPA JUGA TINGGALKAN JEJAK DENGAN CARA BERKOMENTAR DI KOLOM KOMENTAR.
.
DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT BAGI KAMI
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
💎hart👑
persahabatan bagai kepompong 🤪
2022-01-19
1