Gelap, itulah yang terlihat di dalam ruangan. Ditambah suhu yang lembab membuat rumah tersebut dingin dan seakan tidak ada penghuninya sama sekali.
Tetapi, dari sudut ruangan terlihat satu orang yang sedang memojok dengan keadaan jongkok menghadap tembok.
Dengan ditemani satu mahluk astral seperti wanita yang seluruh badannya basah kuyup.
"Kau sangat menyedihkan, tidak ada lagi orang yang peduli padamu. Tidak ada gunanya juga kau hidup di dunia ini. Sebaiknya kau mati saja."
Mahluk astra tersebut terus menggoda wanita yang sedang depresi tersebut.
Hingga entah datang darimana ide tersebut, wanita yang sedang deperesi ingin melakukan bunuh diri.
"Ayo, aku akan membimbingmu untuk melakukan bunuh diri."
Mahluk astral tersebut terus menggoda wanita deperesi hingga wanita tersebut berdiri dan mencari sesuatu di dalam gudang.
Sesuatu terus dirinya cari, hingga wanita tersebut menemukannya.
Sebuah tali tambang yang sedah dipegang di tangan kanannya.
"Bagus, kau menemukan barang yang berguna dan sangat cocok untuk bunuh diri," goda mahluk astral.
Dirinya kemudian berjalan menuju ruang tengah, dan terus mengikat tali hingga membentuk sebuah gantungan.
"Lebih baik aku mati, tidak ada yang peduli juga aku hidup di dunia ini," ucap wanita tersebut sambil menangis.
"Yah, memang kau pantas mati, tidak ada gunanya lagi hidup di dunia yang seperti neraka ini."
Mahluk astra tersebut terus meggodanya. Hingga saat kepala wanita tersebut akan di masukan ke dalam tali, pintu rumahnya terbuka dan seseorang menghentikan niat wanita di depannya untuk bunuh diri dengan berteriak.
Itu adalah Diki, karana Diki melihat wanita tersebut hendak bunuh diri, dirinya langsung ambil langkah seribu.
"Jangan mendekat!" Teriak wanita yang hendak bunuh diri tersebut dengan muka memelasnya.
Tetapi perlahan Diki terus melangkahkam kakinya.
"JANGAN MENDEKAT!"
"Atau aku akan loncat!" Tambah wanita yang hendak bunuh diri sambil mengancam.
Tetapi langkah Diki tidak terhenti sedikit pun. Dirinya dengan percaya dirinya terus melangkah maju.
Karena jengkel dengan Diki yang tidak mau mendengarnya, wanita tersebut menjatuhkan dirinya dari kursi yang ia injak sedari tadi.
"Gedubrag." suara tubuh wanita terjatuh ke lantai, dengan posisi tubuh tengkurap dirinya kemudian terdiam.
Melihat wanita dihadapannya menjatuhkan dirinya ke bawah, membuat Diki terkejut, ia pun langsung berlari mendekatinya.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Diki khawatir sambil menyentuh punggungnya untuk memastikan kondisi wanita tersebut.
Wajah wanita tersebut menoleh ke arah Diki, sambil menangis dirinya berkata bahwa tubuhnya terasa sakit.
"Kau pengganggu!"
Mahluk astral yang berada disamping wanita tersebut menjauh dan mengungkapkan kekesalannya dan pergi meninggalkan rumah begitu saja.
Tiba-tiba hp Diki berbunyi cukup kencang. Dirinya kemudian mengangkat telepon tersebut.
***
Di sisi lain rumah Diki, Tiara dan Arzan sedang menonton telivisi sambil ngemil.
Dirinya juga sengaja menelepon Diki.
"Aw, tali ini semangik kencang mengikat tubuhku, kau harus segera menyelesaikan misimu!" ucap Tiara cengengesan.
"Kau juga harus mengucapkan sesuatu, Arzan," bisik Tiara pada Arzan sambil menyodorkan hp miliknya.
"Aw." ucap Arzan simpel.
Melihat Tiara dan Arzan yang sedang menelpon seseorang membuat Leena penasaran. Dirinya kemudian mendekat Tiara dan bertanya.
Namun, karena kaget, Tiara langsung mematikan teleponnya.
"Kalian sedang menelpon siapa?, Sampai-sampai harus berbohong seperti itu?" Tanya Leena heran sambil mendekati Tiara dan mengambil hp miliknya.
Dirinya juga langsung melihat histori paggilan terakhir hp Tiara.
"Kau berbohon apa pada Diki?" Tanya Leena penasaran.
Karana tidak ingin membuat masalah baru karana tidak memberi tahu Leena yang sebenarnya, Tiara memberi tahu alasan dirinya dan Arzan berbohong pada Diki.
"Kita berkerja sama dengan Sbastian, supaya Diki bisa mandiri dalam situasi apapun. Dan kita berpura-pura terikat supaya dirinya bisa bertanggung jawab menyelesaikan misinya," jelas Tiara.
"Hiahahahahahah, kenapa kalian tidak memberitahuku juga," tanya Leena tertawa cempreng.
Dirinya juga langsung menelepon Diki.
"Telpon siapa?" Tanya Tiara pada Leena.
"Ya Diki lah , Hiahahahahahahah," ucap Leena santai.
"Hei, jangan ikut campur seenaknya!" Ucap Tiara dan langsung mengambil hp miliknya dari tangan Leena.
Ia juga langsung mematikan teleponnya, sesaat setelah Diki mengangkatnya.
"Hiahahahah, kenapa kau melarangku untuk ikut berpartisipasi?" tanya Leena tertawa cempreng.
"Kau bukan ikut berpartisipasi, tapi kau pasti akan mengacau!" Ucap Tiara kesal.
"Hiahahahahah, terserah."
"Ya sudah, terasa bosan juga berada di dalam ruangan seharian, lebih baik aku jalan-jalan sebentar." tambah Leena berjalan keluar meninggalkan Tiara dan Arzan.
"Ia sana, sebaiknya kau jalan-jalan saja!" ucap Tiara.
"Lagian, mereka berdua sedang bertengkar, malah ia ingin menelpon Diki, seolah-olah tidak terjadi apa-apa," tambah Tiara kesal.
Sementara itu di tempat Diki.
"Kenapa lagi dengan mereka yang tiba-tiba nelpon dan setelah aku angkat, mereka tutup?" ucap Diki melihat ke arah layar hp.
"Atau mungkin ikatan yang mengikat mereka semakin mengecil, akibat kita yang terlalu lama menyelesaikan misi ini?" ucap Macan Putih, menganalisis situasi.
Mendengar perkataan Macan Putih, suasana hati Diki menjadi cemas, dirinya kemudian tediam melamun.
"Fokus, gerakan yang tidak perlu hanya akan membuang waktu," ucap Macan Putih tegas.
Diki pun langsung memfokuskan pikirannya. Ia juga memapah wanita yang menjatuhkan dirinya dari kursi ke sofa terdekat.
Dirinya kemudian melirik ke berbagai arah untuk melihat lokasi dapur berada.
"Dapur dimana?" Tanya Diki pada Wanita tersebut.
Wanita tersebut menujuk ke satu arah tempat, dan otomatis Diki langsung berlari menuju ruangan tersebut.
Benar saja, lokasi yang di tunjuk wanita tersebut adalah dapur. Tanpa basa-basi, Diki langsung membuat segelas teh dan langsung memberinnya pada wanita tersebut.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Diki cemas.
"Maafkan aku, sampai menyusahkanmu."
"Tenang saja, yang terpenting saat ini, kau baik-baik saja," jelas Diki.
"Sekarang istirahatkan badanmu terlebih dahulu, aku akan pulang dulu. Dan juga ini nomor telponku, jika ada apa-pa tinggal hubungi aku saja," jelas Diki.
Namun saat Diki hendak berdiri, tangan kanannya dipegang oleh wanita tersebut.
"Tolong panggil namaku," pinta wanita tersebut.
"Tolong panggil namaku, Tolong panggil Namaku Rani," tambah wanita tersebut.
Lalu Diki menoleh, dan menyebut nama wanita tersebut yaitu Rani.
"Aku mohon Sekali lagi," pinta Rani.
"Rani, kau pasti bisa melalui keadaan ini," ucap Diki menyemangati Rani.
Rani meminta Diki untuk tidak pergi dulu, dirinya meminta Diki untuk mendengarkan curhatan terdalamnya.
.
.
To Be Continued.
.
.
___________________________________
PENGENALAN KARAKTER
NAMA : ADE DIKI
PARTNER : MACAN PUTIH
USIA : 19 TAHUN
SIFAT : SEDIKIT EGOSI, CEPAT PUTUS ASA
BERAT BADAN : 48 KG
TINGGI BADAN : 163 CM
___________________________________
JANGAN LUPA DUKUNG TERUS NOVEL "KHODAM" DENGAN CARA LIKE, SHARE VOTE DAN JADIKAN NOVEL FAVORIT. JANGAN LUPA JUGA TINGGALKAN JEJAK DENGAN CARA BERKOMENTAR DI KOLOM KOMENTAR.
.
DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT BAGI KAMI
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
💎hart👑
👍👍👍👍
2022-01-19
1
Riza
ia kk, makasih suportnya
2021-12-15
0
Enyu-enyu imut
1 Bab lagi kk ajukan kontraknya
2021-12-14
3