"Hei macan putih, menurutmu bagaimana dengan pria jas hitam yang mengaku bernama Sbastian itu?" Tanya Diki pada macan putih.
"Aku tidak peduli dengannya, atau dengan pilihanmu, yang ingin ikut atau tidaknya dengan pria itu," ucap Macan putih melayang sambil tiduran.
"Yang pasti aku akan menolak tawarannya, karena aku tidak mungkin meninggalkan bibi sendirian di rumah," tegas Diki.
Mengobrol dan terus mengobrol dengan macan putih sepanjang perjalanan, akhirnya Diki sampai di depan pintu tempatnya akan bekerja.
Tetapi, saat memegang gagang pintu dan akan membuka pintu, dari arah yang berlawanan, Agnia juga memegang gagang pintu. Yang pada akhirnya mereka berdua saling tarik menarik pintu.
"Kau!" Ucap Agnia memelototi Diki.
"Heh, heh, heh, memangnya aku tidak bisa melotot juga hah?. Nih lihat nih!!" ucap Diki sambil melolot pada Agnia.
"Ih apaan sih, jijik aku. Lepaskan gagang pintu itu, aku mau keluar!" sentak Agnia pada Diki.
"Heh aku yang duluan pegang gagang pintu ini, jadi aku yang harus masuk duluan!" ucap Diki sewot.
Dan mereka berdua pun saling tarik menarik pintu hingga akhirnya sang atasan yaitu pak Andre datang.
"Heh, heh, heh, ada apa ini ribut-ribut?!"
"Ini pah, orang miskin ini bikin onar."
Agnia mengadu pada pak Andre yang tak lain adalah ayahnya sendiri.
"Lah, aku ingin membuka pintu, tapi wanita itu langsung nyerobot dan marah-marah," jelas Diki pada pak Andre.
"Heh, ngarang kamu ya!" Ucap Agnia sewot sambil melototi Diki.
"Sudah-sudah, kalian jangan membuat keributan. Dan kau Agnia, dewasalah sedikit, kamu bukan anak kecil lagi, kamu pasti tahu mana yang salah dan mana yang benar kan?" Pinta pak Andre pada Agnia dan Diki.
"Ya tahu lah."
Kemudian, pak Andre menyuruh Diki untuk masuk menemui Ivan.
***
"Dasar wanita songong, ternyata ada juga ya model wanita seperti dirinya," ucap Diki pada Ivan.
"Hahaha aku sebagai sepupunya saja selalu dibuat jengkel oleh tingkah lakunya," jelas ivan pada Diki
"Dan sekarang apa yang harus aku lakukan?" Tanya Diki sambil bertolak pinggang.
Ivan pun langsung menyuruh Diki untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan terlebih dahulu seperti bersih-bersih tempat kerja mereka.
"Tidak ada yang lain kah?" Tanya Diki sedikit malas untuk bersih-bersih ruangan.
"Kau niat kerja kah?, Sebaiknya turuti dulu perintah-perintahku. Mengerti wahai sahabatku?!" Ucap Ivan menatap wajah Diki sambil menaikan satu alisnya.
Diki pun menuruti perkataan Ivan, dan dirinya mulai menyapu area sekitar.
Tetapi, saat sedang menyapu, Agnia datang dengan menabur-naburkan potongan kertas ke lantai.
"Wah dinginnya, salju turun di tempat kerja ini," ucap Agnia sambil menabur potongan kertas.
Melihat kelakuan Agnia yang menabur potongan kertas membuat Diki jengkel padanya, dirinya kemudian mendekati Agnia dan berkata.
"Stressss!" Ucap Diki depan wajah Agnia.
"Apa kau, gak suka?!" Ucap Agnia sewot.
"Kalau ia kenapa?!" Balas Diki sewot.
"Oooh, nih, nih, nih," ucap Agnia sambil terus menerus menabur potongan kertas ke lantai dan sesekali menabur ke wajah Diki.
Karana sangat jengkel dengan Kelakuan Agnia, Diki langsung memegang tangan kanan Agnia dan memberikannya sapu.
"Eh maksudmu apa?" Tanya Agnia sewot.
"Kau yang membuat tempat ini berantakan, dan kau juga yang harus membersihkan tempat ini!" jelas Diki depan wajah Agnia.
"Dan satu lagi." Diki mengambil wadah yang berisikan potongan kertas putih.
"Bukanya kau suka salju?!" Diki nemabur potongan kerta putih ke wajah Agnia.
"Heeee iiiihhh, PAPAAAAAH, PAPAAAAAAH," Teriak Agnia memanggil ayahnya.
Dan pak Andre pun datang dengan menutup kedua telinganya.
"Ini ada apa ribut-ribut lagi hah?" Tanya Pak Andre pada anaknya.
Pak Andre melihat sekeliling dan dirinya terkejut saat melihat ruangan tersebut di penuhi oleh potongan kertas putih.
"Ini siapa yang melakukannya?" Tanya pak Andre serius.
"Aku pah," ucap Agnia polos.
"Apa maksudmu membuat berantakan tempat ini Agnia?" Tanya pak Andre sedikit menahan emosinya.
Agnia menjelaskan bahwa dirinya sedang bermain salju-saljuan. Dirinya ingin merasakan juga sensai turun salju saat musim dingin.
"Apa kau gila melakukannya di dalam ruangan, papa ingin kau yang membersihkan tempat ini!. Jangan sampai kau meminta bantuan orang lain!"
Pak Andre kemudian kembali ke ruanganya. Diki yang mendengar hal tersebut, kemudian meledek dengan cara menjulurkan lidahnya tepat di depan wajah Agnia.
Ejekan Diki pun membuat Agnia kesal, dirinya semakin benci pada Diki dan berencana untuk membalaskan dendamnya.
Waktu istirahat bagi Diki pun tiba. Dirinya siap menyantap makanan yang sudah tersedia di tempat kerja.
Namun, beberapa menit saat dirinya istirahat, seseorang tiba-tiba memanggil namanya.
"Ki, kau mendengarnya?" Tanya Ivan mengkerutkan dahinya.
"Apa?, Kau menggangu waktu makanku saja," ucap Diki sambil makan.
Dan suara orang yang memanggil nama Diki pun semakin terdengar oleh mereka berdua.
Mendengar suara tersebut membuat Diki bergegas menghamprinya.
"I, itu suara pak Muh, tetangga bibi," jelas Diki sambil menghampiri sumber suara.
"Ada apa pak Muh?" Tanya Diki sedikit panik.
Pak muh menjelaskan bahwa terjadi sesuatu dengan Bi Elis, untungnya dirinya tahu bahwa Diki bekerja di tempat ini, berkat bibinya yang cerita.
Mendengar bibinya yang kenapa-kenapa membuat Diki bergegas untuk pulang ke rumahnya.
"Bibi tunggu aku!" Ucap Diki berlari pergi meninggalkan tempat kerjanya.
"Apakah aku boleh membantumu?" Tanya macan putih yang tiba-tiba keluar dari tubuh Diki.
"Apa kau bisa?" Tanya Diki.
Macan putih menjelskan bahwa dirinya menjadi jin khodam memang tujuannya untuk menjada dan membantu si pengontraknya.
Dan dirinya menawarkan diri menjadi kendaran Diki untuk sampai tempat tujuan.
Diki pun menerima tawaran macan putih.
Tetapi macan putih memberi tahu Diki, bahwa jika ingin menunggangi dirinya, Diki harus mengucapkan mantera terlebih dahulu.
Macan putih mengajarkan apa yang harus Diki ucapkan.
Diki pun mulai merapal
'PINDAH DIMENSI'
Dan perpindahan ruang pun terjadi, walaupun sekeliling terlihat sama saja bagi Diki, tapi orang biasa tidak akan bisa melihatnya.
Macan putih pun mempersilahkan Diki untuk menaiki tubuhnya.
Diki pun menaiki tubuh macan putih, macan putih berkata pada Diki untuk memegang tubunya erat-erat. Dan macan putih berlari sangat kencang, hingga hanya butuh waktu 10 menit mereka sampai di rumah bi Elis.
Saat sampai di rumah, Diki melihat banyak orang yang tatapanya tertuju pada rumah bi Elis.
Dirinya kemudian masuk dan langsung mencari keberadaan Bibinya itu.
Beberapa saat kemudian, Diki menemukan bibinya. Dirinya melihat perubahan pada tubuh dan wajah bi Elis
.
To Be Continued
.
.
JANGAN LUPA DUKUNG TERUS NOVEL "KHODAM" DENGAN CARA LIKE, SHARE VOTE DAN JADIKAN NOVEL FAVORIT. JANGAN LUPA JUGA TINGGALKAN JEJAK DENGAN CARA BERKOMENTAR DI KOLOM KOMENTAR.
.
DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT BAGI KAMI
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Karebet
👍👍👍
2022-08-08
0
Wiro sableng Sableng 212
si agnia ky anak kecil aja
2022-04-23
0
RY22
kasian bi elis
2022-02-28
1