"Diki, Diki, Hei Diki."
Seseorang terus memanggil-manggil nama Diki. Namun, walaupun jarak Diki dengan orang yang memanggilnya sekitar kurang lebih 5 meter, Diki tidak mendengar dan tidak menyadarinya sama sekali.
Karena Diki tidak menoleh, orang yang memanggil namanya berlari dan menepuk pundak Diki.
"Hei!"
Diki sangat Kaget, dirinya kemudian melihat ke arah orang yang menepuk pundaknya.
"Ivan?!" Ucapnya dengan kedua mata yang disipit-sipitkan.
"Lama tak jumpa kawan, kemana saja kau Diki?" Ivan bertanya pada Diki.
"Bagaimana?, Apa kau sedang liburan?" Tambah Ivan.
Mendengar pertanyaan dari Ivan, membuat Diki menundukan kepalanya. Dirinya bingung apa yang harus diceritakan pada sohibnya itu terkait kehidupannya.
Melihat Diki yang tiba-tiba menundukan kepala akibat pertanyaannya, membuat Ivan mengajaknya untuk duduk sebentar di warung kopi.
"Bagaimana kalau kita mampir sebentar?" Ajak Ivan pada Diki.
Diki menolak tawaran Ivan, tetapi Ivan memaksa dan berjanji akan membayar biaya yang dipesan sohibnya itu.
mendengar penawaran tersebut, membuat Diki menerima ajakannya dan mereka langsung bergegas menuju warung kopi terdekat.
Setelah berada di warung kopi, Ivan langsung bertanya terkait kehidupan yang sedang dialami Diki.
Pada awalnya Diki enggan untuk bercerita, tetapi karena Ivan yang terus memaksanya untuk bercerita, akhirnya Diki menceritakan kehidupannya itu.
"Kau tahu kan, aku pernah merantau keluar kota,"
"Tahu, bahkan sampai saat ini aku meyakini kau masih bekerja di luar kota,"
"Tapi kau lihat kan sekarang aku ada di sini," ucap Diki dengan intonasi sedikit tinggi.
"Dan aku meyakini sekarang kau sedang cuti bekerja,"
"Pikiranmu sangat positif sekali kawan. Sebenarnya aku sudah tidak bekerja di luar kota lagi,"
"Ah jangan-jangan kau dimutasi?" Tebak Ivan.
"Mana ada mutasi-mutasi, apalagi pabrik seperti itu di kota ini!" Bantah Diki sedikit sewot.
"Terus?!" Tanya Ivan dengan dahinya yang mengkerut.
"Aku dipecat."
"Hah? dipecat?" Ivan kaget mendengar pernyataan sohibnya itu.
"Kenapa bisa?"
"Biasalah, ada sedikit masalah," jawab Diki simpel.
Kemudian Ivan bertanya terkait pekerjaan Diki sekarang. Dan Diki pun menjawab dirinya kini sedang mencari pekerjaan.
Diki pun menjelaskan pada Ivan bahwa dirinya sudah tidak bisa bekerja di luar kota lagi. Dirinya juga menjelaskan bahwa hidup di kota sangat keras, apa lagi dirinya tidak memiliki sanak saudara ataupun teman di kota yang dulu ia tinggali.
Mendengar Diki yang sedang mencari perkerjaan, membuat mulut Ivan tersenyum lebar. Sehingga membuat Diki merasa heran dibuatnya.
"Kau kenapa?" Tanya Diki heran.
"Kebetulan sekali, tempat kami sedang membuka lowongan pekerjaan, sebaiknya kau melamar di tempatku saja" jelas Ivan.
Mendengar Bahwa tempat Ivan bekerja sedang membuka lowongan pekerjaan, membuat Diki senang dan kembali ceria.
"Makasih ya van," ucap Diki.
"Sama-sama, dan mungkin pertemuan kita saat ini memang sebuah takdir yang sudah ditentukan oleh tuhan," jelas Ivan masih tersenyum lebar.
"Ya sudah, aku pulang dulu ya van, terima kasih juga teraktirannya. Aku janji suatu saat nanti aku akan mengganti traktiranmu ini."
Diki pergi terburu-buru, dengan wajah ceria dirinya berlari untuk mengabarkan pada keluarganya.
Tetapi, saat di tengah-tengah perjalanan, dirinya merasakan hal yang sangat aneh namun tidak tahu apa hal yang aneh tersebut.
Tiba-tiba dari arah barat, terlihat mahluk aneh yang saling menyerang satu sama lain.
"Apa itu?"
Diki sangat herang dengan apa yang sedang dilihat oleh kedua matanya.
"Itu jin Khodam yang sedang bertarung," jelas suara misterius pada Diki.
Sontak mendengar suara misterius tersebut, membuat Diki terkejut dan terjatuh ke tanah.
Dan saat melihatnya secara langsung, jantung Diki berdetak sangat cepat karena saking terkejut melihat sosok yang menyeramkan di hadapan matanya.
"Jangan takut, memang bentukku seperti ini. Dan aku tidak akan memakanmu!" Jelas sosok misterius tersebut.
"Si-si- si-siapa kau?!" Tanya Diki terbata-bata.
"Aku adalah macan putih, jin Khodam dari tubuhmu," jelas Macan Putih sang Khodam.
"Jin khodam?"
"Ia."
"Akhirnya setelah 20 tahun lamanya, aku bisa keluar dari tubuhmu itu," ucap Macan putih pada Diki.
"Kau sangat lambat dalam mengendalikan kekuatanmu, aku sangat bosan menunggu hingga waktunya tiba," ucap macan putih sedikit jengkel.
Diki terus melamun akibat kejadian yang sedang menimpa dirinya.
"Antara lebay dan.... " Macan putih terdiam sesaat.
" Sepertinya kau memang lebay" lanjut Macan putih.
Macan putih kemudian mendekati Diki. Macan putih sudah memperingati Diki sebelumnya untuk tidak takut jika dirinya mendekat.
Saat macan putih mendekat, ia menunjuk ke satu titik di dekat dua mahluk yang sedang bertarung.
"Kau lihat orang yang berdiri di depan sana?"
Ucap macan putih sambil menunjuk ke arah depan.
Diki mengangguk bertanda bahwa dirinya melihat orang tersebut.
Macan putih pun menjelaskan bahwa orang tersebut adalah pemilik jin Khodam dari salah satu mahluk yang sedang bertarung tersebut.
Macan putih pun menjelaskan bahwa khodam yang sudah membuat kontrak dengan manusia memiliki ciri yaitu terdapat Bayangan putih seperti asap yang terhubung ke tubuh manusia yang menjalin kontrak tersebut.
"Dan kau pasti langsung tahu, mana jin Khodam orang di depan sana tersebut," ucap macan putih.
"Ya, benar, jin Khodam miliknya adalah api berbentuk manusia," ucap Macan putih.
Melihat Diki yang terus terdiam membuat Macan putih merasa jengkel.
"Ah, sudahlah, kau membuatku jengkel, terdiam seperti orang bodoh. Bahkan gara-gara kau terdiam, aku sampai bertanya dan menjawabnya sendiri," ucap macan putih kesal.
"Maafkan aku, aku masih belum bisa menerima semua ini, aku sangat syok, dengan kejadian ini," jelas Diki lemas.
"Wajar saja, karana ini adalah kali pertamanya bagimu."
Ivan yang baru keluar dari warung kopi, langsung berlari menghampiri Diki yang terduduk di tanah.
"Diki?!, kenapa kau terbaring di tanah?, kau tidak apa-apa?, Badanmu terlihat lemas."
Ivan mengangkat badan Diki dan memapahnya sampai kursi halte.
Melihat Ivan yang biasa saja saat mahluk yang mengaku jin khodamnya masih berdiri di samping mereka berdua, membuat Diki terheran-heran.
"Tenang saja, orang yang tidak memiliki jin khodam, tidak akan bisa melihat wujudku," jelas macan putih pada Diki.
"Tapi sebaiknya aku kembali kedalam tubuhmu saja. Oh ia, aku bisa keluar masuk tubuhmu kapanpun aku mau, jadi aku harap kau tidak berbuat aneh-aneh. Seperti saat kau melakukannya di kamar mandi. Walaupun aku sangat tidak peduli," Ucap macan putih.
Saat Macan putih masuk kedalam tubuh Diki, dirinya kembali keluar dan mengucapkan sesuatu.
"Oh ya, saat kau ingin melakukan olah raga tersebut di kamar mandi, aku selalu ketawa saat melihat ukurannya yang begitu imut, HAHAHAHA."
Macan putih pun langsung masuk ke dalam tubuh Diki.
.
.
To Be Continued....
.
.
JANGAN LUPA DUKUNG TERUS NOVEL "KHODAM" DENGAN CARA LIKE, SHARE VOTE DAN JADIKAN NOVEL FAVORIT. JANGAN LUPA JUGA TINGGALKAN JEJAK DENGAN CARA BERKOMENTAR DI KOLOM KOMENTAR.
.
DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT BAGI KAMI
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Karebet
👍👍👍👍
2022-08-08
0
Nanikk Tjahya Suryani
wkwkwkwkk... yg udh nikah ngerti
2022-07-09
0
ciber ara
suka bacanya krna tulisannya rapi
2022-06-24
1