Isekai: Putri Marquess Jadi Pengusaha Tempe
"Tidak sepantasnya kamu melakukan hal itu pada Kiara!”
Tara mengerjapkan kedua mata. Sinar matahari masuk melalui jendela, dan tangannya refleks menutupi wajah. Namun, ia merasakan ada yang salah. Tangannya jadi lebih gemuk daripada sebelumnya. Saat mendapati penglihatannya mulai membaik, ia ternyata sedang berada di tengah-tengah konflik.
Tara mendengar suara yang berteriak. Gadis itu kebingungan, sembari mengernyitkan dahi. Tadinya, Tara menyangka kalau ia pasti sedang terbaring di rumah sakit karena kecelakaan yang baru saja menimpa, dengan perban membalut seluruh tubuh.
Akan tetapi, ternyata tidak. Tara malah sedang mengenakan seragam sekolah, sama seperti siswa-siswi yang memandangnya benci dan jijik saat ini. Tara juga merasa, bahwa tubuhnya lebih berat dari biasanya. Rasanya tidak nyaman sekali karena selalu berkeringat, meskipun suhu udara sebenarnya sedang tidak menyengat.
Lalu, gadis itu melihat pada orang yang baru saja meneriakinya. Lelaki berambut hitam dengan mata berwarna merah. Di balik punggung lelaki itu, ada seorang gadis berambut biru terang dan bermata hijau menatap Tara dengan takut-takut.
Oke, rambut hitam sudah biasa. Tapi... mata merah? Yang perempuan berambut biru…? Ada apa ini? Cosplay?
“Jawab aku! Elona!”
Elona…? Namaku ‘kan Tara?
Kedua mata Tara seketika terbelalak karena mengingat sesuatu. Bukan, mereka yang ada di hadapannya itu bukan sedang cosplay. Tapi mereka adalah orang-orang yang Tara kenal, Setidaknya, Tara mengenal mereka, tapi bukan di dunia nyata.
Mereka adalah karakter dari webtoon Cerita Hati.
Lalu, Elona adalah…
Tara teringat dengan percakapan teman-teman di kampus, yang ia hanya dengar sekilas.
“Hei, apa kamu udah baca webtoon Cerita Hati?”
“Sudah tamat dong! Bagus ya, ceritanya?”
“Iya, tapi aku kasihan pada tunangannya Tuan Louis.”
“Ah yang gemuk itu?! Siapa namanya?”
“Kalau tidak salah…”
“Elona Locke! Aku bicara padamu!”
Hah...! Aku adalah Elona Locke...?!!
***
Satu jam sebelumnya.
"Kiara..."
"Ya, Tuan Muda Louis?"
"Selama kita bersama, aku merasakan ada yang berubah. Aku yang dulu hanya bisa meratapi kepergian ibuku dan menghadapi dunia dalam kegelapan, semua itu berubah semenjak ada kamu.
Kamu memberikan sesuatu yang bermakna sejak hadir dalam hidupku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi yang jelas, aku tahu kalau aku yang sekarang tidak akan bisa di sini tanpa ada kamu yang menemaniku...
Kiara, maukah kamu menjadi istriku?"
"Kyaaaa!!"
Tara menyunggingkan senyum lebar di wajah. Gadis itu sedang membaca webtoon berjudul "Cerita Hati" di layar ponsel pintar, sembari tengkurap di tempat tidur. Tubuhnya berguling-guling saking gemas dengan kalimat-kalimat manis yang dikatakan oleh si protagonis pria, yakni seorang tuan muda putra Marquess bernama Louis Vandyke, terhadap Kiara Perez, si protagonis wanita seorang putri Baron.
Tara tak bisa membendung rasa senang yang meluap-luap, karena pada akhirnya protagonis wanita yang dia sukai menemukan kebahagiaan bersama lelaki tampan yang dicintainya.
Kisah cinta webtoon ini sangat manis! pekik Tara dalam hati, hingga tanpa sadar kakinya yang berayun-ayun itu terbentur dan menyenggol sesuatu.
“Aduh!” jeritnya, lalu meringis kesakitan. Tara memeriksa apakah ada darah atau tidak pada kakinya. Tidak ada satupun luka di sana, kecuali rasa ngilu.
Tara mengintip ke lantai karena ia yakin ada satu benda yang ikut jatuh. Sebuah bingkai foto tua yang didalamnya terdapat tiga orang. Seorang pria yang masih berusia belum genap 40 tahun. Di sebelahnya terdapat seorang wanita yang diangkul dengan penuh cinta. Lalu, di tengah-tengah, menyempil dengan tatapan mata nakal dan senyum ceria, seorang gadis kecil dengan rambut panjang dikuncir dua.
“Eh, maafkan aku, Ayah, Ibu!” ucap Tara sembari mengambil foto tersebut dari lantai dan mengelap kaca bingkainya.
Untung saja tidak pecah kacanya.
Tara tersenyum tipis mengenang masa lalu. Gadis kecil dengan tatapan mata nakal itu adalah dirinya, lalu pria dan wanita di kanan kirinya adalah ayah dan ibunya yang telah lama tiada.
Tara meletakkan kembali foto usang tersebut di atas meja. Matanya mengedarkan pandangan ke sekitar. Kamar tiga kali tiga dengan cahaya lampu temaram ini adalah ruang baginya untuk melepas penat, setelah seharian berjibaku dengan kegiatan di kampus dan disusul pula dengan kerja paruh waktu di toko buku.
Tumpukan buku-buku di sudut ruangan yang sedikit berdebu, menjadi saksi bisu bahwa Tara lebih sering menghabiskan waktu di kamar kontrakan ini ketimbang berjalan-jalan seperti para gadis sebayanya.
Membaca adalah hobi Tara, dan gadis itu bisa melahap buku apapun dengan minat yang sangat tinggi. Mulai dari buku-buku pelajaran di sekolah, novel, webtoon, hingga koran-koran bekas sebagai bungkus makanan yang sering dia beli di warteg.
Tara adalah gadis yang pintar meskipun ia tidak ingin menonjolkan hal tersebut. Kesendiriannya sejak ditinggal ayah dan ibunya, serta pola asuh para kerabat yang menggilirnya kesana kemari karena menganggapnya sebagai beban, menjadikan Tara sebagai seorang yang pendiam.
Sejak ditinggal mati oleh kedua orangtuanya dalam sebuah kecelakaan, Tara diasuh oleh paman-paman dan bibi-bibinya. Mereka menggilir Tara dari satu keluarga ke keluarga yang lain, karena hanya ingin mendapat bagian dari warisan orangtua Tara. Dalam surat wasiat orangtuanya, dikatakan bahwa para kerabat tersebut akan mendapat bagian apabila mengasuh Tara hingga lepas SMA.
Keluarga paman dan bibinya tidak ada yang tulus mengasuh Tara, karena orangtuanya dahulu kawin lari dan tidak mendapat restu. Sejak itu, hidup Tara berubah. Keceriaannya sirna, terlebih lagi saat mereka semua memperlakukan Tara sebagai pelayan, baik oleh paman dan bibinya maupun para sepupunya.
Namun sekarang Tara bisa mendapati kebahagiaannya sendiri, karena dua tahun berlalu sejak dirinya berhenti diasuh oleh para kerabatnya. Kini Tara sudah lulus SMA, dan hidup sendiri di sebuah kamar kontrakan. Bermodalkan harta warisan orangtuanya yang tersisa, Tara menjadi mahasiswi di kampus bergengsi, sembari kerja paruh waktu di sebuah toko buku.
Meskipun kehidupannya sewaktu sekolahnya menyedihkan, namun Tara bisa mengambil hikmah dari semua hal itu. Tara menjadi seorang gadis yang mandiri berkat semua yang dia alami.
Tara melirik layar ponsel guna melihat jam. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Di bagian notifikasi tidak ada satupun chat yang masuk, termasuk dari Geri pacarnya, yang belum juga membalasnya sejak siang.
Tara membuka menu aplikasi chat. Kedua jemarinya menggulirkan dengan cepat untuk menemukan nama Geri, lalu mengkliknya. Terlihat pukul 12:05 adalah terakhir kali Tara mengirimkan pesan pada lelaki yang dia cintai itu, menanyakan apakah dia sudah makan siang. Namun pesannya hanya tertanda cheklist dua berwarna biru, tanpa ada balasan apapun.
Tara bukanlah gadis yang suka memberondongi pacarnya dengan pertanyaan yang berulang bila tidak dibalas pesannya. Tara percaya bahwa mungkin saja Geri sedang sibuk. Meskipun sudah sepuluh jam berlalu, namun Tara tetap ingin menunggu hingga keesokan harinya.
Mungkin saja, Geri sudah tidur, jadi dia lupa membalasnya…
Tara mencoba menenangkan dirinya sendiri dalam hati. Lagipula, Geri sering begini. Sekali dua kali waktu masih awal pacaran, Tara memang sering cemas saat Geri tidak membalas pesannya dengan cepat. Namun Geri selalu meyakinkan bahwa semua itu hanya karena dirinya sibuk ataupun mengantuk. Setahun berlalu sejak Tara berpacaran dengan Geri, gadis itupun mulai percaya sepenuhnya pada lelaki tersebut.
Tara mengambil dompet dari dalam ransel kuliahnya dan merapikan sweater yang dia kenakan. Daripada mengkhawatirkan Geri lebih baik aku jajan, pikirnya sembari berjalan keluar dari kamarnya menuju minimarket 24 jam yang masih buka.
***
“Semuanya jadi 20,500 kak!” ucap kasir minimarket. Jemarinya mengetik cepat pada sebuah mesin di hadapannya guna mencetak struk. Tara mengeluarkan uang pas dari dalam kantung sweaternya.
Tara membeli sebatang es krim murah dan beberapa snack camilan untuk menemani dirinya menonton streaming drama barat kesukaannya malam ini. Tara berniat begadang semalaman selagi esoknya adalah hari Minggu.
Tara baru saja akan melangkahkan kakinya keluar dari minimarket, ketika suara yang ia kenal muncul dari balik rak alat-alat kecantikan.
“Mau beli apa lagi sih, sayang?”
“Tungguu… kebetulan pembalutku lagi habis…”
Ucap seorang gadis bernada manja pada laki-laki bertopi di sebelahnya. Tangan kanannya asyik menyusuri barang-barang yang terpajang di rak, sembari tangan kirinya menggandeng mesra tangan lelaki tersebut. Wajahnya tersenyum saat gadis menemukan pembalut dengan merk yang dia cari.
Ira…?
Tara menghentikan langkah kakinya. Dia melangkah masuk kembali dan melongokkan kepalanya, mengintip muda-mudi tersebut. Benar itu adalah Ira, setelah Tara memastikannya dengan yakin bahwa gadis itu adalah sepupunya.
Dari semua kerabat yang memandangnya hanya sebelah mata, Ira merupakan sebuah cahaya bagi hidup Tara yang gelap. Ira adalah sepupu Tara, yang merupakan anak satu-satunya dari bibi Nina, adik ayahnya yang ketiga. Meskipun Bibi Nina sering menyuruh Ira untuk menjauhinya, namun gadis itu tetap menempel pada Tara.
Ira sering bermanja-manja pada Tara dan memintanya melakukan apa saja untuknya, termasuk mengerjakan pekerjaan sekolahnya. Meskipun Tara sebenarnya merasa kalau saat itu ia sedang diperalat, tapi Tara tetap senang. Setidaknya, Ira tidak menjauhinya seperti sepupu-sepupunya yang lain.
Begitu yakin seratus persen kalau gadis itu adalah Ira, Tara bergegas menyapanya.
“Ira…!”
Namun baru saja Tara melangkahkan kaki ke hadapan sepepunya itu, matanya terbelalak. Lelaki bertopi itu juga ternyata adalah orang yang dia kenal. Bahkan sangat Tara kenal.
“… Geri?”
***
Sepasang muda-mudi itu menghentikan kegiatannya. Di hadapan Tara, lelaki itu, yang tak lain adalah Geri pacarnya, segera melepaskan gandengan tangannya dengan Ira. Tara hanya bisa menatap kedua orang tersebut dengan tatapan tak percaya. Tangannya lemas, hingga menjatuhkan belanjaan camilannya ke lantai.
Geri dan Ira…? Sejak kapan?
“Tara, aku hanya-“
“Kak Tara!”
Belum sempat Geri menjelaskan, Ira telah menyela pembicaraannya. Gadis itu menghampiri Tara dan merangkul tangannya. Ira menatap manja pada kakak sepupunya itu, dengan tatapan sama seperti waktu kecil dulu, ketika ia ingin meminta semua barang yang dimiliki Tara.
“Kak, baju dress warna pink itu buatku aja ya?”
“Tapi… aku kan suka sama dress itu,”
“Tapi aku juga suka! Boleh buatku ya?
“Kak, kue cokelat di kamar kakak, sudah kumakan habis, boleh kan?!”
“Kak Tara, aku minta pensil Mickey Mouse di tas kakak, ya!”
Pakaian-pakaiannya, kue kesukaannya, alat-alat tulis bergambar yang disukainya, dan sekarang Ira menggunakan tatapan itu lagi.
“Geri buat aku aja, boleh ya?”
Tara hanya bisa menatap adik sepupunya itu dengan tidak percaya. Padahal selama ini, Tara menganggap Ira sebagai adik kandungnya sendiri. Padahal, meskipun sudah tidak tinggal bersama, Tara selalu bercerita apapun tentang kehidupannya pada Ira di chat. Padahal seharusnya Ira tahu, kalau Geri adalah lelaki yang dia cintai melebihi apapun.
Tara pun menyadari kenyataan pahit, bahwa mungkin selama ini Ira tahu, bahwa semua itu adalah hal-hal yang Tara sukai.
… tapi Ira sengaja memintanya.
Tara berlari keluar minimarket tanpa memedulikan sekitar. Kalau Geri memang selingkuh dengan perempuan lain, Tara yakin ia hanya akan menangisinya selama seminggu lalu berusaha untuk move on. Toh, ini bukan pertama kalinya Tara kehilangan orang yang dia sayangi.
Tetapi Geri berselingkuh dengan Ira, sepupunya yang dia pikir tulus ingin berteman dengannya, yang tidak memandangnya sebelah mata, yang menjadi tempat curahan hatinya bila membaca buku tak mampu mengatasi rasa penatnya.
Aku yang selalu hidup seperti ini, mana mungkin bisa mengalami percintaan manis seperti Tuan Muda Louis dan Kiara…
Tara terus melangkahkan kakinya dengan cepat, hingga ia tidak memperhatikan adanya kilauan cahaya dari sisi kanannya yang menuju ke arahnya dengan cepat.
“Awas!!”
Teriakan warga sekitar terlambat sampai di telinga Tara. Gadis itu menoleh, dan sebuah mobil yang melaju kencang menyambar dirinya.
BRAKK!!
*****
((Author: Halo readers, kalau suka sama ceritaku, jangan lupa like tiap bab ya, tinggalkan jejak komentar juga. Kopi dan bunganya juga boleh hehe. Terimakasih banyak :) ))
...* original writing by @author_ryby...
...* cover art by @fuheechi_...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Silvhaadillaa
puqi
2024-06-21
0
mochi
tamattt
2024-06-09
0
mochi
baca ulang, haritu blm tamat sekarang uda tamat
bagus lah
2024-06-09
0