Lembaran Diary : Istri Seorang Preman
Brak!!!!
Seseorang menendang pintu kamar dengan begitu kerasnya, hingga daun pintu yang menjadi korban kekerasannya langsung terbuka dengan slot pengunci lepas jatuh terlempar.
Grep.
Seorang pria bertubuh jangkung kurus tapi terlihat garang itu menarik pangkal lengan seorang perempuan yang tengah terbaring dengan posisi tertelungkup.
"Ayo, aku ingin punya anak darimu!" ujarnya dengan suara berat juga nada yang kasar.
"Ba-bang!!!"
Perempuan itu terkejut bukan kepalang. Matanya melotot tapi sekian detik kemudian berubah melemah dengan wajah tertunduk.
Dia pasrah, sewaktu tangan lelaki itu membuka satu persatu kancing bajunya dengan begitu kasarnya.
Perempuan itu hanyalah diam seperti batu.
Tak bergeming meski pria jangkung dengan tato di kedua lengan dihadapannya itu menciuminya dengan hawa panas suhu tubuhnya.
Tangannya yang nakal menggerayangi tubuh putih mulus sang perempuan tanpa pemanasan apalagi sentuhan kelembutan.
Bau aroma alkohol murahan membuat si perempuan merasa mual. Perutnya seperti dikocok-kocok, ingin mengeluarkan isinya saking tak kuat indera penciumannya. Tapi dia harus tetap bertahan, tak boleh meninggalkan ruangan. Terlebih meninggalkan pasangannya begitu saja.
Tapi pria itu tetap melakukan aksinya menggenjot perempuan yang sesekali menutup mulut dan hidungnya.
Mirisnya, dia perempuan yang tak bisa berbuat apa-apa. Selain menerima tindakan brutal sang pria tersebut.
Bukankah ini termasuk pelecehan s*ksual?
Atau mungkin juga termasuk kategori pemerkos*an?
Mungkinkah bisa dianggap kasus pelanggaran HAM anak dan perempuan?
Yang pasti Martini tidak berani memasukkan tingkah pria yang sedang asyik menindihnya itu ke dalam kategori-kategori di atas, karena pria itu adalah...SUAMInya.
.........ooooo..........
Kepulan asap rokok memenuhi kamar kostan berukuran 4x5 meter yang hanya berisi sepotong kasur busa ukuran sedang dan satu lemari plastik serta satu meja buffet kecil.
"Ayo, berkemas!" hardiknya pada Martini yang masih terkulai di atas kasur dengan tubuh masih tertutup selimut tipis.
"Kemana?" jawab Martini lemah.
"Kita pindah dari kostan ini!"
"Pindah kemana?"
"Kerumah orangtuaku!"
Martini diam. Dia hanya bisa menatap dinding kostan dengan pandangan kosong.
Fikirannya membumbung melayang tak tentu arah.
Jiwanya yang sakit serta pasrah pada ketentuan nasib dan Takdir Allah Ta'ala membuatnya seperti manusia yang tidak memiliki hati lagi.
Martini bangkit.
Dia biarkan tubuh indahnya dihujami pandangan lapar suaminya itu.
Pria itu kembali menarik betis indahnya yang bak bulir padi. Hingga keduanya kembali bergumul dengan episode kedua.
Namun kali ini Martini lebih meresponnya dengan memberi suaminya sentuhan-sentuhan balik serta erangan-erangan kecil yang membuat pria itu menepuk bok*ng Martini gemas.
"Seperti itu, sayang! Eeeemmmm, ya, ya... Teruskan Ririe!! Hhhmmmm..."
Martini semakin memancing suaminya dengan des*han yang membuat suasana malam pukul 9 itu benar-benar panas membara.
Keringat membanjiri tubuh keduanya yang tertidur saling berdampingan dalam keadaan kelelahan.
Senyum menghiasi wajah suami Martini.
"Besok saja kita pindahnya!"
Martini memejamkan matanya. Hatinya sedikit lega. Karena dia tidak merasakan tatapan sinis ibu tiri suaminya dan juga kata-kata kasar bapak kandung suaminya malam ini.
Martini pernah tinggal bersama mereka selama seminggu. Tapi rasanya seperti tinggal sewindu karena kedua mertua yang tidak baik padanya.
Martini takut jika suaminya benar-benar mengajaknya pindah ke rumah besarnya yang mirip seperti penjara itu.
Titah suaminya bagaikan raja yang dzolim. Dan dia tak berani membantah apalagi menentangnya.
Perkataan abang Grey tak pernah bisa ia patahkan. Kecuali, kakinya mau patah akibat membantah.
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
sasip
baru mulai baca udah adegan panas ajah Bun.. pantes deh jadi rekomendasi bacaan.. 👍🏻😍 menarik mata untuk terus membaca.. 😉🤭
2022-05-29
4
Elisabeth Ratna Susanti
mampir di sini 😍
2022-03-09
3
mochi ku 💞
mampir Thor
2022-03-03
5