Episode 2

...Kisah Ku...

Dwi Arya Dhika: biasa dipanggil Arya

Cowok cool tetapi juga lucu namun sikapnya yang nyebelin terkadang malah membuat semua teman-temannya menjauhinya, meski begitu dalam hal pelajaran matematika dia yang nomor satu walaupun sebenarnya dia sedikit pandai tapi dia agak lugu dan polos. Padahal tampangnya keren tetapi jiwanya yang polos malah membuat dia terlihat manis, aku sebenarnya tidak terlalu akrab dengan dia tapi karna peristiwa waktu itu saat kami hendak ke sekolah dan hampir kehujanan, dia malah satu payung dengan ku. Entah kenapa kejadian itu malah membuat aku awkward banget, tapi itu kenangan yang lucu juga sih.

Adrian Martadinata: biasa di panggil Rian

Sejak dia berpacaran dengan Ara dia selalu saja berantem padahal mereka berdua terlihat sangat cocok tapi mereka selalu bertengkar, ditambah lagi Ara selalu saja curhat sama aku. Kuping aku jadi capek dengerin dia tapi ya karna dia teman aku jadi mau apa lagi, demi sahabat. Sedangkan Rian tipe cowok yang konyol terkadang dia suka mencari perhatian sama cewek-cewek padahal dia sudah punya pacar. Meski sifatnya yang kekanak-kanakan tetapi dia termasuk cowok yang ganteng tingginya saja 170cm dan dia juga termasuk salah satu anggota tim basket di sekolah, berkat Rian CS tim basket sekolah kita akan masuk ke tim nasional basket.

Keiziara Cynthia Bella: atau yang akrab di panggil Ara

Cewek cantik blasteran yang sangat terkenal dan populer di sekolah bukan hanya sebagai cewek yang cantik tetapi dia juga termasuk salah satu anggota Cheerleaders yang terkenal bukan hanya karena postur tubuhnya yang tinggi semampai tetapi dia dia juga mempunyai visual yang cantik maka dari itu banyak sekali cowok-cowok yang dekat dengannya, entah kenapa dia sekarang jadi dekat dengan ku dan sering curhat tentang pacarnya yaitu Rian.

Aku teringat tentang dirinya yang mengajakku untuk mendekat, namun lambat lain dia menjauh, apakah aku terlalu egois jika aku hanya mengharapkan dirinya saja sementara cintanya bukan untuk diriku. Aku selalu memandang wajahnya di kejauhan, aku memang tak terlalu mengingat semua masa-masa itu tetapi saat dia menyatakan itu rasanya aku keluh dan bergetar namun aku sadar dia bukan siapa-siapa bagiku. Andai saja dia tahu meski dalam kejauhan aku akan selalu tetap menjaganya dalam kesendirian dan juga kesedihannya. Tetapi bila dia mengingatku maka dia akan menjadi kembali ke sosoknya yang dahulu namun sementara itu aku merasa tak terlalu suka dengan sifatnya yang dahulu.

Aku Bianca Raisa Andriana biasa di panggil Raisa entah kenapa dalam cerita ini aku dinobatkan sebagai pemeran utamanya padahal dalam cerita ini aku hanya berada di tengah-tengah cerita, gak banyak sih yang aku ceritakan tapi di setiap cerita aku lebih banyak sebagai pencerita. Aku bukan siapa-siapa bukan pupa seorang produser atau sang pembuat naskah cerita, kalau saja aku sang pembuat cerita aku juga tak mau dengan cerita yang menyedihkan ini. Tapi mau bagaimana lagi semuanya memang ada disini, aku anak pertama dan satu-satunya di keluarga ku.

Mamaku Adilla Dimitri dia adalah seorang pengajar di salah satu sekolah negri yaitu di SD Negeri 1 Bandung, iya aku dan mama tinggal di Bandung sementara Papa ku bekerja di Semarang Jawa Tengah. Jarak memang memisahkan kita, tetapi untungnya antara kami sekeluarga selalu bisa berhubungan satu sama lain lewat handphone dan juga laptop yang aku punya, terkadang papa suka mengajakku berbicara via laptop untuk saling melepaskan kerinduan kami.

***

Jarak terkadang membuatnya menjadi asing, membuat seseorang tak percaya akan kekuatan cinta. Silangit yang sama kamu berada, namun belum kamu temukan satu sosok pilihan-Nya.

Bagiku hidup hanya selalu hitam dan putih, kebahagiaan akan selalu berbanding lurus dengan kesedihan. Kita hanya menunggu waktunya bergiliran bukan?

Begitupun dengan kesunyian.

Hari ini terasa ramai, mungkin esok kita akan berdialog lagi dengan kesendirian.

Meski dalam keramaian aku masih merasa kesepian, entah kenapa sunyi sepi ku rasa tanpa seseorang yang bisa menemani ku di kesendirian ini, tak terasa sudah semakin jauh aku berjalan sendiri. Egois ku rasa bila aku mengeluh saja tanpa mau berusaha, entah kenapa goresan pena ku sampai pada titik kosong dimana tinta hitam yang ku tulis diatas kertas putih ternyata telah habis, setiap yang ku tulis sesuai dengan perjalanan hidup dimana hati menangis menjerit menceritakan setiap perjalanan hati yang lirih, meski sang waktu berbicara dengan nada yang lirih sambil di temani sang piano yang terus berbunyi dengan merdunya seperti melodi sendu yang menohok hati. Jarum jam terus berdetak kencang ke arah sumbu yang tak terbatas dengan penuh ke haluan aku terus bertanya kepada diriku sendiri, hari ini apakah akan lebih baik dibandingkan hari-hari sebelumnya atau malah akan memberikan aku kesibukan uang sebenarnya membawaku pada rasa takut untuk memulai perubahan.

"Sa, jangan lupa makan dulu!" Ujar mamaku

"Ia ma, nanti aku makan" jawabku

"Dari tadi kamu main laptop mulu" ujar mamaku seraya sambil membawa makanan yang tersaji di piring dan lauk pauknya di tambah dengan air putih

"Loh kok ada sayurannya ma?" Tanya ku

"Sekali-kali makan sayur, kamu ini makannya maunya daging dan ikan mulu tapi gak pernah makan sayur" ungkap mamaku

Sebenarnya aku memang tidak suka makan sayur tapi mamaku selalu saja menyuruhku makan sayuran.

"Ini apa sih kok!" Ujarku

"Itu sayur qol" jawab mamaku

"Hmmm" ujarku sambil memiringkan kepala

Akhirnya aku tetap memakan lahap hidangan yang diberikan mamaku, tetapi aku kemudian menyisihkan sayuran yang tidak aku sukai, meski begitu mamaku tidak pernah marah padaku. Dia merupakan seorang mama yang perhatian dan juga selalu saja memberikan makanan yang sedap dan juga lezat. Walaupun tetap aku kurang suka wortel dan juga qol, tetapi kalau kentang aku masih suka.

"Kenapa mama ngasih aku makan sayur Mulu sih memangnya aku ini kelinci apa?" Ungkap ku dalam hati

"Apaan sih kan sudah aku bilang pa aku tidak mau pindah ke Bandung!" Ujarnya

"Papa gak mau tau kamu harus ke Bandung juga, papa sudah siapkan sekolah yang terbaik disana!" Ujarnya

"Tapi pa!" Jawabku

"Gak boleh tapi tapi" jawabnya sambil menutup telepon

Tut.. Tuttt...Tutt

"Halo... Pa!" Ujar ku

"Hmmm malah di matiin telponnya" sambung Yudha

Hujan turun nampak terlihat pepohonan dan daun yang tersemat sembari menguraikan sang waktu yang membuat ku merasa haru dan biru meski begitu aku bahagia kala hujan turun dimana aku bisa merasakan kebahagiaan yang berbeda, andai saja ibuku masih hidup mungkin keadaan ku tak seperti ini.

Hari ini aku melihat wanita tua itu lagi duduk sembari menunggu kereta tiba di ujung stasiun, nampak terlihat tua namun wajahnya yang cantik terulas dengan jilbab yang dikenakan menambah manis wajahnya. Dia tak lain dan tak bukan adalah nenek ku, begitulah kelakuan ayahku dengan mudahnya ia membuangku dan kini aku terpaksa pindah ke Bandung, meski aku kesal tapi ada nenekku yang menemanku.

Di Jogja cuacanya memang berbeda dengan Bandung aku harus menyesuaikan diri, apalagi karena aku gampang terserang flu.

"Kamu kenapa Yudh?" Tanya nenekku

"Enggak" jawabku lesuh

"Kamu kayak gak semangat gitu" ujar nenekku

Aku sebenarnya tak tega dengan nenekku, tetapi aku juga tak mau terlalu merepotkannya, apalagi karena dia tinggal seorang diri. Rumah nenek sangat luas di tambah ada lantai dua dan juga nenek mempunyai beberapa asisten rumah tangga.

***

Terpopuler

Comments

Rini

Rini

like sukaa

2021-12-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!