Masa Remaja
...Dilangit Yang Sama Kamu Berada...
"Aku baru sadar bahwa perasaanku sama Raisa lebih dari sekedar teman, tetapi apa Raisa juga merasakan hal yang sama?" Ujarku dalam benakku
Saat itu aku mengajak Raisa ke taman kota dan kemudian aku mengajaknya bermain di sebuah ayunan, aku sangat bahagia saat melihat dia bahagia ketika dia besamaku. Namun seketika itu semua menjadi runtuh saat kedatangan seorang lelaki, dibalik kejauhan dia memperhatikan kami berdua dan kemudian tiba-tiba di memegang tangan Raisa dan mengajaknya pergi.
"Sa" ungkapnya sembari memegang tangan Raisa
"Kak Yudha, kok ada disini?" Tanya Raisa dan kemudian dia merampas tangan Raisa dari genggaman ku
Aku kira cerita cinta masa SMA aku akan berlalu begitu saja, meski meninggalkan kenangan yang sedikit menyakitkan namun pula menyisakan banyak sisa-sisa kebahagiaan yang apabila aku terkenang maka akan membuat aku rindu akan masa-masa itu. Bukan hanya dengan cerita kala itu, namun juga orang-orang dalam kisah hidupku.
***
Matahari bersinar di ufuk timur berikan sinarnya yang terang sembari menunggu datangnya sang fajar menyingsing, aku tak tahan melihat cahaya terang yang begitu besar nan indah namun tak pelak cahyanya memberikan tanda tanya terhadap perasaan ku yang berkecamuk antara kebimbangan dan juga ketidak pastian yang membuat aku tak percaya akan indahnya cinta, naluri ku bertanya ada apakah gerangan dengan misteri yang selalu saja timbul dalam kehidupanku yang membuat aku tak mampu melalui setiap proses dalam kehidupanku. Aku tak gentar namun juga yakin tapi tak pelak hati kecilku pun bertanya apakah aku mampu memenuhi hajat hidupku dengan baik, angin nampak riuh ciruh yang membuat aku kedinginan kemudian aku selimuti badanku dengan jaket tebal yang aku bawa dari rumah. Entahlah aku baru menyadari bahwa ini adalah musim hujan dan sepertinya akan turun hujan lebat, kemudian aku tutup jendela kamarku sembari aku melihat rintikan tetesan air hujan yang tak pelak menetes dan juga membasahi area kebun rumah nenekku. Aku sudah menginap di rumah nenekku selama enam hari entahlah, rasanya aku juga sampai lupa sudah berapa lama aku menginap karena aku sudah betah singgah di rumah nenekku, lagi pula nenek juga tinggal sendirian di desa yang letaknya lumayan jauh dari hirup pikuk perkotaan. Kakekku sudah lama meninggal dunia kira-kira hampir tiga tahunan kurang lebih, hari ini anginnya kencang sekali sampai-sampai baju yang dicuci nenekku hampir saja berterbangan. Aku gak tahu kenapa aku bisa merasakan perasaan yang bimbang seperti ini, waktu itu aku mampir ke sebuah danau yang dahulu tempat aku bermain dengan kawan lamaku yaitu Irwan Prayitno. Sebenarnya itu cerita sudah lama sekali tapi kenapa tiba-tiba aku teringat kembali.
Bait semusim yang tertulis manis tentang kisah kasih aku bersamanya yang duduk di pelataran cinta bersama dengan hati ku yang selalu terngiang-ngiang akan bisikan cintanya yang begitu merdu, tanpa batas waktu yang terungkap tapi tak mampu ku ucap. Aku hanya seseorang yang memujanya di balik kejauhan, aku hanya hanya seseorang yang berusaha keras untuk tetap setia bersamanya meski aku hanya berada di balik kejauhan, jangan tanyakan perasaan ku jika kau tak bisa beralih dari masa lalu yang menghantuimu karena ini sungguh tidak adil.
Gemercik suara hujan yang deras dari tetesan air hingga terdengar kencang, gak cukup satu tapi ribuan genangan air itu menyapu bahuku dan membasahiku, aku hanya terdiam sembari membiarkan setiap genangan air hujan dan juga riuh suara angin berhembus kencang di wajahku. Aku bukan siapa-siapa, aku bukan sang sutradara yang menciptakan perjalanan hidupku yang terdokumentasikan menjadi sebuah film. Meski dalam keramaian aku masih tetap sendiri dan merasa kesepian, seperti hanya ada seekor kunang-kunang yang menemani di kesunyian. Aku hanya aku dan bukan dia, biar ku simpan rasa ini di kejauhan karena mungkin kau bukan untukku dan mungkin pula rasa ini suatu saat akan hilang dengan sendirinya.
Semua akan berganti siang akan digantikan malam, begitu pula dengan matahari yang tak akan mungkin bersinar ditengah malam. Apa cuma aku yang terdiam sendiri, sejenak aku berfikir dengan setiap sekenario yang Tuhan buat untuk ku, semuanya ambigu gak jelas, tapi juga membuat aku takut.
Jarak terkadang membuatnya menjadi asing, membuat seseorang tak percaya akan kekuatan cinta. Silangit yang sama kamu berada, namun belum kamu temukan satu sosok pilihan-Nya.
Bagiku hidup hanya selalu hitam dan putih, kebahagiaan akan selalu berbanding lurus dengan kesedihan. Kita hanya menunggu waktunya bergiliran bukan?
Begitupun dengan kesunyian.
Hari ini terasa ramai, mungkin esok kita akan berdialog lagi dengan kesendirian.
Meski dalam keramaian aku masih merasa kesepian, entah kenapa sunyi sepi ku rasa tanpa seseorang yang bisa menemani ku di kesendirian ini, tak terasa sudah semakin jauh aku berjalan sendiri. Egois ku rasa bila aku mengeluh saja tanpa mau berusaha, entah kenapa goresan pena ku sampai pada titik kosong dimana tinta hitam yang ku tulis diatas kertas putih ternyata telah habis, setiap yang ku tulis sesuai dengan perjalanan hidup dimana hati menangis menjerit menceritakan setiap perjalanan hati yang lirih, meski sang waktu berbicara dengan nada yang lirih sambil di temani sang piano yang terus berbunyi dengan merdunya seperti melodi sendu yang menohok hati. Jarum jam terus berdetak kencang ke arah sumbu yang tak terbatas dengan penuh ke haluan aku terus bertanya kepada diriku sendiri, hari ini apakah akan lebih baik dibandingkan hari-hari sebelumnya atau malah akan memberikan aku kesibukan uang sebenarnya membawaku pada rasa takut untuk memulai perubahan.
"Hmm... Andai saja ibu masih ada" ujarku sambil mengelus dada ku
Kembali nada berirama dengan merdu sayup terdengar gemericik hujan yang turun tetes demi tetes, aku baru teringat ini awal bulan November di mana setiap akhir tahun pasti musim penghujan, aku sampai lupa membawa payung padahal kereta sudah hampir tiba di stasiun.
"Bagaimana ini nanti aku kehujanan dan basah kuyup" ucap ku dalam hati
Sembari menunggu kereta tiba di stasiun, nampak ku lihat teman sekelas ku Raisa.
"Sepertinya aku mengenal gadis itu?" Ujarku dalam hati
"Bukan kah itu Raisa?" Ungkapku
Ehmm.
Sebenarnya aku tak enak hati jika diam saja tanpa menegurnya, tapi aku tak berdaya karena aku melihat dia juga menengok ke arah ku lalu sambil tersenyum manis di depan ku.
"Apa aku tak salah lihat?, Sepertinya ia melihat ke arah ku dan tersenyum manis" ujarku luluh
"Eh, kamu kayaknya aku kenal deh?" Ujar Raisa sembari berfikir mengingat wajah Arya yang polos dan lugu
"Kamu bukannya Arya?" Tanyanya
"Iya, hmmm kamu?" Sebenarnya aku kenal siapa dia tapi aku pura-pura tak kenal karena aku malu lagi pula aku jadi ke-GR-an ngeliat senyuman manisnya
"Aku Raisa, masa kamu lupa sih sama aku?" Ungkap Raisa sambil tersenyum manis
"Owh iya, aku baru ingat" ucapku polos
"Kamu lucu deh" ujar Raisa sambil tertawa
"Senyuman kamu manis" ujar Arya
Kemudian Raisa tersipu malu.
"Kenapa jadi awkward moment gini padahal kita lagi ngobrol tapi kok canggung banget" ujar Raisa dalam hati
"Ehmmm" Arya pura-pura batuk
"Owh btw, kamu bawa payung Sa?" Tanya ku mencairkan suasana
"Owh aku bawa kok" jawabnya
"Aku boleh bareng gak?" Tanya ku
"Owh iya bareng aja yuk!" Jawab Raisa sambil mengambil payung
Dan akhirnya Arya dan Raisa masuk ke gerbang sekolah sambil memegang payung berduaan
"Haduh kenapa jantungku" ujar Arya dari hatinya
"Eh ini kenapa si Arya jadi...." Ujar Raisa sambil mereka berdua tak sengaja menyentuh tangan masing-masing
"Maaf" ujar Arya
Kemudian sampai di kelas mereka berdua tak mengobrol lagi.
"Entah kenapa, apa yang aku rasakan dan aku alami, tubuhku kaku dan gemetar, tak bisa berbicara..." Ujar Arya
"Dia kenapa ya?" Ujar Raisa dalam hati
"Sa, kenapa?" Tanya Wulan teman sebangku ku
"Owh eng...gak apa-apa kok" jawab ku keluh
Jangan berbisik, bunyinya di langit hening terdengar langkah kaki seseorang berjalan. Aku menengok ke arah kanan dan kiri ku, seperti ada seseorang yang memperhatikan diriku hanya saja aku mencoba untuk berpura-pura tak tahu.
"Kamu egois Ra!" Ujar Rian
"Udah jauhin gue" ungkap Ara sambil melepaskan tangan Rian
Suatu perjalanan hidup saat kamu mencoba melupakan setiap masa lalu yang udah terjadi tapi yang kamu alami adalah saat kamu melihat sosok orang yang ada di depan mata kamu ternyata tak lain dan tak bukan adalah sosok orang yang berbeda dari yang kamu kenal.
Aku bukan pilihan, tapi aku juga tak sanggup untuk memilih. Rasanya ini tak adil bagiku, namun juga melewati setiap batas dalam hidupku. Aku yang berusaha untuk melupakan setiap hal yang ada dalam hidupku, aku yang hanya bisa mencoba untuk melupakan setiap masalah dalam hidupku.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Mampir thor, semangat 💪💪💪
2022-03-25
2
Erni Fitriana
ini sih wajib dapet pav👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾
2022-03-23
1
Rini
suka
2021-12-14
2