" Mang buburnya satu kayak biasa ya. "
Teriak Reina kepenjual bubur langganan nya itu, kemudian mengajak Saina untuk duduk sambil menunggu pesanan matang.
" Apa Sain ada alergi makanan? " Tanya Reina kepada Saina yang di balas dengan gelengan kepala. Tak berapa lama Mang Odi membawa pesanan Reina beserta teh hangat yang masih mengepul.
" Makasih mang, Saina mau coba bubur ini enak loh bagaimana kalau kakak yang suapin Saina?" Mendengar hal itu Saina seakan girang dan langsung membuka mulutnya lebar.
...Belum juga makanan itu masuk ke mulut Saina Revan yang berhasil menyusul Reina dan Saina kemudian duduk di depan mereka berdua sambil mengeluarkan komentar pedasnya lebih tepatnya larangan untuk Saina....
" Sain tidak boleh, ini tidak bersih kamu bisa sakit perut nanti. "
Reina yang mendengar komentar Revan menghentikan gerakan tangannya dan langsung menoleh kearah Revan sambil melotot.
" Jika anda tidak ingin makan, sebaiknya anda diam dan jangan menghina pedagang kecil. Saya sudah lama langganan disini dan buktinya sampai sekarang saya masih hidup sehat wal afiat." Ucap Reina ketus dengan penekan di kalimat akhirnya.
...Revan yang mendengar jawaban sarkasme dari Reina seketika menelan saliva nya dengan kasar dan langsung terdiam, Revan mencoba menahan keterkejutannya akan tanggapan kasar Reina namun detik selanjutnya Revan kembali ke tampang datarnya. Ternyata ngeri juga kalau melihat cewek ketika marah, batin Revan....
...Reina melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda menyuapi Saina. Perlahan bubur itu mulai masuk ke mulut Saina dan dikunyah secara perlahan....
" Bagaimana Sain? Enak kan?" Tanya Reina sambil mengelus puncak kepala Saina.
Saina yang mendapat perlakuan itu terlihat nyaman sambil sesekali tersenyum ceria dan berceloteh manja.
Deg
Lagi lagi jantung Revan berdenyut melihat interaksi Reina dan Saina yang begitu akrab. Saina yang bahkan kesahariannya mandiri dalam urusan makan sekarang malah dengan manja menerima suapan demi suapan bubur hingga habis tak tersisa. Apa Saina benar benar butuh sosok seorang ibu? Pertanyaan itu kembali terlintas di kepala Revan.
" Jika sudah selesai ayo kita pulang, glany pasti sudah menunggu." Ucap Revan sambil terus mengamati interaksi keduanya.
" Bolehkah kakak tantik ikut kelumah dady?" Pinta Saina dengan wajah memelasnya memohon untuk di izinkan.
" Kapan kapan saja ya kakak ikut, sekarang Sain ikut dady pulang saja ya."
Tolak Reina dengan halus, Reina bingung mau berkata apa lagi untuk menolaknya.
" Apa jadinya jika aku ikut kesana bisa alamat ini mah." Ucap Reina dalam hati dengan tetap menunjukan wajah bingung.
Melihat wajah Reina yang seperti itu membuat Revan tersenyum smirk muncul ide gila Reven untuk menjahili Reina.
" Jika kamu luang ikut saja pulang kerumah." Ucap Revan kemudian berbalik menuju parkiran mobil dengan sedikit tersenyum tanpa diketahui Reina.
...Mendapat persetujuan dari dady nya jelas itu membuat Saina gembira dan langsung menarik tangan Reina untuk segera mengikuti langkah dady nya menuju mobil. Reina yang ditarik hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah kaki kecil Saina membawanya. Tanpa mereka sadari ada sosok seorang pria dari kejauhan yang tengah memandangi mereka masuk menuju mobil....
" Lama tidak berjumpa, dan kini kamu lebih memilih Revan. Dasar gadis tidak tahu diuntung, kamu hanya miliku.. hanya milikku." Ucap pria itu sambil tersenyum smirk seakan tengah merencanakan sesuatu.
........
...Sepanjang perjalanan baik Revan maupun Reina tidak ada yang membuka obrolan hanya terdengar celoteh Saina yang terus bertanya banyak hal kepada Reina. Revan sesekali tersenyum ketika melihat Reina yang terkadang tak bisa menjawab pertanyaan Saina yang cukup absurd menurutnya, namun dapat di tanggapi Reina dengan mengalihkan topik yang lebih seru untuk anak anak sehingga perhatian Saina teralih kepada topik baru yang dibicarakan Reina....
" Dia lumayan juga untuk urusan anak kecil, keibuan dan cantik. Apa yang aku pikirkan tidak mungkin aku tertarik dengannya bukan?" Gumam Revan dalam hati sambil sesekali tersenyum namun detik berikutnya berubah jadi penyangkalan dan terus berulang hingga mobil berhenti tepat di halaman luas sebuah rumah dikawasan perumahan elit milik keluarga Mahendra.
...Reina dibuat terpanah dengan rumah keluarga Mahendra yang luas bahkan mungkin cukup untuk lapangan sepak bola pikir Reina sambil sesekali tertawa geli. Tidak hanya sampai di situ ruang tamu yang di desain sangat cantik dengan gaya arsitektur modern dimana di sudut bagian kanan ruangan di pasang guci besar yang mahal kelihatannya tentu, menambah kesan mewah di sana....
...Saina terus menarik Reina agar masuk ke ruang belakang rumah di mana terdapat taman kecil dengan kolam renang di sebelahnya nampak begitu tenang dan asri. Di sana tengah berdiri seorang wanita paruh baya yang masih cantik meski telah termakan usia tersenyum melihat Saina datang....
" Hai cucu glany sudah datang, apa kamu menikmatinya Sain? siapa kakak ini?" tanya Lila sambil menunjuk Reina dengan menampilkan senyumannya.
" ini kakak tantik glany, kakak tantik yang nolongin Sain kemalin." jawab Saina dengan tersenyum.
Lila yang mendengar cucunya berbicara kemudian memandang Reina, sepertinya dia cocok untuk ku jadikan menantu, batin Lila.
...Reina yang terus dipandangi Lila dengan tersenyum merasa kikuk, padahal hanya karena Saina ia datang kemari tapi kenapa Reina merasa ini lebih mirip bertemu dengan calon mertua. Big no masih banyak yang harus aku pertimbangkan jika calonku adalah si Revan muka datar itu ucap Reina dalam hati....
" Saya Reina tante biasa dipanggil Rein." ucap Reina memecah kecanggungan di antara keduanya.
" Oh nak Rein, bagaimana kalau kita sekarang sarapan bersama, kamu sudah makan?"
...Mendapat pertanyaan itu Reina bingung untuk menjawab, pasalnya Reina tadi memang memesan seporsi bubur tapi gagal untuk ia makan karena bubur itu malah masuk ke dalam perut kecil Saina....
" Tadi kakak tantik suapin Sain bubul glany, enak banget Sain suka jadi Sain habisin semua deh." jawab Saina dengan polosnya membuat Reina dan Lila tertawa kecil.
...Kemudian Lila mengajak Reina pergi ke meja makan untuk sarapan bersama, di ruang makan Mahendra sudah duduk di kursi paling ujung disusul dengan Revan yang duduk di kursi ketiga sebelah kanan Mahendra. Lila menuntun Reina untuk mengikutinya mendekat ke arah meja makan. ...
" Ada tamu rupanya ya?" tanya Mahendra yang penasaran dengan gadis yang di bawa istrinya itu.
" Dia Rain pa, dia yang nolongin cucu kita tempo hari." ucap Lila menanggapi pertanyaan suaminya dengan sedikit memberi kode kerlingan mata yang langsung dibalas senyuman oleh Mahendra.
"Pagi om.." sapa Reina dengan canggung.
Revan yang melihat interaksi ke dua orang tuanya itu merasakan firasat aneh. Sepertinya niat untuk menjahili Reina berbalik menjadi boomerang untuk Revan.
" Harusnya aku tidak mengajaknya kesini, dasar bodoh kau Revan." maki Revan dalam hati.
hayo apa firasat bang Revan benar adanya? yuk ikuti terus kisahnya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments