Empat jam tiga puluh empat menit sudah berlalu semenjak aku menginjakkan kaki di sekolah ini.
Kelas hening mendengar penjelasan guru, sebagian. Kebanyakan memperhatikan tapi pikirannya melayang ada juga murid tidur, aku termasuk yang memperhatikan tapi pikiran melayang jam segini perut sudah demo minta makan mana fokus belajar.
Istirahat tinggal sekitar dua puluh menitan lagi, aku berharap dimasa krisis ini ada keajaiban dari Tuhan. Aku sudah tak tahan lagi mau makan.
"Kita adain kuis ya, yang bisa jawab boleh istirahat dulu."
Mataku langsung terbuka lebar mendengar perkataan guru, boleh istirahat dulu? Inilah yang kutunggu-tunggu dari tadi. Hadeh, kenapa gak dari tadi coba pak? kan perut ku gak bakal demo besar.
Mataku segar siap-siap menjawab pertanyaan. Sekali pertanyaan pertama keluar dari mulut bapak langsung ku sambar, pokoknya harus. Apalagi ini pelajaran sejarah, aku lumayan tahu lah sedikit tentang sejarah.
Tak hanya aku saja yang antusias menunggu pertanyaan kelihatan rata-rata siswa di kelas ini menunggu pertanyaan, kecuali mereka yang sudah hanyut di alam mimpi.
"Pertanyaan pertama. Tahun berapa pangeran Diponegoro wafat?"
Pertanyaan pertama dilontarkan dan sialnya aku tak bisa tangkap.
KAMPRET! AKU GAK TAHU JAWABANNYA! batinku menjerit, sial aku tak ingat sama sekali. Padahal aku ini pria berumur kepala dua kenapa gak ingat? Gak mungkin otakku yang sudah matang ini kalah dari anak SMA.
Oh iya aku lupa, aku sudah lama tamat dan gak pernah baca buku sejarah lagi, aku terlalu sibuk bekerja. Aduh, parah sekali aku ini, padahal itu nama pahlawan Nasional aku malah tak tahu kapan dia wafat.
Dilihat siswa di kelas ini sibuk bolak balik buku mencari jawaban dan aku gak punya buku, dari tadi aku berbagi buku dengan teman di sebelahku dan sekarang dia juga sibuk cari jawaban.
"Hohoho, percuma kalian cari di buku, itu pelajaran kelas sepuluh tidak ada jawaban di buku kalian, saya ingin menetes pengetahuan kalian akan pahlawan Nasional."
Semua mulut siswa terbuka lebar, fix berati bukan aku saja yang tak tahu jawabannya. xixixi
"Hohoho, bapak mengetes ingatan kami rupanya." Salah seorang murid di hadapan sana berkata.
"wah sang bintang kelas tahu jawabannya."
"Bisa-bisa dia duluan keluar nih."
"Otak encer mah enak."
Seru siswa di kelas, riuh ketika juara kelas tahu jawaban.
Gawat, anak pintar di kelas turun tangan. Bahaya nih, setelah ini pasti pertanyaannya sulit.
"Pertanyaan ini terlalu mudah untukku." katanya dengan nada sombong, entah kenapa aku merasa kesal, kata katanya itu Lo bikin kesal kek merendahkan orang berotak tumpul.
"jawabannya pasti-"
"iya kamu anak baru, apa jawabannya?" Guru menunjukku yang ngangkat tangan. seluruh siswa menatapku.
dungu dungu dungu kenapa aku malah ngangkat tangan, aku mana tahu jawabannya. mana semua mata ngeliat aku lagi, kalau jawabannya salah gimana? malu sekampung.
"eee..." Aku benar-benar gak tahu jawabannya. semua menunggu jawabanku.
"berapa jawabannya?" tanya guru sekali lagi.
"1830." Mutlak keluar dari mulutku begitu saja. Ekspresi wajah juara kelas sulit ditebak.
Guru si depan membenarkan kacamatanya, dia diam saja. Aku khawatir jawabannya salah, mana itu tahun jawaban ngasal.
"benar 1830, kamu boleh keluar dulu."
YEEEEES! hati ku bersorak gembira, rasanya senang banget kek dapat penghargaan internasional.
"Anak baru pintar juga."
"Wah wah ada saingan juara kelas nih."
"udah tampan pintar lagi."
Aku bersyukur gak salah jawaban, kalau enggak jaga dapat aku pinjam mereka, coba jika jawaban malunya sekampung.
Tunggu apa lagi aku keluar kelas menuju ke kantin, tapi sialnya aku tak tahu arah menuju kantin, mana lorong-lorong sekolah pada sepi ada sih beberapa orang yang lewat tapi kami beda arah tak mungkin dong aku teriak buat hentiin dia terus tanya kantin dimana? aku ini murid baru malu lah.
kelilig Keliling cari kantin, gak ketemu juga. untungnya ada siswa dari jenis denganku mau menunjukkan ku arah ke kantin kebetulan dia juga mau ke kantin.
"kamu siswa baru?" tanya siswa berbadan buntal nan pendek si sebelahku ini dengan rada takut-takut.
"iya, aku baru masuk hari ini," jawabku menunjukkan tak ada yang perlu ditakuti dariku.
"Oh ya, namaku Rafik dari kelas IPA 2 B. Kamu?" Rafik memperkenalkan dirinya tanpa ragu.
"Panggil saja Govan, dari kelas IPS 2 C." Aku tak mau kalah memperkenalkan diriku, identitas palsu wajib dibanggakan!
Kami melangkah dalam diam tak ada yang ingin memulai pembicaraan baik aku atau Rafik, aku sih malu mau bicara banyak toh aku ini tipikal orang yang pemalu, kalau dia aku tak tahu, mungkin sama-sama malu.
Setibanya di kantin aku langsung memesan makanan namun tidak dengan rafik, dia hanya membeli air dan makanan ringan dalam jumlah banyak. Dapat ku tebak belanjaan itu bukan untuk dia tapi untuk orang lain dalam artian Rafik jadi babu seseorang.
"kamu tidak pesan makan?" tanyaku.
"Tidak, aku makan dikelas saja. Maaf ya aku terburu-buru." Rafik berkata sambil menjauh membawa sekantong makanan ringan.
Aku mengangguk, filing ku benar dia jadi babu orang. Kalau diperhatikan Rafik mirip dengan ku dulu waktu SMA.
Aku milih duduk di kursi paling pojok, gak ada gunanya mikirin hidup orang toh aku tak bisa bantu apa-apa juga. Aku sadar aku ini lemah gak pandai bertarung, meski tubuhku berubah jiwa dan pikiran ini masih tetap sama, maka dari itu sebisa mungkin aku harus hindari perkelahian dan permusuhan di sekolah.
"Ini pesanannya." bibi kantin meletakkan pesanku di atas meja tak lupa ia tersenyum dan ku balas senyuman juga.
"eleh eleh eleh, senyumanmu dek, manis kali lah," puji buk kantin sambil menepuk pundakku, "Kamu anak baru ya?"
"Iya," jawabku singkat mengambil sendok tak jauh dari jangkauan. Air liurku ingin menetes mencium aroma bakso yang menggugah iman ini. Ku cicipi sedikit kuahnya sambil menghayati nikmatnya kuah bakso.
"Oh iya iya iya iya. Pindahan dari mana emang?"
"Dari Hongkong," jawabku dengan nada mengejek.
"Wah hebat, pandai bahasa cina dong."
KAMPRET, hampir aja nih kuah nyembur. Bahasa cina? Mana bisa aku bahasa cina, cina nyasar iya.
"Coba satu kalimat," pinta bibi kantin antusias.
Mati, minta dites. Kalau dites ketahuan banget gue bohong bisa-bisa wajahku degeplak pakai Napan yang dia bawa, MATI!
Aku aduk-aduk bakso mikirin cara nolak permintaan bibi kantin.
"Buk! Bakso tiga mangkuk! Yang cepat y-" teriak siswa seketika bungkam ketika bibi kantin berbalik badan melototi-nya. Bulu kudukku merinding seketika.
"Ayo nak, sebutin satu kalimat bibi mau dengar."
Dia meminta lagi.
Agar tidak dicurigai aku mengarang bahasa cina, kalimat yang sering ku gunakan bermain waktu kecil.
"shincau le dongfeng tercebur ke slokaho," kataku secepat kilat dengan logat orang cina.
Satu kantin bengong.
Tamat lah sudah.
plok plok plok
Mereka semua tepuk tangan. Aku semakin bingung kenapa mereka tepuk tangan?
"Wah hebat sekali anak baru, bisa bahasa cina."
"Gak disangka ya. Tampan berbakat lagi."
"kukira cupu ternyata suhu."
para siswa memujiku.
"Jarang Lo nak si sekolah ini ada yang bisa berbahasa Cina, bagus Lo kamu bisa, nanti bisa direkomendasikan ke kepala sekolah," kata bibi kantin meninggalkanku.
NANI?!
Kriiiiiiingggg...
bel istirahat berbunyi, kantin yang tadinya sepi dikerumuni banyak Siswa. Aku bergegas makan, para siswa yang lewat bergantian menatapku.
Murid baru itu selalu jadi tontonan, apa lagi seperti tampan dan menawan.
"BANGKEK!" teriak ikan kering di seberang bangkuku. Dia marah-marah gak jelas sama siswa berbadan gempal yang ku yakini pernah melihat siswa itu.
Eh? Itu bukannya si Rafik? Dengan seksama aku memperhatikan sambil menyuap bakso ke dalam mulut.
Pas siswa siswa berbadan gempal itu membalik badannya.
UHUK, aku keselak bakso sangking kagetnya melihat siswa yang kukira rafik ternyata orang lain berbibir sumbing.
Semua orang melihatku yang keselak bakso, mereka mentertawankan ku. Edan, bukannya ditolong malah ditertawakan.
FUUUH, bakso dalam mulutku menyembur keluar, mengenai wajah siswa ikan kering diseberang mejaku itu. Tuing'
Satu kantin terdiam. Aku tak peduli dengan keheningan ini, aku mengatur nafas.
Semua mata siswa yang duduk di meja seberang ku menatap bakso yang menggelinding jatuh ke meja lalu mereka menatapku tajam.
Oh Tuhan aku tahu akhir dari ini semua
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Riaaimutt
mati 2x donk 😅😅
2023-04-15
0
Abai ꋊ
😂
2022-01-05
0
izwar
bangkek 😂
2022-01-01
0