Identitas baru

Wuuss...

Angin sejuk membungkus kota ini, pagi pagi buta aku sudah pergi ke rumah sakit Angsa Naga. Dokter Alex memanggilku ke sini, dia juga yang menyuruhku datang pagi-pagi buta, entah apa yang dia rencanakan. semoga saja bukan hal yang aneh-aneh.

Rumah sakit sepi bahkan aku bisa merasakan bisa merasakan angin berbisik di telingaku sangking sepinya.

Satu dua tiga perawat lewat malu-malu menatapku, hidungku serasa memanjang menduga mereka memujiku, tampan.

Langkah ku berhenti di depan pintu ruangan dokter Alex, entah kenapa ruangan ini serasa horor banget rasanya enggan untuk masuk pengen pulng aja.

Tok tok tok...

Aku mengetuk pintu ruangan dokter Alex terdengar suara sahutan dari dalam menyuruhku masuk.

"Masuklah."

Aku melangkah masuk dan mendapati dokter itu sedang duduk melihat berkas.

"Duduk," perintahnya, aku pun duduk dihadapannya.

"Kenapa-" belum selesai aku ngomong dokter Alex menyorongkan berkas padaku. Keningku berkerut melihat berkas yang diberikan.

Apa ini? Hatiku bertanya-tanya, aku jadi semakin gugup membuka isi berkas jangan-jangn ini surat penjualan ginjalku. Oh No!

Perlahan aku buka isi amplop coklat.

Nama Govan Geovani, kelahiran Palembang 27 Mei 20xx... dalam hati aku mengeja yang tertera di kertas, mataku menatap dokter Alex dengan tatapan penuh tanya.

"Apa ini? Jangan bilang ini-"

"Identitas baru mu. Kau tak memiliki identitas sejak dirimu berbuah dan kau tak bisa berkeliaran tanpa identitas. Aku sudah mempersiapkan semua, sekarang identitas mu sebagai Govan, remaja yang baru pindah dari luar negeri dan kau adiknya Bima." Dokter menatapku tajam.

"Apa? Remaja? Aku ini terlalu tua untuk disebut remaja."

Dokter menurunkan sedikit kacamatanya, "Usiamu aslimu memang dewasa tapi coba kau lihat tubuhmu seperti anak remaja."

"Seperti anak remaja? Dengan roti sobek ini." Aku tanpa malu menyingkap bajuku sampai ke dada memperlihatkan pada dokter roti sobek, "Apa remaja punya roti sobek?"

"Otak udang," gumamnya.

"Bukan tanpa alasan aku memberi identitas remaja padamu." Tatapannya semakin serius, "Aku ada tugas untukmu."

Entah kenapa bulu kuduk ku tagak, aku tak bisa menebak maksud dari kalimatnya. Wajahnya mendekat, lalu berkata, "Aku akan mengirim mu ke sekolah."

"NANIIIIIIIIIII?!"

***

Jreng jreng...

"Apa ini?" Aku terpelongo melihat sekolah swasta. Tak ku sangka dokter gila itu benaran ngirim aku ke sini, aku kira hanya candaan.

Ku langkahkan kaki memasuki kawasan sekolah, waktu melewati gerbang semua mata seakan tertuju padaku. Rasa gugup seketika menguasai diriku, perasaanku campur aduk antara senang dan gerogi.

Setelah sekian lama aku tak pernah menginjakkan kaki ke sekolah setelah kelulusan kini aku menginjakkan kaki ke sini lagi. Aku mengulangi masa remaja untuk yang kedua kalinya.

Jangan tanya ada berapa mata yang melihatku, beh kalau orang ganteng nan menawan lewat sudah pasti mata publik mengikutinya.

Bruuukk...

"Aduh," rintihku ketika bahuku ketabrak seseorang, aku tak sengaja menabrak wanita- Eh, tunggu aku menabrak atau ditabrak soalnya, wajah wanita ini terlihat kegirangan sambil minta maaf dan tak jauh dariku sekelompok wanita cekikikan.

Hmm, kurasa dia sengaja. Apa dia gak tahu bahuku tergeser karena ulahnya?

"Anu, kamu murid baru ya? " tanya wanita yang menabrak ku tadi.

"Iya." Aku mengangguk, wajah wanita ini terlalu dekat hatiku jadi salah tingkah dibuatnya.

"Pasti mau ke ruang kepsek kan?!" tebaknya balas anggukan.

"kalau begitu biar aku antar, " tawarnya meneluk lenganku, rasanya aneh ketika tanganku dipeluk.

Sepanjang jalan dia memeluk tanganku di hadapan para siswa yang lalu lalang. Onde mande, entah apa yang membuatnya tak mau lepas, atau jangan-jangan dia mau pamer dapat gendeng siswa baru nan tampan ini.

"Terimakasih sudah mengantar." Aku tak lupa mengucapkan terimakasih padanya saat kami sampai di ruangan kepsek.

Kuketuk pintu sebelum masuk ada sahutan dari dalam menyuruhku masuk, tanpa membuang waktu aku langsung masuk.

"Pagi pak." Sapaku dan dibalas balik kepsek.

"O, kamu murid pindahan itu?" tanya kepsek menurunkan sedikit kacamatanya, "Ada bawa berkas untuk melengkapi data?"

Aku mengangguk mengeluarkan berkas yang sudah disiapkan dokter, sejak pagi tadi aku sudah disuruh untuk beriap berangkat sekolah, kabar itu mengejutkan ku. Mau tidak mau aku harus menurutinya.

Bukan tanpa alasan dia mengirim ku ke mari, melainkan ada satu alasan.

Anaknya.

"Putriku sekolah di sekolah swasta, dengan kecerdasannya seharusnya dia masuk sekolah Bertaraf internasional dengan kualitas mengajar yang luar biasa. Namun ia menolak." Dokter Alex curhat.

"Lalu apa salahnya memilih sekolah swasta?" Maklum aku otak tumpul jadi susah koneksinya.

"Otakmu terbuat dari apa?! Apa kau tak memikirkan jika bersekolah di swasta putriku akan mendaat pendidikan yang rendah dia putriku satu satunya dan dia yang akan jadi penerus ku! Masalahnya dia lari dari rumah dan tak ingin kembali aku tak ingin melihat putriku dicekalai orang atau terjerat pergaulan bebas, maka dari itu aku mengutusmu untuk kesana mengawasinya." Lanjut dokter Alex dengan emosi meledak-ledak.

"Anda kan kaya kenapa tid-?" Mulutku dijepit pak tua berkeala plontos itu.

"PERCUMA!" Roh ku terasa melayang diterjang angin tak kasat mata, kalimatnya sungguh memekakkan telinga.

"Semua orang suruhan ku diberantas habis, tak satupun yang bertahan lebih dari seminggu. Maka dari itu aku mengutusmu."

"Bukannya gak mau sih, aku-" Kalimat ku terhenti mataku melotot melihat dokter menumpuk uang di atas meja, tanpa pikir panjang langsung ku setujui.

"Jika pekerjaanmu bagus akan kuberi bonus." Dokter tersenyum penuh arti. Dia seakan tahu apa yang kubutuhkan sekarang.

Aku menghela nafas mengingat perkataan dokter pagi tadi. Aku dikirim ke sekolah untuk mengawasi putrinya yang kabur dari rumah. Hanya itu.

"Anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru. Namanya Govan, dia anak pindah dari luar negeri..." Aku berdiri di samping wali kelas yang memperkenalkan ku pada siswa di kelas ini, sesuai biodata yang tertera di data sekolah Guru memoerkenalkan ku setelah itu aku dipersilahkan duduk di bangku paling belakang paling pojok dekat jendela, karena itu satu satunya bangku kosong.

"Hay govan."

"Hihi tampan deh."

"Kya duduk di belakang ku."

"Apaan sih ni bocah, sok tampan banget."

Bermacam-macam bunyi bisikan aku dengar ketika melewati ara cewek.

Pant*tu mendarat di kursi terbaik di kelas, kalian pasti tahu kenapa kursi ini paling the best di kelas? Yang pernah duduk di posisiku pasti tau.

Aku berharap tak terjadi apa-apa selama aku bersekolah di sini, aku ingin sekolah (menjalankan misi) dengan normal (lancar).

Namun sayangnya keinginan tak sesuai dengan kehendak yang diatas, hari pertama sekolah aku sudah berurusan dengan preman kelas.

Tuhan di saat seperti ini pun kau ingin mengujiku?

Sungguh terlalu

Terpopuler

Comments

Riaaimutt

Riaaimutt

tuhan pun terlalu 😅

2023-04-15

0

lid

lid

hay kak aku mampir

2022-01-08

0

Dasma

Dasma

dobyguat bayaran

2022-01-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!